Berita menggemparkan baru saja melanda dunia hiburan Thailand. Pasangan Nine dan Baifern yang beradu peran dalam film Friend Zone baru saja dikabarkan putus oleh Nine sendiri dalam sebuah konferensi pers. Pasangan ini dikabarkan putus karena orang tua dari pihak Nine tidak memberikan restu kepada putra tunggalnya dengan Baifern. Semenjak adanya pernyataan resmi ini, banyak netizen yang mengorek hubungan Nine dengan sang ibu yang kerap membatasi anaknya untuk menjalin hubungan dengan orang lain dan menginginkan Nine untuk selalu menemaninya. Hal ini pun mengaitkan kondisi mental sang ibu yang merupakan single parent dengan istilah emotional incest.
Apa yang dimaksud dengan emotional incest?
Emotional incest atau covert incest adalah dinamika keluarga yang tidak sehat di mana sosok orang tua bergantung pada anaknya untuk dukungan dan dorongan emosional. Terlepas dari namanya, kondisi ini tidak berkaitan dengan hubungan seksual dan kata incest dalam istilah ini mendeskripsikan kedekatan emosional yang tidak lazim dan tidak secara sadar dimiliki. Seringkali, orang tua yang memupuk dinamika ini tidak menyadari bagaimana tindakan mereka berdampak pada anak mereka, dan mereka juga tidak bermaksud untuk menimbulkan kerugian yang dialami sang anak.
Meskipun demikian, perilaku ini dapat berpengaruh pada anak. Dalam dinamika emotional incest, orang tua memperlakukan anak layaknya pasangan romantis. Alih-alih memberikan bimbingan orang tua yang tepat, orang tua justru malah mengandalkan anak untuk memenuhi kebutuhan emosional seperti menjadikan anak teman ketika orang tua merasa kesepian atau sedih hingga berharap sang anak untuk selalu setia menemani orang tua.
Pada awalnya, mungkin dinamika hubungan antara orang tua dan anak ini terlihat istimewa karena nampak seperti keluarga yang dekat dengan satu lain, namun tentunya hal ini berdampak pada kehidupan pribadi anak ketika mereka beranjak dewasa. Terdapat beberapa tanda-tanda bahwa orang tua memiliki dinamika emotional incest dengan anak seperti berikut:
- Anak harus memenuhi kebutuhan emosional orang tuanya
- Anak tampak terlalu dewasa untuk usianya
- Orang tua memiliki rasa khawatir dan cemburu ketika anak punya pasangan romantis atau persahabatan dekat yang tidak melibatkan orang tua
- Anak kerap mengaku bahwa orang tuanya adalah sahabatnya
- Anak seringkali merasa berkewajiban untuk selalu ada untuk orang tua
Dampak psikologis dari emotional incest
Dari kecenderungan ini, tentunya dinamika emotional incest memiliki dampak yang merugikan untuk anak. Berikut ini adalah dampak dari dinamika emotional incest orang tua kepada anak:
Memiliki hubungan yang tidak sehat
Anak yang tumbuh dengan dinamika emotional incest dari orang tua mungkin akan menjadi tidak paham mengenai batas-batas yang sehat dan normal antara dirinya dengan semua orang.
Dinamika emotional incest yang berlanjut
Seorang anak dewasa dari orang tua yang melakukan dinamika emotional incest mungkin akan melanjutkan hubungan tidak sehat dengan orang tuanya hingga dewasa dan merasa berkewajiban untuk menyenangkan orang tuanya setiap saat. Kesetiaan yang salah tempat ini dapat menyebabkan ketegangan antara dirinya dengan pasangannya atau orang-orang sekitarnya.
Menjadi people pleaser
Karena peran mereka dalam memberikan dukungan emosional untuk orang tuanya, anak yang tumbuh dewasa dengan dinamika emotional incest akan berakhir menjadi seorang people pleaser, di mana mereka memberikan dukungan tanpa timbal balik kepada orang-orang sekitarnya.
Mengabaikan perasaan mereka sendiri
Anak-anak yang memiliki dinamika emotional incest dengan orang tuanya akan belajar bahwa yang terpenting dalam hidupnya adalah perasaan orang tua, bukan perasaan mereka sendiri. Akhirnya, mereka pun akan mengabaikan perasaannya demi mengutamakan perasaan orang tuanya.
Emotional incest yang merupakan hubungan tidak seimbang ini sering kali terjadi tanpa disadari oleh orang tua, seperti ketika orang tua menjadi bergantung secara emosional kepada anaknya setelah pasangannya meninggal. Dinamika ini tentunya tidak sehat bagi orang tua dan anak. Anak hendaknya dibiarkan tumbuh dan berkembang secara emosional tanpa memikul beban emosional orang tuanya.
(DIP/tim)