Interest | Wellness

The Icarus Syndrome: Terlalu Ambisius Bisa Bikin Kamu Jatuh

Selasa, 19 Mar 2024 15:00 WIB
The Icarus Syndrome: Terlalu Ambisius Bisa Bikin Kamu Jatuh
Foto: Wikimedia Commons/The Fall of Icarus by Jacob Peeter Gowy
Jakarta -

Kisah mitologi Yunani memang cukup populer. Mereka bahkan banyak diadaptasi ke budaya pop seperti dalam franchise Percy Jackson, film Hercules Disney, Webtoon Lore Olympus, dan banyak medium lainnya. Saat berbicara mengenai tokoh mitos Yunani, mungkin top of mind orang kebanyakan ialah si tiga dewa bersaudara; Zeus, Poseidon, dan Hades. Namun, ada satu tokoh non-dewa dalam mitos Yunani yang kisahnya cukup terkenal hingga sudah dijadikan contoh dalam beragam buku self-improvement.

Cerita tragis Icarus dalam mitologi Yunani
"Jangan terbang terlalu dekat dengan matahari." Pepatah ini diambil langsung dari cerita Icarus, seorang manusia biasa yang berasal dari keluarga perajin. Ayahnya, Daedalus, dikenal sebagai seniman, arsitek, dan perajin handal yang diasingkan dari Akropolis Athena dan menetap di pulau Kreta untuk bekerja pada Raja Minos. Kala itu, Daedalus merancang labirin legendaris untuk mengurung Minotaur, manusia setengah banteng yang dilahirkan oleh istri Raja Minos, Pasifae.

Usai menjalankan tugasnya, Raja Minos memutuskan untuk mengurung Daedalus dan Icarus di sebuah menara untuk mencegah tersebarnya informasi tentang labirin rahasia tersebut, termasuk keberadaan Minotaur. Dari sini, Daedalus berencana untuk melarikan diri lewat jalur udara. Ia membuat dua sayap dengan kumpulan bulu unggas yang disambung dengan lilin dan benang.

Sebelum terbang, Daedalus memberi wejangan kepada sang putranya untuk terbang di ketinggian yang sedang saja, sebab terbang terlalu tinggi akan melelehkan lilin di sayapnya, sementara terbang terlalu rendah akan membasahi bulunya dan membuatnya berat.

Sayangnya, Icarus terbang tanpa menghiraukan peringatan dari ayahnya. Caught up in the moment, Icarus malah terbang setinggi-tingginya hingga mendekati matahari. Alhasil, lilin yang merekatkan sayapnya pun meleleh hingga bulunya rontok, membuat Icarus jatuh dan tenggelam ke laut. Kini, laut dan pulau yang mengelilinginya diberi nama Icaria.

Belajar dari sosok Icarus
Hampir semua kisah mitologi Yunani memiliki pesan moral. Dalam kasus Icarus, dirinya dilambangkan sebagai sosok yang angkuh, terlalu percaya diri, dan mudah terlena dalam sensasi sesaat. Bagi orang Yunani kuno, kisah Icarus dijadikan pelajaran bahwa sifat-sifat tersebut dapat menimbulkan bencana yang bisa berakhir fatal.

Kita bahkan dapat membaca kisah Icarus sebagai sebuah pelajaran untuk bersikap seadanya dalam proses menuju kedewasaan. Dengan memiliki tujuan yang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah dalam hidup, mungkin hal ini dapat membawa kita pada kesuksesan. Bahkan, kisah Icarus juga dijadikan sebuah istilah dalam ilmu psikologi. Psikolog asal Amerika, Henry A. Murray, menggunakan istilah "The Icarus Complex" untuk mendeskripsikan individu yang memiliki ambisi berlebih.


Sementara dalam lingkup kerja, Sindrom Icarus mencirikan para pemimpin yang memulai proyek-proyek yang terlalu ambisius namun sia-sia, sehingga menyebabkan kerugian bagi diri mereka sendiri dan orang lain dalam prosesnya. Dipicu oleh kegembiraan, para pemimpin ini tidak mampu mengendalikan antusiasme mereka yang ternyata misleading sebelum terlambat—sama seperti Icarus yang tidak bisa melihat gambaran lebih luas atas perilaku impulsifnya saat itu.


Dari sosok Icarus, kita belajar untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, terlebih di saat kita tidak memiliki pemahaman yang pasti tentang ke mana arah tindakan kita akan bermuara. Memiliki ambisi itu bagus. Tapi, jangan sampai kita dibutakan oleh ambisi yang berlebih untuk mencapai sesuatu yang tidak pasti.

(HAI/alm)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS