Interest | Wellness

Polusi dan Kesehatan Mental: Bagaimana Keduanya Saling Berkaitan

Rabu, 23 Aug 2023 18:00 WIB
Polusi dan Kesehatan Mental: Bagaimana Keduanya Saling Berkaitan
Ilustrasi polusi di Jakarta Foto: Getty Images
Jakarta -

Beberapa bulan terakhir, Jakarta seakan dihantam oleh kepulan polusi yang berlangsung hampir 24 jam. Ya, bukan hanya pada siang hari, paparan polusi juga memenuhi ibu kota pada malam hari. Berdasarkan pantauan Tim Riset IQAir pada Senin (21/8) pagi, kualitas udara Jakarta berada pada kategori tidak sehat yakni di angka PM 2.5.

Menurut WHO, berbagai material yang terkandung dalam PM 2.5 ini bisa menyebabkan gangguan saluran pernapasan seperti infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, kanker paru-paru, kardiovaskular, kematian dini, dan penyakit paru-paru obstruktif kronis. Bukan hanya itu saja, bila kondisi ini berlangsung secara terus-menerus akan memengaruhi kesehatan mental.

Polusi Mengancam Kesehatan Mental

Tidak banyak yang menyadari bahwa dampak polusi terhadap mental seseorang sama bahayanya ke organ tubuh lainnya. Dikutip American Psychiatric Association, penelitian sebelumnya mengaitkan polusi udara dengan tingkat stres yang lebih tinggi, tekanan psikologis, peningkatan risiko demensia dan Alzheimer, serta depresi.

Sementara penelitian lain mengaitkan paparan jangka pendek terhadap puncak polusi udara dengan peningkatan risiko kematian di antara orang-orang dengan penyakit mental serius. Sebuah tinjauan baru yang mengamati lebih dari 100 penelitian tentang efek polusi udara luar ruangan terhadap kesehatan mental dan bagian otak yang mengatur emosi, dengan fokus pada hipokampus, amigdala, dan korteks prefrontal.

Para peneliti menemukan bahwa 73 persen penelitian melaporkan gejala dan perilaku kesehatan mental yang lebih tinggi pada manusia dan hewan setelah terpapar tingkat polusi udara yang lebih tinggi dari rata-rata. Laporan yang ditulis oleh Clara G. Zundel, PhD tersebut menyimpulkan bahwa orang yang menghirup udara yang tercemar mengalami perubahan dalam wilayah otak yang mengendalikan emosi dan akibatnya mereka mungkin mengalami kecemasan dan depresi.

Sebuah studi yang dilakukan di Harvard pada Maret 2023, menambah bukti yang menghubungkan paparan polusi udara   materi partikel kecil PM 2.5, nitrogen oksida, dan nitrogen dioksida    dengan peningkatan risiko demensia.

Bukan hanya memengaruhi kesehatan mental orang dewasa, dampak polusi justru lebih membahayakan untuk remaja dan anak-anak sebab mereka sedang dalam periode perkembangan otak. Sebuah tinjauan penelitian menemukan bukti kalau polusi udara dikaitkan dengan peningkatan risiko gejala depresi dan perilaku bunuh diri.

Mereka juga menemukan adanya bukti perubahan struktural dan fungsional di otak. Kualitas udara yang buruk selama bertahun-tahun di awal kehidupan seseorang bisa meningkatkan risiko gangguan kejiwaan, termasuk gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan kepribadian, dan depresi berat.

Alasan Keterkaitan Keduanya

Bentuk polusi mungkin tidak terlihat secara kasat mata, namun siapa sangka dampaknya bisa mempengaruhi kesehatan otak kita. Lantas, apa yang membuat keduanya saling berkaitan?

Para peneliti menunjukkan kalau materi partikulat   termasuk PM 2.5 dan partikel ultrahalus, kemungkinan merupakan 'aktor' paling signifikan dalam hubungan antara polusi udara dan kesehatan mental dalam analisis mereka. Adapun hubungannya seperti polutan masuk ke paru-paru dan menyebabkan peradangan dan tenggorokan juga paru-paru. Inilah yang bisa memengaruhi sistem saraf.

Peradangan sistem saraf meningkatkan sitokin inflamasi dalam tubuh dan mengaktifkan mikroglia yang bereaksi terhadap stres. Peradangan di seluruh tubuh ini bisa merusak DNA. Polutan bisa masuk ke otak melalui selaput lendir hidung yang tipis. Di sini, neuron bisa mengangkut PM 2.5 melalui sistem penciuman ke jaringan otak yang mengakibatkan kerusakan otak jangka panjang.

Lalu polutan yang masuk ke otak bisa merusak otak itu sendiri serta sistem limbik, terdiri dari struktur otak yang bertanggung jawab atas cara tubuh memproses dan merespons emosi dan ingatan. Juga, seiring waktu paparan berulang terhadap PM 2.5 dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan pada sistem limbik, berpotensi memperburuk gejala kesehatan mental atau meningkatkan risikonya.

Nah itulah fakta bahayanya polusi yang tanpa kita sadari dapat memengaruhi kesehatan mental. Walau hingga hari ini, polusi khususnya di DKI Jakarta belum menunjukkan penurunan signifikan, agaknya kita harus menjaga diri sendiri dari polusi. Seperti memakai masker saat keluar rumah untuk meminimalisir polutan yang masuk dalam tubuh.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS