Interest | Wellness

Benarkah Kesepian Bisa Menyebabkan Kematian?

Rabu, 24 May 2023 19:00 WIB
Benarkah Kesepian Bisa Menyebabkan Kematian?
Foto: Unsplash: Gabriel
Jakarta -

Dalam lagu pop termasyur tahun 2000an, "Baby One More Time", Britney Spears pernah berkata, "my loneliness is killing me." Penggalan lirik ini kemudian jadi jargon anak muda di seluruh dunia yang merasa sendiri dan patah hati. Namun lirik yang terdengar hiperbola ini dianggap tak lebih dari curahan hati anak muda yang putus cinta. Benarkah?

Kenyataannya, kesepian benar-benar bisa menimbulkan risiko kesehatan yang berujung pada kematian dini. Kesepian tidak sama dengan kesendirian. Seseorang yang berada dalam kesendirian bisa saja merasa nyaman tanpa harus terus menerus berinteraksi dengan orang lain.

Sebaliknya, seseorang yang memiliki banyak teman bisa saja merasa sendirian karena tak memiliki hubungan sosial yang bermakna dengan orang-orang di sekitarnya. Walhasil, orang-orang yang kesepian akan merasa terisolasi, hampa, dan tidak diinginkan. Kondisi ini bisa memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan fisik ataupun kesehatan mental.

Kesepian Menyebabkan Kematian?

Tingginya risiko kesehatan yang diakibatkan oleh kesepian mendorong Surgeon General Amerika Serikat, Dr. Vivek Murthy, untuk memperingatkan publik mengenai topik ini dalam sebuah dokumen yang berjudul Our Epidemic of Loneliness and Isolation. Dokumen tersebut memaparkan data-data ilmiah yang menunjukkan bahwa kesepian bisa meningkatkan risiko kematian dini secara signifikan. Memiliki hubungan sosial yang baik dan bermakna bisa memperpanjang usia hidup seseorang hingga 50%, sementara itu mereka yang kesepian berisiko mengalami kematian lebih dulu.

Dengan menghimpun hasil dari berbagai studi, Murthy mencapai kesimpulan bahwa risiko kematian yang diakibatkan oleh kesepian setara dengan risiko kematian akibat merokok 15 batang sehari. Lebih dari itu, kesepian bisa meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 29% dan meningkatkan risiko stroke hingga 32%. Selain meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke, kesepian juga meningkatkan risiko diabetes, darah tinggi, demensia, gangguan kecemasan, dan depresi.

Sama seperti kesehatan fisik, kesehatan mental juga bisa terguncang akibat merasa kesepian. Murthy mengutip penelitian dari Van Orden (2010) yang menyebutkan bahwa social isolation merupakan faktor terkuat yang menyebabkan seseorang ingin mengakhiri hidupnya. Kasus seperti ini banyak ditemukan di antara penghuni panti jompo, pasien penyakit kronis, dan lansia. Pasalnya, mereka yang hidup sendirian dan merasa kesepian bisa memiliki rasa belonging yang rendah dan merasa menjadi beban bagi orang lain.

Mengapa dampaknya begitu besar?

Sebagai makhluk sosial, berelasi dengan orang lain adalah kebutuhan mutlak bagi manusia; kita butuh teman untuk bercerita, kita butuh seseorang yang bisa diandalkan, dan kita butuh komunitas untuk bisa tumbuh. Hubungan sosial adalah sesuatu yang bersifat timbal balik, tanpanya kita tak akan merasa utuh.

Kesepian bisa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan karena ia berdampak terhadap 3 aspek, yaitu biologis, psikologis, dan perilaku sehari-hari. Secara biologis, hubungan sosial dengan orang lain bisa mempengaruhi hormon stres dan peradangan atau inflamasi. Sementara itu secara psikologis, absennya hubungan sosial bisa membuat orang merasa kehilangan makna dalam hidup bahkan merasa kehilangan harapan. Kemudian, rasa kesepian itu akhirnya mempengaruhi perilaku sehari-hari, seperti pola tidur, kebiasaan merokok, dan kebiasaan makan.

Pada dasarnya, tubuh kita bukanlah entitas organik yang berfungsi secara mandiri tanpa ada pengaruh dari hal-hal yang ada di sekitarnya. Apa yang kita hadapi secara sosial dan mental, cepat atau lambat, akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Maka dari itu, kesepian adalah isu kesehatan publik yang seharusnya menjadi perhatian bersama.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS