Interest | Wellness

Mengenal Thinker dan Feeler Personality

Rabu, 10 May 2023 15:30 WIB
Mengenal Thinker dan Feeler Personality
Thinker - Feeler Foto: Shutterstock
Jakarta -

Kita pasti pernah mengalami situasi di mana kita harus menggunakan kemampuan pikiran atau perasaan di berbagai momen kehidupan. Hal ini adalah salah satu Jungian theory yang dicetuskan oleh Carl Jung tentang setiap individu yang selalu mengambil keputusan berdasarkan logika atau perasaan.

Carl Jung mengklasifikasikan thinker dan feeler sebagai cara menilai sesuatu. Keduanya bertugas mengevaluasi informasi, membuat keputusan, dan menarik kesimpulan. Seperti yang kita tahu, thinker cenderung menggunakan kriteria impersonal berbasis logika, sementara feelers mempertimbangkan perasaan-baik milik mereka sendiri maupun orang lain   dalam membuat keputusan.

.Ilustrasi thinkers/ Foto: Unsplash

Memahami Thinker Personality

Seorang thinker mengambil keputusan mereka secara rasional. Mereka mempertimbangkan segala hai sesuai dengan fakta dan kriteria objektif. Orang-orang ini menggunakan logika untuk memecahkan masalah. Thinker juga biasanya memiliki seperangkat aturan untuk membedakan antara benar dan salah. Mereka menghargai fakta, keadilan, dan kejujuran.

Seorang thinker memang selalu mengandalkan logika. Inilah sebabnya mengapa thinker cenderung unggul pada bidang yang membutuhkan pemikiran logis atau strategis seperti sains, matematika, filsafat, ilmu komputer, bisnis, atau teknik. Thinkers juga termasuk orang-orang yang lebih senang untuk menghabiskan waktunya sendiri dan tenggelam dengan pikiran logis dan rasional mereka.

Orang-orang yang lebih mengutamakan pikiran cenderung merupakan pengamat yang baik. Mereka sangat menyadari apa yang terjadi di sekitar mereka. Mereka tidak banyak berbicara dan lebih sering melihat untuk mengamati. Kadang-kadang thinker membutuhkan banyak waktu untuk mengumpulkan informasi tentang sesuatu sebelum mengambil keputusan akhir. Hal ini menjadikan mereka pembuat keputusan yang logis yang tidak pernah memutuskan suatu hal dengan tergesa-gesa.

.Ilustrasi feeler/ Foto: Unsplash

Memahami Feeler Personality

Orang-orang yang tergolong sebagai feeler biasanya mereka membuat keputusan berdasarkan pertimbangan sosial dan value yang diterima doleh orang-orang di sekitarnya. Biasanya mereka juga memperhatikan apa yang orang lain rasakan sehingga mereka pun dapat membedakan mana yangs alah dan mana yang benar. Membuat koneksi dan membangun hubungan adalah hal yang cukup penting bagi para feeler. Mereka akan merasa termotivasi oleh keinginan mereka untuk mengenal orang dan menawarkan bantuan kepada orang lain.

Karena feeler kerap merasakan variasi nuansa emosional yang lebih luas, mereka juga merasa bahwa kata-kata tidak cukup untuk menangkap dan menyampaikan apa yang mereka alami dan mereka rasakan. Sehingga tak heran apabila feeler sangat cocok untuk menjadi penyair, musisi, desainer, dan seniman sebagai cara untuk mereka mengeksplorasi, menyempurnakan atau hanya sekadar mengekspresikan emosi mereka yang kompleks.

Feelers memiliki sifat penyayang, baik hati dan empatik karena mereka memikirkan kesejahteraan orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka juga seringkali menghindari konflik dan seringkali melepaskan dirinya dari situasi-situasi tegang. Tidak heran apabila seorang feeler rela untuk mengorbankan kebutuhan dirinya sendiri demi memenuhi kebutuhan orang-orang terdekatnya.

Sebagai kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa thinker dan feeler adalah sebuah perbedaan antara objektivitas rasional dan perasaan subjektif. Hanya karena feeler memiliki kepribadian yangs elalu menghargai perasaannya atau perasaan orang lain, bukan berarti mereka tidak pernah menggunakan pikiran logis mereka, dan begitu pula sebaliknya. Kecenderungan ini biasanya hadir ketika mereka diminta untuk membuat keputusan yang penting.

[Gambas:Audio CXO]

(DIP/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS