Interest | Wellness

Mencoba Memahami New Age Spiritualism

Senin, 21 Feb 2022 14:00 WIB
Mencoba Memahami New Age Spiritualism
Foto: Unsplash Edz Norton
Jakarta -

Setahun belakangan, sebuah fenomena muncul (atau kembali muncul) di kalangan anak muda, yaitu ketertarikan yang tinggi terhadap praktik-praktik spiritual alternatif yang mungkin juga sering diidentifikasi sebagai occult. Mulai dari astrologi, tarot, witchcraft, hingga obsesi terhadap kristal. Diwawancarai oleh Vogue, aktris Anya Taylor Joy saja turut menyimpan berbagai kristal di dalam tasnya, mulai dari amethyst, rose quartz, hingga obsidian. Batu-batu ini memiliki berbagai fungsi mulai dari healing sampai membantu untuk fokus dalam kegiatan sehari-hari. Tak hanya selebriti, di lingkup pertemanan saya saja ada empat orang yang saya kenal bisa membaca tarot. Praktik spiritualisme alternatif yang sedang digandrungi banyak remaja perkotaan ini merupakan perwujudan dari sebuah aliran agama yang disebut sebagai New Age Spiritualism.

Meningkatnya popularitas New Age tak lepas dari peran internet. Di TikTok, konten-konten mengenai New Age   seperti cara bermeditasi, perkenalan terhadap konsep shadow work dan light work, hingga praktik sihir   bermunculan dalam jumlah banyak. Tak hanya makanan dan fashion, New Age pun juga memiliki influencers-nya sendiri. Salah satunya, YouTuber Aaron Doughty yang dalam kanalnya tertulis motto "Raise Your Vibration, Expand Your Consciousness." Sekilas, New Age Spiritualism terdengar familiar sekaligus membingungkan. Lantas apa sebenarnya itu New Age Spiritualism? Mari kita telusuri bersama.

Sebenarnya, tak ada definisi tunggal yang bisa menjelaskan konsep New Age Spiritualism secara sederhana. Sebab, banyak nilai-nilai dari New Age sebenarnya terpengaruh dari berbagai agama tua seperti Hindu, Buddha, dan spiritualisme Timur lainnya. Namun, kerangka besar aliran ini bermula di negara-negara Barat. Di Amerika Serikat, New Age muncul bersamaan dengan subkultur hippie yang merebak di era 1960an. Kultur hippie sendiri tidak bisa dipisahkan dari gerakan anti-establishment, yang pada saat itu tujuan spesifiknya adalah memprotes intervensi militer Pemerintah AS di Perang Vietnam. Berangkat dari nilai-nilai nirkekerasan dan kesadaran spiritual, muncul komunitas spiritual baru yang disebut New Age. Terapi menggunakan obat-obatan psikedelik, yoga, meditasi, dan pengobatan dengan kristal menjadi beberapa praktik yang menjadi ciri khas aliran ini.

Sebagai agama alternatif, New Age lekat dengan istilah-istilah seperti "energi", "aura", dan "transformasi". Sebenarnya, pemaknaan dari New Age Spiritualism sangat beragam. Mengutip The Arda, secara umum ada lima aspek utama yang menjadi karakteristiknya. Pertama, kepercayaan optimistis bahwa manusia sedang memasuki tahap transformasi spiritual yang luar biasa. Kedua, pemberdayaan dan pemenuhan diri. Ketiga, harmoni antara sains dan spiritualitas. Keempat, spiritualitas universal di mana manusia dan alam terhubung satu sama lain dan kelima yaitu healing. Pada dasarnya, tema umum yang menjadi benang merah dari New Age adalah kesadaran spiritual yang tinggi, dan biasanya diwujudkan melalui self-development.

Sebagian besar masyarakat urban yang menganut New Age menekankan healing dan pengembangan diri sebagai fungsi utama dari praktik spiritual ini. Namun beberapa pengikut New Age radikal, seperti Aaron Doughty, mempercayai bahwa melalui New Age mereka bisa membuka kapasitas manusia yang sebelumnya terkunci. Misalnya, mereka percaya bahwa diri mereka adalah makhluk luar angkasa yang terlahir kembali sebagai manusia atau biasa disebut starseeds. Dikutip dari Gaia, starseeds dipercayai sebagai makhluk yang memiliki kemampuan spiritual dan intelektual tinggi, dan bisa membantu manusia untuk mencapai spiritual awakening. Selain itu, ada juga yang mempercayai bahwa melalui meditasi, mereka bisa mencapai dimensi kelima atau biasa disebut 5D ascension.

New Age Spiritualism tak lepas dari kritikan, terutama dari komunitas adat dan masyarakat Timur. Sebab, New Age banyak mengambil unsur-unsur dari kepercayaan tua yang sudah ada sebelumnya, dan mengemasnya untuk kebutuhan masyarakat Barat. Sehingga, yang terjadi adalah apropriasi. Seperti yang kita ketahui, praktik occult dan shamanism telah ada sejak lama dan merupakan bagian dari kepercayaan banyak masyarakat di Asia dan Afrika. Namun dalam New Age, praktik spiritualisme yang dinilai eksotis ini diapropriasi menjadi budaya wellness yang menjamur di kalangan masyarakat perkotaan.

Tak hanya itu, ketika aliran spiritualisme ini menjadi tren belaka, banyak orang-orang mengaku menjadi pengikutnya tanpa benar-benar memahami akar-akar dari spiritualisme yang berasal dari Timur ini. Akibatnya, New Age pun menjadi mudah untuk dikomersialisasi. Hari ini, cukup membeli batu kristal di online shop, browsing konten New Age di TikTok, lalu kamu bisa dengan mudah melabeli diri sebagai pengikut New Age.

(ANL/MEL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS