Interest | Wellness

Adiksi Pada Teknologi

Kamis, 03 Feb 2022 18:00 WIB
Adiksi Pada Teknologi
Foto: Unsplash Thisisengineering Raeng
Jakarta -

Smartphone sebagai bagian dari hidup kita sudah menjadi objek penting yang tidak pernah lepas dari kita. Sepenting membawa KTP, tidak membawa smartphone akan menyulitkan hidup kita saat ini. Penggunanya pun semakin tahun semakin meningkat, dengan berbagai fitur, variasi dan harga yang bermunculan di pasaran sekarang. Tanpa disadari, benda ini mengontrol kita secara tidak langsung di mana kita menggunakannya tiada henti diwaktu senggang maupun di saat kita sedang sibuk.

Menurut Dr. Adam Alter dari NYU, sebanyak 40% manusia yang memiliki adiksi pada internet, baik media sosial, pornografi, ataupun e-mail. Dr. Alter menyebut epidemi ini sebagai tech zombie epidemic yang diakibatkan oleh bagaimana teknologi terbentuk. Salah satu contohnya adalah bagaimana rasanya mengetahui update terbaru di Instagram atau apakah e-mail sudah dibalas atau belum.

Kesadaran bahwa adanya adiksi pada teknologi ini bisa dilihat dari berbagai perilaku, seperti tidak mampu untuk menjauhkan diri dari media digital tertentu, selalu memikirkan perangkat teknologi, selalu berkeinginan untuk memeriksa perangkat digital, atau mengabaikan pekerjaan atau prioritas hidup lainnya demi menggunakan teknologi. Adiksi pada teknologi ini bisa membahayakan dan menjadi kontribusi kepada berbagai permasalahan sosial dan psikologi. Salah satu contoh yang fatal adalah kecelakaan yang disebabkan pengemudi bermain smartphone saat menyetir.

Dampak lainnya ke sisi psikologi seperti menambah kecemasan, depresi, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan berbagai gangguan psikologi lainnya. Adiksi pada teknologi juga menyebabkan kelelahan dan emosi yang naik turun. Adiksi pada teknologi juga bisa berdampak pada kemampuan otak untuk menghasilkan neurotransmitter yang natural seperti dopamin dan juga meningkatkan sifat impulsif. Dampak pada fisik seperti sakit kepala, naik atau turun berat badan, atau sakit punggung. Walau begitu, ada juga sisi positif dari adiksi pada teknologi. Contohnya adalah menambah ilmu, karena mudahnya untuk melakukan penelitian mandiri atau membaca berita sehingga bertambahnya pengetahuan atau memudahkan komunikasi secara virtual.

Adiksi pada teknologi ini dianggap hanya dialami oleh kalangan yang lebih muda, padahal yang tua pun mengalami hal serupa. Menurut penelitian baby boomer yang lahir antara tahun 1946 sampai 1964 memainkan smartphone-nya sebanyak lima jam sehari. Waktu yang dihabiskan ini hampir sama dengan generasi yang lebih muda, di mana mereka menghabiskan lima setengah jam setiap harinya. Namun cara dua generasi ini menghabiskan waktunya dengan smartphone sangat berbeda-di mana generasi yang lebih tua menggunakan e-mail, berita, dan menjelajahi internet. Sedangkan bagi generasi yang lebih muda mereka menggunakannya untuk mendengarkan musik dan menelpon.

Kesadaran bahwa adiksi pada teknologi pun disadari oleh dua generasi ini, Bahkan 50% anak-anak remaja menyadari tabiat tersebut. Bagi generasi yang lebih tua yang tumbuh dan besar tanpa teknologi seperti smartphone atau internet, kelompok generasi lebih tua mampu menyadari adanya perilaku ini dan kekurangan yang dibawa teknologi seiring berkembangnya waktu.

Sehingga dengan mengurangi waktu penggunaan smartphone, baik untuk mental dan jasmani seperti mengurangi stress karena tidak selalu mengecek e-mail pekerjaan, atau berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sekitar yang dapat memberikan kepuasan secara emosional. Selalu mengecek media sosial juga memberikan dampak pada kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, atau rasa iri pada orang lain. Sehingga sangat disarankan untuk menyadari bahwa adanya perbedaan apa yang ditampilkan di media sosial dan dunia nyata dan berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kesehatan jasmani juga dipengaruhi oleh cara penggunaan teknologi, seperti postur tubuh yang selalu membungkuk di depan laptop atau posisi duduk yang tidak betul.

Walaupun sulit untuk tidak menggunakan teknologi setiap harinya, namun bisa dimulai dari mengurangi jumlah waktu pemakaiannya. Tidak diragukan lagi ini bukan hal yang mudah dilakukan, tetapi harus disadari juga bahwa dampak-dampak yang terkesan kecil sekarang bisa menjadi besar di kemudian hari. Mengurangi penggunaannya pun diharapkan dapat memberikan gaya hidup yang lebih sehat dan seimbang.

[Gambas:Audio CXO]



(DIG/MEL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS