Cinta sering dianggap misteri hati. Namun, banyak penelitian ilmiah yang menjelaskan cinta berdasarkan disiplin ilmu sains, salah satunya adalah ilmu fisika. Bayangkan urusan hati ternyata bisa dihitung dengan rumus.
Lantas, bagaimana cara cinta dihitung dengan rumus fisika? Sebenarnya hal ini telah dilakukan oleh banyak ilmuwan dari disiplin ilmu ini. Nah berikut para ilmuwan fisika merealisasikan cinta dengan hubungan fisika.
Ilmuwan yang Menjelaskan Cinta Lewat Rumus Fisika
- Gerardo Adesso
Profesor fisika teoretis dari University of Nottingham ini pernah menulis artikel yang berjudul "The social aspects of quantum entanglement" pada tahun 2007. Dalam artikelnya membahas bagaimana entanglement, fenomena dua partikel kuantum yang tetap terhubung meski terpisah jauh.
Dua partikel kuantum ini dianalogikan sebagai hubungan emosional manusia, seperti cinta atau kesetiaan. Walaupun secara tidak literal menyatakan bahwa cinta sama dengan keterkaitan, Adesso menjelaskan bagaimana sains bisa digunakan untuk memahami aspek manusiawi, bukan hanya rumus dan eksperimen.
- John Bell dan Reinhold Bertelmann
Bell yang mempunyai teori "Teorema Bell" yang membuka wawasan bahwa dua partikel yang awalnya saling terhubung (entangled), lalu dipisahkan jauh. Ketika salah satu partikel sifatnya diukur, hasilnya langsung mempengaruhi sifat partikel lainnya. Hal ini dianalogikan dengan hubungan manusia yang sangat dekat namun dalam.
Selain itu, Bell juga menulis esai yang mengandung metafora terinspirasi kebiasaan unik rekan kerjanya, Bertelmann yang bernama " Bertelmann Socks". Kebiasaan memakai kaos kaki dengan warna berbeda ini diartikan adanya korelasi klasik yaitu satu informasi otomatis menentukan informasi lain karena sudah ditetapkan sebelumnya.
- Vlatko Vedral
Vedral pernah menulis "The Joys of Quantum Entanglement" untuk Scientific American, yang menjelaskan bagaimana entanglement atau keterikatan menjadi sumber nilai dan kegunaan dalam ilmu kuantum modern-analogi yang sering dipakai untuk cinta sebagai koneksi mendalam.
Selain itu, dalam bukunya yang lain, "Decoding Reality" menulis bahwa keterikatan merupakan dasar dari segala hubungan. Bukan cuma partikel, tapi juga antar makhluk hidup. Bahkan cinta adalah bentuk paling murni yang bisa dianggap sebagai keterhubungan informasi yang menyatu dan tak bisa dipisahkan.
- Martin Plenio
Seorang fisikawan asal Jerman, Martin Plenio gagasannya membuka ruang bahwa entanglement mungkin juga terjadi dalam hubungan manusia. Seperti cinta, keterikatan ini tak tampak, tapi terasa nyata. Dua hati bisa terhubung tanpa kontak fisik, layaknya dua partikel berkaitan yang saling mempengaruhi meski berjauhan. Menurut Plenio, entanglement bukan keanehan teoritis, melainkan bagian dari kehidupan. Maka mungkin, cinta bukan sekedar perasaan, tapi wujud keterikatan alami yang di mana dua jiwa terus saling bereaksi, meski tanpa suara.
- David Kaiser
Ahli fisika dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), David Kaiser menyoroti bagaimana keterikatan kuantum (entanglement) tak hanya memicu kemajuan ilmiah, tapi juga inspirasi emosional. Ia menunjukkan bahwa para fisikawan mulai membuka diri pada makna filosofis dan spiritual dari keterhubungan partikel, bahwa dua hal bisa tetap terhubung meski terpisah jauh.
Dalam pandangan Kaiser, konsep ini sering digunakan secara puitis untuk menjelaskan cinta: hubungan mendalam yang melampaui ruang, logika, bahkan kata-kata. Cinta, layaknya entanglement, mungkin tak bisa dilihat atau diukur, tapi tetap terasa. Ia hidup sebagai keterhubungan yang tak kasat mata, namun nyata dalam getar dan jiwa.
- Dipankar Home
Dipankar Home adalah fisikawan dari Bose Institute, India, yang fokus pada aspek fundamental quantum entanglement dan aplikasi komunikasi kuantum. Penelitiannya sering digunakan untuk mendasari analogi hubungan emosional yang langgeng meski berjauhan.
Home sendiri meyakini bahwa dalam fisika kuantum, pengamat mempengaruhi realitas. Realitas tidak berdiri sendiri tetapi ia dibentuk bersama mereka yang menyaksikannya. Seperti dalam hubungan, Apa yang diberi seseorang bisa membentuk siapa mereka dalam relasi itu.
- Isaac Newton
Isaac Newton tak pernah menulis tentang cinta, tapi hukum-hukum fisikanya bisa menjelaskan dinamika hubungan manusia. Hukum inersia menyiratkan bahwa cinta tak akan bergerak tanpa dorongan dan perhatian, kehadiran, atau rasa. Hukum aksi-reaksi mengajarkan bahwa cinta sejati bersifat dua arah: memberi dan menerima.
Juga, seperti gravitasi, cinta adalah gaya tarik yang tak terlihat, namun mampu mengikat dua hati, melampaui ruang dan waktu. Dalam semesta Newton, semua benda saling mempengaruhi. Begitu pula cinta: ia hadir sebagai kekuatan halus yang mengubah arah hidup melalui diam, tarikan, dan setiap perasaan yang nyata.
Pada akhirnya, cinta dan fisika sama-sama mencoba memahami yang tak terlihat: satu lewat rumus, satu lewat rasa. Mungkin kita tak bisa mengukur cinta dalam satuan Newton, tapi kita tahu seperti partikel yang berkaitan bahwa hati yang terhubung akan selalu saling merespons, meski tak bersuara, meski berjauhan.
Penulis: Monika Wibisono Putri
*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*
(ktr/DIR)