Insight | Science

Selingkuh itu Candu

Kamis, 17 Nov 2022 17:13 WIB
Selingkuh itu Candu
Foto: Pexels
Jakarta -

Perselingkuhan memang sudah sering ditunjukkan lewat cerita fiksi di film, dinyanyikan lewat lantunan lagu yang galau, atau bahkan dialami secara pribadi oleh kamu atau orang terdekatmu. Contoh, yang terjadi pada Amy Dunne di film ikonik Gone Girl, atau Krisdayanti yang mencurahkan hatinya melalui lagu Cobalah Untuk Setia   perselingkuhan itu merupakan tindakan sudah sering dibahas melalui budaya pop yang benar merefleksikan kejadian nyata yang terjadi dalam struktur masyarakat.

Bukan karena tak mencintai pasangannya, tapi selingkuh itu candu bagi mereka yang pernah melakukannya. Peneliti menemukan dugaan bahwa adanya keinginan untuk berselingkuh bisa dikaitkan dengan reseptor dopamin yang dinamakan DRD4 polymorphism, atau gen thrill-seeking, yang juga dikenal sebagai gen yang bertanggung jawab atas kecanduan alkohol dan kecanduan judi.

Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti di Binghamton University, New York pada tahun 2010 menunjukkan bahwa individu yang memiliki jenis gen DRD4 tertentu cenderung tidak setia dengan pasangannya. Studi ini dilakukan terhadap 181 responden yang umumnya berusia 20 tahun. Para responden diminta untuk mengisi kuesioner dan menyerahkan sampel DNA untuk diuji variasi dari gen DRD4 yang dimilikinya.

Menurut hasil penelitian, semua orang memiliki gen DRD4, tapi semakin banyak gen itu ada di dalam tubuh maka semakin rentan mereka untuk 'mencari sensasi.' Dalam artian lain, seseorang sangat mungkin termakan godaan untuk melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan, seperti berselingkuh.

.Ilustrasi selingkuh/ Foto: Pexels

Meski demikian, kecenderungan seseorang untuk berselingkuh itu tidak hanya semata-mata aksi tunggal dari gen DRD4, tapi ada juga faktor eksternal yang berperan dalam mempengaruhi tindakan seseorang. Menurut sebuah studi, terdapat delapan faktor utama kenapa orang bisa berselingkuh dari pasangannya, yaitu amarah, kepercayaan diri, kurangnya rasa cinta, rendahnya komitmen, butuh selingan, merasa diabaikan, adanya hasrat seksual, serta faktor situasi. Faktor-faktor di atas menjadi pemicu utama mengapa perselingkuhan itu bisa terjadi serta mempengaruhi berapa lama mereka selingkuh dan emotional investment terhadap selingkuhannya.

Melihat alasan di atas, sebenarnya selingkuh bukanlah kondisi yang mustahil untuk disembuhkan. Bisa, namun sulit-kurang lebih begitu. Asal ada kemauan yang sama untuk bertahan dan saling mengintrospeksi diri. Lagipula, orang lain itu tidak dapat 'menyembuhkan.' It comes from you.

[Gambas:Audio CXO]

(HAI/DIR)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS