Insight | Science

Mengapa Udang Bisa Naik ke Daratan?

Selasa, 30 May 2023 17:00 WIB
Mengapa Udang Bisa Naik ke Daratan?
Ilustrasi udang Foto: Unsplash
Jakarta -

Fenomena hewan yang tidak biasa sering dikaitkan dengan prediksi bencana alam. Misalnya saja fenomena jutaan udang naik ke daratan pada siang hari yang baru-baru ini terjadi di Gorontalo. Diketahui fenomena tersebut terjadi di pemukiman warga Dusun Pongoala, Desa Buladu, Gorontalo Utara.

Dikutip Antara, Kepala Desa Buladu, Kecamatan Sumalata Timur, Herlinda H. Laniyo, mengatakan kondisi tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Ketika dicek di muara sungai yang berada sekitar tiga meter dari laut, ternyata udang berdatangan dari muara tersebut. Sementara menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Gorontalo, fenomena tersebut adalah hal yang lumrah terjadi.

"Jika lingkungan perairan di sekitar muara sungai mengalami perubahan yang drastis, seperti perubahan suhu air, kadar oksigen, atau tingkat salinitas perairan, udang bisa merasakan ketidaknyamanan dan mencari tempat yang lebih sesuai," kata Koordinator Data dan Informasi BMKG, Sayid Mahadir dikutip Detikcom.

Meskipun bukan menjadi tanda-tanda bencana alam, namun fenomena ini membuat banyak orang penasaran. Mengapa udang yang habitatnya di air bisa naik ke daratan?

Perilaku Unik Udang

Selama ini kita hanya tahu bahwa udang air tawar maupun udang laut tidak pernah keluar dari habitatnya di air. Namun, fenomena yang baru-baru ini terjadi di Indonesia tersebut sebenarnya sering terjadi di negara lain, seperti Thailand.

Seorang peneliti dari University of California Los Angeles (UCLA), Watcharapong Hongjamrassilp, mencoba meneliti perilaku udang yang naik ke daratan. Pada 2018 dan 2019, ia mengintai Sungai Lamdom di timur laut Thailand dan mengidentifikasi dua tempat di mana ratusan ibu udang air tawar meninggalkan perairan yang deras selama berbulan-bulan di musim hujan antara Agustus sampai Oktober.

Temuan mereka yang diterbitkan di Journal of Zoology itu menunjukkan kalau udang kemungkinan besar berbelok dari arus yang sangat kuat. Semakin kuat arusnya, semakin besar kemungkinan hewan krustasea itu merayap di darat, berjalan ke hulu, kemudian kembali ke daerah perairan yang lebih tenang.

Seperti yang dikutip National Geographic, pawai udang tersebut adalah aliran udang yang terus-menerus keluar dan bergabung dengan kerumunan tergantung pada jumlah waktu mereka keluar dari air, dengan beberapa individu berbaris hingga 65 kaki.

Anehnya, suhu yang lebih dingin dan cahaya yang redup tampaknya menjadi isyarat utama untuk udang meninggalkan air. Pada tahap akhir penelitiannya, dia melakukan analisis genetik pada udang tersebut yang mengungkap spesies yang ada di Thailand itu sebagai Macrobrachium dienbienphuense, yang pertama kali diidentifikasi pada tahun 1970-an.

Peter Novak, seorang ahli ekologi air tawar di Departemen Keanekaragaman Hayati, Konservasi, dan Atraksi Australia Barat, mengatakan temuan tersebut menarik bahwa pawai udang bukan disebabkan musim kawin.

"Temuan ini memang menimbulkan pertanyaan menarik tentang mengapa hewan ini bergerak ke hulu jika tidak perlu ke hilir sejak awal," kata Novak mengomentari temuan tersebut.

Meskipun jenis udang yang ada di Gorontalo mungkin saja berbeda dengan yang temukan di Thailand, namun penelitian tersebut membuktikan bahwa hewan sejenis udang memiliki perilaku yang unik dan bisa diteliti lebih lanjut untuk ilmu pengetahuan di masa depan.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS