Insight | Science

Zombie Apocalypse, Mungkinkah Terjadi?

Senin, 28 Feb 2022 14:00 WIB
Zombie Apocalypse, Mungkinkah Terjadi?
Foto: Pexels Cottonbro
Jakarta -

Zombie seringkali dijadikan sebagai konsep cerita fiksi seperti Train to Busan, The Walking Dead, Army of The Dead, ataupun serial Netflix yang sedang ramah menjadi topik pembicaraan, All of Us Are Dead. Meskipun seringkali memunculkan gambaran yang tragis, film tentang zombie selalu laris manis dan memiliki peminat yang setia. Mungkin, saat menonton film zombie, ada bayangan di kepala jika suatu hari wabah virus zombie benar-benar menyerang seluruh dunia, mengharuskan kita bertahan hidup karena terekspos dengan serangan gigitan zombie. Namun, sebelum berimajinasi lebih jauh lagi, pertanyaan utamanya adalah, mungkinkah zombie apocalypse dapat terjadi?

Dari Afrika ke Hollywood
Dilansir dari beberapa sumber, zombie sebenarnya memiliki asal muasal yang cukup suram. Kata zombie itu sendiri berasal dari fenomena perbudakan orang kulit hitam dibawah kekuasaan Perancis di Haiti pada tahun 1700. Kerja paksa dalam sektor perkebunan merupakan pekerjaan yang sangat berat, sampai-sampai membuat mereka terlihat seperti mayat hidup. Mereka mengekspresikan situasi ini dengan kata ndzumbi yang berarti mayat dalam bahasa Mitsogo di Gabon, ataupun nzambi yang berarti arwah orang yang telah mati dalam bahasa Kongo.

'Konsep' mayat hidup kemudian dibawa ke dunia Hollywood dan dituangkan dalam beberapa film sejak tahun 1932, dengan film zombie pertama berjudul White Zombie, yang pada akhirnya berkembang secara pesat hingga saat ini. I mean, I can challenge anyone to name any 5 zombie movies, and they would easily succeed. Netflix series Kingdom? Modern zombie romance Warm Bodies? Resident Evil? The list goes on!

Mungkinkah fiksi menjadi nyata?
Produksi Hollywood memang seringkali memiliki kualitas yang cukup tinggi, dalam artian, mereka dapat menggambarkan zombie sebagai monster yang sangat seram, brutal, dan membahayakan. Daripada hanya bertebaran saat Halloween, bisakah zombie benar-benar mengambil alih dunia? Mari simak penjelasannya dalam sudut pandang sains.

Secara konsep yang dikenalkan oleh budaya pop, seseorang dapat menjadi zombie saat mereka telah terpapar oleh virus yang ditransmisikan melalui gigitan. Jika virus menjalar ke otak, dengan cepat akan mempengaruhi amygdala, bagian otak yang memicu respon fight or flight, dan merubah mereka menjadi mayat hidup yang hanya memiliki satu tujuan; menggigit dan memakan makhluk hidup. Namun, sebenarnya, jika otak sudah dalam keadaan mati, seharusnya hal ini tidak dapat membuat badan manusia beroperasi secara normal.

Tanpa berfungsinya otak, tubuh tidak dapat mengeluarkan hormon-hormon penting yang dapat membangkitkan fungsi organ dan proses biologis dalam tubuh selama kurang lebih seminggu. Sebagai contoh, tidak adanya hormon vasopresin yang seharusnya dikeluarkan hipotalamus akan menghalangi proses penyerapan air pada ginjal. Hal ini dapat tercermin dalam sebuah kasus medis mengenai seorang remaja yang mengalami kematian pada otak. Meskipun fungsi organ tubuhnya dapat 'ditopang' menggunakan mesin-mesin kesehatan yang canggih secara sementara, hal tersebut tidak membuatnya menjadi hidup. Jangankan berlari untuk memangsa manusia, beranjak dari kasur merupakan hal yang tidak memungkinkan baginya.

Dilihat lebih lanjut, secara biologis zombie merupakan hal yang tidak mungkin terjadi. Mayat hidup, maupun suatu saat nanti dapat muncul, tidak mungkin bertahan lama. Di udara yang luas dan terbuka, tubuh dari manusia yang sudah mati biasanya lebih cepat membusuk, dimana bakteri dalam tubuh akan mengeluarkan gas sehingga membuat badan menjadi bengkak. Belum lagi, pada lingkungan atau iklim yang hangat biasanya mengundang serangga untuk menggerogoti organ tubuh. Tentunya, hal ini akan membatasi mobilitas zombie.

Pada satu sisi lain, penyakit yang mendekati dengan deskripsi-deskripsi dari wabah zombie adalah virus rabies. Rabies ditularkan melalui gigitan hewan dan dapat menyebabkan korbannya merasakan kebingungan, kejang otot, hingga menjadi agresif dan memiliki keinginan untuk menggigit orang lain. Namun, sejak adanya vaksin rabies, kasus ini mulai jarang ditemukan.

Meskipun terjangkit virus rabies, kecil kemungkinannya virus ini dapat merajalela dan mengancam keamanan dunia. Hal tersebut dikarenakan, inkubasinya membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu berminggu-minggu. Saat virus ini dapat disebarkan melalui udara, seperti COVID-19, mungkin barulah dapat mempengaruhi dunia.

Setelah dijabarkan dalam sudut pandang sains, masihkah kamu percaya bahwa zombie apocalypse mungkin dapat terjadi dan pada akhirnya memiliki kemampuan untuk menghancurkan dunia? Pembahasan mengenai ketidakpastian masa depan merupakan hal yang memiliki ketertarikannya tersendiri karena sering menuai perdebatan dengan ide-ide liar yang menemaninya. However, no one saw COVID-19 coming. Perhaps, we should give a small, tiny, little, room of the possibility of a zombie outbreak for anticipation, *ketuk meja dua kali*.

[Gambas:Audio CXO]

(HAI/MEL)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS