Inspire | Love & Relationship

Antara Cinta dan Identitas: Ketika Memiliki Pacar Zaman Ini Dianggap Memalukan

Rabu, 19 Nov 2025 14:10 WIB
Antara Cinta dan Identitas: Ketika Memiliki Pacar Zaman Ini Dianggap Memalukan
Ilustrasi perempuan yang menyembunyikan kekasihnya. Foto: iStock
Jakarta -

Pertanyaan seperti ‘sudah umur segitu kok masih single?’ rasanya sudah tidak relevan di zaman ini. Memiliki pasangan merupakan sebuah hal yang sangat dibanggakan, melihat maraknya konten pasangan yang terus menjadi tren di media sosial. 

Jalan-jalan, membuat video, sampai melakukan trending challenge pasangan bersama, tentu memperlihatkan pasangan menjadi hal yang umum dilakukan. Tapi apakah memperlihatkan pasangan benar-benar selalu menjadi sebuah kebanggaan? 

Apa Kata Perempuan di Seluruh Dunia

Beberapa waktu lalu, sebuah artikel yang ditulis oleh Chanté Joseph di British Vogue menjadi viral lewat judul ‘Is Having a Boyfriend Embarrassing Now?’. Para perempuan di seluruh dunia tak henti memberikan pendapat mengenai artikel tersebut. 

Dalam artikel ini, Chanté menyebutkan bahwa cara dunia memperlihatkan pasangan mereka sudah berganti, terutama pada para perempuan. Ada masa di mana hidup kita—para perempuan—dinilai dari pasangannya. Para perempuan dinilai dari kemampuannya mendapatkan lelaki dengan status sosial yang tinggi dan mapan. 

Dalam suatu hubungan, para perempuan pun dinilai hanya bergantung pada pasangannya dan tidak dapat berdiri sendiri secara mandiri. Masa-masa itu tentu terasa nyata bagi kita, tapi melihat perkembangan zaman, kehidupan yang kita lihat di media sosial telah berbalik. 

Dari para perempuan yang memasang foto bersama pasangannya dan nama pasangan di bio mereka, berubah menyembunyikan pasangan mereka dari media sosial. Munculnya istilah 'soft-launch' yang masih memperlihatkan keinginan untuk memberitahu bahwa mereka memiliki pasangan, tapi tetap menyembunyikan status pasangannya. 

Dengan adanya story Instagram makan malam di tempat mewah, dengan 2 piring terlihat dan tangan yang menggenggam tangan pasangannya. Hal-hal seperti itu tentu menimbulkan banyak pertanyaan mengenai siapa pasangannya tapi dengan jelas memperlihatkan ‘tipis-tipis’ bahwa dia sudah tidak single lagi. 

Maraknya Tren Konten Pasangan 

Jika kita melihat tren media sosial, tentu hal-hal di atas terasa seperti kontra dari kenyataan yang ada. Konten-konten pasangan yang kian meningkat, dan orang-orang yang memulai personal brandingnya dengan pasangan, bahkan membuat akun bersama. Hal tersebut bahkan sudah menjadi ajang promosi. 

Tren yang terjadi pun mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai relasi. Banyak yang merasa iri tentunya dengan konten-konten pasangan, tapi banyak juga yang merasa bahwa memiliki pasangan di zaman ini hanya untuk kebutuhan konten semata. 

Sebuah titik balik terjadi di mana Chanté menuliskan artikel tersebut dan banyaknya tanggapan dari para perempuan papan atas. Berada dalam suatu hubungan di zaman ini dapat dinilai memalukan. Saat banyaknya unggahan media sosial yang menunjukkan ketergantungan pasangan satu sama lain. 

Claudia Poposki pun menunjukkan dalam New York Post, yang mana para perempuan single merayakan adanya artikel tersebut dengan sangat bangga. Bagi mereka, menjadi single di masa ini justru merupakan sebuah kebanggaan dan adanya pendapat dari Chanté menyatukan suara para perempuan single di luar sana. 

Banyaknya perempuan di luar sana memilih untuk single secara sadar. Sebab kembali lagi, mungkin di antara mereka memilih single akibat gagal atau trauma dalam hubungan terakhir, tapi ada pula yang memilih menjadi single untuk mencari jati diri mereka sendiri. 

Memiliki Pasangan sebagai Kebanggaan

Memiliki pasangan di zaman ini bukanlah hal yang memalukan, tapi dengan konteks sosial yang telah berubah, cara pandang kitalah yang harus diarahkan kembali. 

Kita pun dapat menarik kesimpulan bahwa perempuan masih memiliki cinta dalam hati mereka untuk berpasangan. Tetapi pasangan bukan dimiliki untuk status semata atau karena ingin mengikuti pandangan sosial. Tidak salah bagi mereka yang memilih untuk menjalani hidup bersama pasangannya secara bangga dan tentunya atas dasar cinta itu sendiri, bukan demi memuaskan faktor eksternal. 

Kembali lagi pada artikel yang ditulis Chanté, pada akhirnya dia pun menuliskan bahwa yang harus kita tekankan dalam suatu hubungan adalah rasa bangga pada keadaan diri kita sendiri, baik dalam keadaan single, ataupun berpasangan. 

Penulis: Anastasia Nadila

Editor: Dian Rosalina 

*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*

(ktr/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS