Inspire | Love & Relationship

Ini Alasan Hubungan 'Frenemie' Bukan Hanya Makan Hati, Tapi Juga Kesehatanmu

Kamis, 11 Sep 2025 19:12 WIB
Ini Alasan Hubungan 'Frenemie' Bukan Hanya Makan Hati, Tapi Juga Kesehatanmu
Ilustrasi 'frenemie'. Foto: iStock
Jakarta -

Mendengar sepasang kekasih tanpa ragu menunjukkan kasih sayang dengan 'berbeda' seperti saling memanggil menggunakan panggilan nyeleneh atau agak kasar atau melihat circle pertemanan bercanda sedikit keterlaluan seperti saling menghina, mungkin kamu merasa itu adalah bagian dari keakraban. Bisa jadi kamu sedang berada dalam salah satu situasi tersebut.

Hal seperti itu kerap kita jumpai di lingkaran pergaulan anak-anak muda hari ini. Mereka menyebutnya kasih sayang yang 'lebih akrab' karena menembus batas ketidaknyamanan yang sering membatasi hubungan. Padahal hubungan cinta dan benci atau 'frenemie' seperti ini terkadang terlihat nyaman, tapi sebenarnya ini adalah ciri hubungan yang toxic karena bikin makan hati dan juga memperburuk kesehatan lho.

Orang 'Jahat' Menyamar Jadi Sahabat

Memilih pertemanan itu penting, terlebih di masa sekarang yang lebih banyak orang membawa berbagai 'topeng'. Menyamar sebagai sahabat tapi ternyata hanya ingin membuatmu terpuruk.

Dilansir Wales Online, psikolog menyebutnya 'hubungan ambivalen' dan hubungan ini tidak hanya berpotensi merusak suasana yang menyenangkan, tetapi juga mengejutkan bagi kesejahteraan fisik maupun mental yang menjalaninya. Bahkan berbagai penelitian menjelaskan hubungan cinta-benci ini seringkali menegangkan daripada interaksi dengan orang-orang yang terus-menerus bersikap jahat.

Penulis sains David Robson mencoba mendalami dampak rumit dari hubungan ini terhadap kesehatan fisik dan memperingatkan bahwa orang 'jahat' itu bisa menyamar sebagai sahabat atau pasanganmu. Seorang pakar hubungan, Chris Williamson pun menjelaskan tentang hubungan ambivalen tersebut.

Ia mengatakan, orang-orang ini tidak cukup kuat untuk menjadi musuh, tapi juga tidak cukup konsisten untuk menjadi sahabat. Sehingga kamu, atau orang yang terjebak dalam hubungan dan orang seperti mereka ini sulit memutuskan hubungan.

"Anehnya, kita akan mempertahankan mereka dalam jaringan hubungan kita seumur hidup. Sayangnya mereka cukup buruk sampai membuat kesehatan terganggu," ujar Chris.

Frenemie juga tidak terlalu terlihat jelas, seperti yang diakui pakar, terkadang kebaikannya mungkin lebih besar daripada keburukannya. Kamu pun tidak ingin memutuskan hubungan dengan orang ini. Namun ia memperingatkan bahwa tetap dekat dengan seseorang yang tidak konsisten--terkadang memuji, terkadang mengkritik dengan menyerang. Artinya dia adalah teman terburuk, tapi musuh terbaik.

"[Contohnya] jika atasan kamu menyebalkan, kamu bisa mengabaikan apa yang mereka katakan. Jika terkadang mereka memuji dan di lain waktu mereka sangat kritis, tekanan darah kamu jadi naik, bukan? Nah, bayangkan kamu punya hubungan serupa di dalam lingkaran pertemananmu, tentu tekanan darahmu naik dua kali lipat," kata dia.

Meskipun sulit untuk menentukan apakah seseorang adalah frenemie atau teman yang layak dipertahankan, David mengungkapkan bahwa tes pertamanya untuk hal ini adalah dengan bertanya, dalam skala 1-7, apakah teman atau pasanganmu itu sungguh kamu butuhkan atau tidak. Lalu yang kedua, dalam skala yang sama, apakah mereka akan menyakiti atau tidak dalam situasi tersebut.

Kalau kamu mendapatkan skor di atas dua pada tes ini, tandanya kamu dan teman atau pasanganmu adalah frenemie. Sudah tahu jadi frenemie, kenapa kamu masih mau bertahan? Nah mungkin ini alasanmu dan apa artinya mereka bagimu, seperti dikutip Huffpost.

Alasan Bertahan dalam Hubungan Ambivalen

Psikolog dan pakar persahabatan Irene S. Levine mengatakan orang-orang enggan melepaskan persahabatan jangka panjang, bahkan dengan frenemie karena mungkin kamu telah berbagi banyak pengalaman menyenangkan. Jadi sejarah panjang ini tidak bisa kamu abaikan begitu saja.

"Mungkin ada riwayat mereka bersikap baik kepada kamu, berada di sana untuk kamu, berbagi sumber daya dengan Anda dalam beberapa situasi," kata Danielle Bayard Jackson , seorang pendidik persahabatan dan penulis buku "Fighting for Our Friendships: The Science and Art of Conflict and Connection in Women's Relationships."

"Kamu mungkin pernah mengalami momen-momen dalam hubungan di mana orang ini benar-benar menawarkan dukungan emosional. Kenangan positif dan sejarah bersama itulah menurut saya, yang menjadi alasan mengapa banyak orang bisa mempertahankan hubungan seperti itu begitu lama," tambahnya.

Selain itu, jiwa kompetitifmu dengan si frenemie ini cukup kuat sehingga rasa-rasanya kalau mundur, kamu akan merasa kalah dari dia. Ini juga bisa dipengaruhi dari gaya keterikatanmu yang membuatmu ingin tetap bersama mereka, walaupun menyakitkan.

"Orang-orang yang takut ditinggalkan atau memiliki keterikatan yang cemas cenderung tidak mengakhiri hubungan yang tidak sehat, mempertahankan hal-hal yang baik dan mengabaikan perlakuan buruk," kata Deborah Vinall , terapis pernikahan dan keluarga berlisensi dan kepala bagian psikologi di Recovered.org.

Secara psikologis, individu dengan pola keterikatan insecure, merasa ambivalensi dalam hubungan ini familiar atau terasa kuat secara emosional. Harga diri yang rendah, rasa takut ditolak, dan kebutuhan yang kuat akan validasi eksternal juga dapat menyebabkan individu bertahan dalam hubungan yang tidak konsisten ini.

Terakhir, mungkin hubungan ini menguntungkan bukan hanya buat dia tapi juga buat kamu. Misalnya dia punya status sosial lebih tinggi dari kamu, kalau kalian menjadi musuh tentu saja hal itu akan membuatmu rugi karena dia akan semakin menjadi menyakitimu.

Terkadang punya teman atau kekasih yang sangat jujur itu tidak masalah, namun kalau setiap perkataan atau tindakan yang dia lakukan dalam hubungan ini menyakitimu, itu bukan lagi sebuah kasih sayang, tapi sebuah penyiksaan yang mengatasnamakan cinta. Cinta itu hangat, menyenangkan, dan membahagiakan, bukan malah menyakitkan.

(DIR/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS