Inspire | Love & Relationship

Alasan Mengapa Kita Suka Melakukan Baby Talk dengan Pasangan

Kamis, 14 Apr 2022 18:00 WIB
Alasan Mengapa Kita Suka Melakukan Baby Talk dengan Pasangan
Foto: A Mental Health America/PEXELS
Jakarta -

Setiap pasangan tentu memiliki gaya komunikasinya tersendiri, termasuk saya dan pasangan. Kata-kata yang mengungkapkan rasa sayang kerap saya lontarkan kepada suami, hampir setiap hari. Namun salah satu gaya bahasa yang sering saya ucapkan hanya ketika berdua dengan suami adalah baby talk.

Kata-kata seperti "Sheyenk!", "Aku mau mamam", "Inyih", atau "Kamu kok gitu ciihh?!" dengan suara meleking-jujur-sering saya ucapkan ketika ingin bermanja-manja dengan suami, begitu pula sebaliknya suami pada saya. Tapi bagi sebagian orang yang menjalin hubungan, baby talk dengan pasangan mungkin terdengar menggelikkan, bahkan cenderung cringe. Tapi di balik kegelian yang kerap kita lontarkan pada pasangan ini, ternyata memiliki alasan logis dan bermanfaat bagi hubungan kita.

Baby talk atau berbicara layaknya bayi biasanya dilakukan ketika seseorang berbicara dengan bayi, anak-anak, atau bahkan hewan peliharaan. Nama panggilan yang menggemaskan, emosi yang dimain-mainkan dengan berlebihan, perubahan nada ke oktaf yang lebih tinggi menjadi cara komunikasi ini. Menurut Dr. Antonia Hall, seorang psikolog spesialisasi hubungan, semua itu sangat umum dalam hubungan romantis orang dewasa.

"Baby talk menandakan kedekatan dengan metode 'mirroring' untuk membangkitkan emosi positif, dan mendorong keterikatan yang aman satu sama lain. Ini menunjukkan keinginan untuk memelihara pasangan dan ikatan yang terjadi di antara kalian berdua," ujarnya dikutip NBC News.

Ia menambahkan, cara berkomunikasi ini meniru pengalaman ikatan pertama yang kita miliki di dunia ini--biasanya dengan pengasuh kita dulu. Ketika orang tua berbicara seperti ini kepada anak-anak mereka, itu adalah cara untuk membangun cinta, ikatan, kasih sayang, dan rasa aman. Hal yang sama berlaku dalam hubungan romantis orang dewasa. Berbicara seperti ini adalah bawaan dan universal untuk semua manusia. Senada dengan Dr. Hall, Dr. Kathryn Smerling, seorang terapis keluarga yang berbasis di New York, Amerika Serikat pun mengamini konsep ini.

"Beberapa orang mungkin menyebutnya sebagai cara pasangan berbicara, tetapi istilah ini lebih dikenal dengan regresi. Dalam teori psikoanalitik, seorang individu kembali ke perilaku mereka di tahap perkembangan, dan mereka mungkin meniru tingkah laku kekanak-kanakan, serta ucapan. Ini sebenarnya sangat umum dan sebagian besar pasangan melakukannya ketika mereka ingin menunjukkan kerentanan atau sebagai cara untuk lebih dekat dengan cara yang intim," ujarnya.

Hall menambahkan, kita bahkan memiliki kecenderungan menggunakan suara yang biasa dibuat oleh bayi kepada pasangan kita. "Pasangan yang menggunakan suara bayi dalam nama panggilan yang penuh kasih sayang, secara intrinsik meniru apa yang didengar dari orang tua saat mengasuh kita dulu," kata Hall.

Tahu Tempat dan Waktu

Meskipun cara berkomunikasi sungguh manusiawi di antara orang-orang yang menjalin cinta, namun kita harus tetap ingat bahwa kita tidak tinggal di dunia ini berdua saja bersama pasangan. Ada beberapa situasi yang mungkin sebaiknya kita hindari saat memakai gaya bahasa ini dengan pasangan.

Pertama, saat kita berada di tempat umum. Baby talk biasanya akan menarik perhatian orang luar, jadi sebaiknya kamu dan pasangan membatasi perilaku bonding di depan umum. Kedua, selama percakapan serius adalah situasi yang tidak cocok dengan bahasa bayi. Sebaiknya hindari menggunakan baby talk selama percakapan serius atau ketika kamu bertengkar dengan pasangan. Situasi ini lebih membutuhkan komunikasi orang dewasa yang jujur dan terbuka.

Ketiga, saat pasangan enggan menggunakannya. Meskipun kita telah terbiasa menggunakan bahasa bayi, terkadang ada rasa jenuh menghampiri. Jika bahasa bayi sudah mengganggu pasangan kita, sebaiknya hentikan lebih dulu karena justru akan menjadi bumerang bagi hubungan ini. Cobalah untuk membaca isyarat nonverbal apakah pasangan menginginkannya atau justru sebaliknya.

Jadi meskipun saya atau orang-orang lain yang menggunakan gaya berbahasa bayi dengan pasangannya dianggap kekanak-kanakan, bahkan menggelikan, namun percakapan bermanja-manja layaknya bayi dengan pasangan adalah gaya komunikasi yang sehat. Selama kita tahu tempat dan waktu, serta tidak mengganggu kenyamanan orang lain.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/MEL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS