Inspire | Human Stories

Menantikan Klimaks F1 dan Pengalaman Race Day bersama Richard Kyle

Jumat, 05 Dec 2025 16:00 WIB
Menantikan Klimaks F1 dan Pengalaman Race Day bersama Richard Kyle
Sirkuit Marina Bay Sands, Singapura. Foto: CXO Media
Jakarta -

Bising ajang balap Formula 1 kembali menggelegar tahun ini. Pamornya yang sempat meredup berangsur pulih, berkat rentetan upaya termasuk promosi ke ranah pop: film box office global F1 (2025) yang dibintangi Brad Pitt, tujuh musim serial dokumenter Drive to Survive di Netflix, sampai kampanye terintegrasi tim-tim F1 dengan berbagai jenama kiwari. Yang lebih penting, awareness F1 yang dulunya eksklusif kini benar-benar mencuri perhatian generasi muda yang setia menantikan persaingan antarpembalap hingga detik balapan terakhir.

Musim balap F1 2025 bahkan lebih berkesan bagi CXO Media, yang untuk pertama kalinya berkesempatan menyaksikan GP Singapore secara langsung, awal Oktober lalu. Kami menontonnya bersama Richard Kyle-penjelajah sohor tanah air yang terkenal lewat program My Trip My Adventure Trans TV (2016-2020), dan pecinta F1 seumur-umur.

Panas Sampai Ujung

Penghujung musim balap F1 kali ini dapat disebut sebagai salah satu yang paling dinantikan dalam beberapa musim terakhir. Per balapan terakhir yang segera berlangsung di Abu Dhabi, hari Minggu (7 Desember) mendatang, trofi kampiun musim ini masih akan sengit diperebutkan tiga pembalap: Lando Norris (McLaren, 408 poin), Max Verstappen (Red Bull, 396 poin), dan Oscar Piastri (McLaren, 392 poin).

Ini adalah kali pertama sejak 2010 tiga pembalap masih bersaing di balapan terakhir, dan kali pertama sejak 2021 gelar juara F1 ditentukan pada last race of the year.

[Gambas:Instagram]

Menariknya, kunjungan kami ke GP Singapore juga termasuk momen krusial. Sebab pada Minggu malam (5/10) itu, di antara gemerlap lampu jalanan Marina Bay Street Circuit, George Russell (Mercedes) memenangi balapan dengan dominan—meninggalkan Norris dan Piastri yang nyaman menduduki dua posisi teratas klasemen harus puas finish di barisan ketiga dan keempat, sementara Verstappen yang tengah mengejar duo McLaren di puncak klasemen hanya sanggup keluar sebagai runner-up.

Bagi kami yang tak terlalu ngelotok mengikuti F1, hasil tersebut jelas di luar perkiraan. Kamipikir duo McLaren yang gagah di puncak klasemen mampu melenggang dan menang mulus. Namun, kami salah besar. Balap jet darat ternyata penuh drama dan momen kejutan. Lando dan Oscar justru mengalami insiden satu sama lain pada lap pertama dan sempat terkendala drama internal saat pit stop. Kendati demikian, mereka sudah cukup untuk memastikan gelar Juara Konstruktor F1 kedua berturut McLaren.

[Gambas:Instagram]

Sebaliknya, Richard Kyle yang mengaku selalu menjagokan Ferrari (kini diperkuat Charles Leclerc dan Sir Lewis Hamilton) di dalam hatinya malah bisa memprediksi hasil balapan secara lebih objektif, dan menakar: George dan Max yang akan berjaya.

"[Mungkin] George punya kans lebih tinggi untuk menang," kata Richo—panggilan akrab Richard Kyle—kepada kami, beberapa jam sebelum balapan GP Singapore dimulai. "Tapi jangan remehkan Max. Dia punya something."

Dan benar saja. Sejak saat itu, persaingan klasemen terus memanas. Max, yang pada akhir Agustus tertinggal 104 poin dari puncak klasemen, kian ganas mengejar. Kemenangannya di Qatar pekan lalu-balapan ke-23 musim ini-bahkan berhasil memecah dominasi duo McLaren dan menyalip Oscar ke posisi kedua klasemen.

Kini Max hanya terpisah 12 poin dari Lando. Sang petahana juara, yang sedang mengincar gelar kelima berturut-turut, membuktikan dirinya lebih dari pantas untuk berjuang sampai detik terakhir, walaupun harus memenangi GP Abu Dhabi dan berharap Lando hanya finish di urutan kelima atau lebih rendah.

[Gambas:Instagram]

Di lain sisi, Lando juga tak akan mau mengalah. Ia akan tampil ngotot untuk bisa finish naik podium di Abu Dhabi, jika ingin mengunci titel perdananya-terlepas apapun hasil yang dicetak Max dan/atau Oscar. Sedangkan bagi Oscar, peluangnya terhitung cukup tipis secara matematis dan bergantung pada dua pembalap di atasnya.

Walaupun begitu intens dan belum tentu menyenangkan bagi para kandidat juara, paling tidak inilah momen yang bisa membuat Abu Dhabi lebih seru dan kian menebarkan pesonanya kepada setiap pecinta F1, baik yang paling setia maupun yang awam. Tiga pembalap, tiga skenario, tiga calon juara, dalam satu balapan pamungkas.

F1 dari Kacamata Richard Kyle

Cinta Richo pada F1 dimulai sejak kecil. Saat berumur 10 atau 11 tahun, ia yang berteman akrab dengan anak mendiang Barry Sheene-legenda balap motor asal Inggris-ikut menonton balapan F1 untuk pertama kalinya secara langsung pada GP Australia, yang digelar di kampung halamannya: Melbourne.

Di sana, ia langsung terpukau dengan betapa intensnya kendali adrenalin pada suatu balapan. Pengalamannya yang sulit dilupakannya itu pun akan selalu menarik untuk diceritakan berulang-ulang.

"Barry dekat sekali dengan [Michael] Schumacher. Waktu itu aku diajak turun ke paddock dan dia [Barry] menyapa Schumacher begitu akrab, sampai bercanda menepuk bokongnya dan kami semua tertawa," kenangnya.

[Gambas:Instagram]

Sejak saat itu, F1 menjadi bagian dari hidupnya. Richo mengaku jarang sekali melewatkan balapan-kecuali pada momen-momen yang tidak memungkinkan, misalnya saat ada pekerjaan.

Ia juga merasa sangat senang, bisa menonton F1 Singapore untuk kedua kalinya. "Balap di sini berbeda karena cuaca dan panasnya. Pembalap itu bisa turun berat badan sampai lima kilo," jelas Richo.

Bahwa F1 itu bukan cuma soal adu cepat dalam kisaran 300-an km/jam, kata Richo, adalah hal yang lebih menarik. "Balapan itu bukan cuma soal keandalan driver, tapi soal strategi, mental, kesiapan dan tekanan tim, bahkan politik."

Terlepas dari urusan-urusan lintasan F1 yang menarik atensinya, Richo menyebut bahwa olahraga ini mampu mengajarkan banyak hal. Misalnya, kecintaannya terhadap travelling, yang memantik adrenalin dan membutuhkan mental kuat saat menjelajahi tempat-tempat baru.

[Gambas:Instagram]

Richo yang baru saja berkunjung ke Nepal dan Bhutan pun berharap bisa lebih banyak lagi menghadiri balap F1, dan tentu saja ingin terus menjelajah dunia hingga ke Antartika, yang kini masuk dalam daftar impiannya—menyusul Machu Picchu di Peru.

Soal harapannya yang pertama, Richo bahkan punya kesempatan untuk segera mewujudkannya. Ia akan menonton langsung balapan di Abu Dhabi akhir pekan nanti. Tentu Richo tidak bisa tidak antusias, karena berkesempatan melihat langsung drama tiga pembalap di putaran pamungkas-satu hal yang mengingatkannya pada pertarungan sengit Hamilton vs. Verstappen pada 2021.

"Ya Tuhan aku benar-benar nggak sabar dan penasaran," kata Richo, Kamis (4/12) siang. "Pasti bakal seru banget. Lando harus bisa tahan tekanan, Max juga harus fight keras kalau mau buktiin dia yang terbaik sekarang."

Prediksi Final Balapan?

Jika mengikuti prediksi Richo di Singapore-yang waktu itu tepat menebak George Russell menang dan Verstappen punya peluang-maka Abu Dhabi akan menjadi panggung yang tidak kalah dramatis.

Max, dengan momentum lima kemenangan dalam delapan balapan terakhir, datang dengan kepercayaan diri penuh. Lando, yang diuntungkan keunggulan 12 poin, harus tangguh membopong ekspektasi. Bahkan Oscar Piastri, yang menurut Richo layak diberi apresiasi, juga akan punya peluang yang tidak kalah memungkinkan untuk keluar sebagai juara.

Klasemen hari ini mencerminkan satu hal: musim 2025 adalah salah satu yang paling ketat dalam sejarah modern F1. Bukan hanya soal siapa yang tercepat, tetapi siapa yang paling tangguh dan mampu membuktikan ia pantas mendapat gelar juara.

[Gambas:Instagram]

Dan di bawah lampu Yas Marina Circuit tiga hari lagi, kita semua-juga tentunya Richo yang akan terbang ke sana-akan tahu jawaban sejarah. "Lando mungkin lebih punya peluang, tapi Max kayaknya akan habis-habisan besok. Dia layak juara," tutup Richo.

Abu Dhabi Grand Prix 2025 akan berlangsung pada Minggu, 7 Desember 2025, pukul 17.00 waktu setempat (20.00 WIB).

(RIA)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS