Inspire | Human Stories

Di Antara Gema Stadion: Kisah Cinta Musik dan Sepak Bola

Senin, 03 Nov 2025 18:30 WIB
Di Antara Gema Stadion: Kisah Cinta Musik dan Sepak Bola
Ilustrasi para suporter menyanyikan yel-yel klub sepak bola kebanggaan mereka. Foto: iStock
Jakarta -

Sepak bola dan musik adalah dua entitas yang tak bisa dipisahkan. Keduanya sudah menjadi sarana hiburan masyarakat--musik untuk dirasakan dan sepak bola untuk disaksikan. Bahkan tanpa nyaringnya suara dan dentuman drum suporter di atas tribun, stadion layaknya studio bioskop yang asyik dilihat, namun hening bila dirasakan.

Kini, musik atau nyanyian di dalam stadion tak lagi tentang klub kebanggaan, melainkan berubah bak panggung musik. Beberapa waktu silam misalnya, suporter punk football Bandung, Riverside Forest Football Club menyanyikan lagu "Ini Abadi" dari Perunggu di Stadion Sidolig, Bandung, yang memberikan ke kita suatu tontonan menarik dari harmoni keduanya-sepak bola dan musik-indah dan emosional.

Lagu tersebut memang memiliki ikatan batin dengan kota Bandung khususnya suporter Punk Football Bandung ini. Terpatri pada penggalan liriknya, "Lihatlah semua sudut itu, Bandung kan selalu memelukmu" yang pas sekali digemakan di Stadion Sidolig, Bandung pada Kejuaraan Liga 4 Piala Bandung itu.

Lagi-lagi musik dan sepak bola adalah kisah cinta yang tak bisa diceraikan, ia merasuk dan kokoh di sudut-sudut stadion, tujuannya dua: menyemangati pemain di lapangan atau menjulurkan ikatan batin ke sesama suporter.

.Ultras Napoli yang terkenal dengan yel-yel yang provokalif./ Foto: Calciomercanto

Nyanyian yang Harus Dihentikan

Tak dimungkiri, nyanyian adalah kondimen penting di sepak bola. Ia yang menyatukan kisah asmara suporter, klub, dan pemain. Lebih jauh sebagai identitas klub -eksistensi- untuk bisa mengarungi lautan sepak bola yang fluktuatif. Maksudnya, di kala klub sedang tidak baik-baik saja ada nyanyian suporter yang menyemangati.

Namun, musik atau nyanyian (chant) di sepak bola tak jarang mengandung nuansa provokatif. Sebab lahir dari tangan suporter yang mempunyai jiwa militan dan rivalitas, sehingga nyanyian berisikan larik cibiran atau menjatuhkan lawan sebagai bentuk superioritas.

Di tanah Italia, misalnya, "Nyanyian Vesuvius" sebagai ejekan ke Ultras Napoli. Nyanyian provokatif tak hanya bergema di tanah Italia, melainkan telah lama juga bermukim di Indonesia. Tak jarang ulah tersebut mengakibatkan situasi memanas hingga bentrokan antar suporter. Kata mengandung unsur kekerasan seperti "Dibunuh saja" sempat menjadi budaya chant di suporter kita yang mengundang terjadinya konflik antar suporter.

Permasalahan struktural ini membuat nyanyian yang lahir di tangan suporter tak begitu menggairahkan bahkan cenderung mengajak kebencian. Ini harus menjadi kesadaran kolektif di kalangan suporter untuk memutus mata rantai tersebut. Lantaran chant seperti itu dapat mengundang konflik horizontal    sebab tak ada yang lebih penting, baik klub kebanggaanmu pun, dibanding nyawa manusia.

Nyanyian provokatif harus segera berubah menjadi chant keharmonisan untuk menumbuhkan sportivitas antar suporter. Hakikat musik pun demikian, ia adalah seni yang menyatukan, bukan yang memutus tali persaudaraan hingga melahirkan lawan dan dendam yang berantai.

.Ultras Indonesia yang sedang menyanyikan chantnya. / Foto: Antara

Ketika Stadion Menjadi Panggung Gigs Raksasa

Mungkin, merasakan euforia sing along tak lagi di festival atau gigs, kini bisa dirasakan di atas tribun sambil mengenakan jersey klub kebanggaan - yang mungkin sulit dilakukan di panggung-panggung musik tanah air. Ini diperlihatkan oleh kelompok suporter Riverside Forest di Stadion Sidolig saat melawan Bina Pakuan beberapa waktu silam.

Bagaimana musik dan sepak bola dapat menyatukan rasa dan raga, dengan stadion sebagai mediumnya. Saya tak ada di sana, tapi turut merasakan emosional dan bahagia tatkala "Ini Abadi" didengungkan keras pada laga tersebut. Sebabnya ada dua: suasana harmoni yang ditunjukkan dan nyanyian suporter akhirnya tak lagi provokatif.

Lagu "Ini Abadi" tak hanya lagi bertengger di Spotify atau panggung skena musik, kini ia merasuk pada gemuruhnya para suporter yang memiliki citra gahar dan militan. Kejadian itu seakan memberi tahu ke kita bahwa suporter pun memiliki emosional mendalam, apalagi di tengah stigma keras dan brutal, bahkan menjadi simbol baru: solidaritas antar suporter di stadion.

Hal itu menunjukkan bagaimana musik pop dapat menyatukan kita, terutama kalangan suporter yang kerap dicap beringas. Akulturasi keduanya pun sudah dilakukan terutama di tanah Inggris. Setahun silam, misalnya, lagu "Hey Jude" The Beatles digemakan bersama oleh suporter City (Citizens) di laga Champions League melawan Real Madrid. Bahkan tak jarang juga nyanyian (chant) para suporter diadaptasi dari lagu pop.

Seperti lagu Koes Plus "Bis Sekolah" di-remake para bobotoh sebagai pemantik gairah di tribun atau simbol penantian laga-laga klub kebanggannya, Persib Bandung. Lebih jauh di negara tiga singa, lagu kebangsaan Liverpudlian "You'll Never Walk Alone" hasil gubahan Richard Rodger, di-cover oleh Gerry and The Peacemakers pada 1963, yang kini dinyanyikan untuk menaikkan moral The Reds di Anfield Stadium.

Persetubuhan antara musik dan sepak bola tak lagi dipandang sebagai hiburan semata, lebih jauh keduanya membuahkan keturunan: solidaritas, rasa memiliki bersama, bahkan nilai kemanusiaan, kesetaraan. Selaras dari apa makna punk football itu sendiri, tentang sesuatu yang lebih penting dari kas sebuah klub, yakni solidaritas kelas pekerja dan anti-kapitalisme.

Dari Sidolig hingga Anfield, menyiratkan bahwa sepak bola dan musik selalu berbicara tentang hal yang sama: cinta dan kebersamaan, lebih lagi tentang kesetaraan. Di tengah riuh stadion, kita belajar bahwa bernyanyi bisa lebih menyatukan daripada berteriak. Mungkin, di sanalah arti sebenarnya dari kata abadi.

Penulis: Iqra Ramadhan Karim
Editor: Dian Rosalina


*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*

(ktr/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS