Kamis (3/7/2025) lalu, dunia sepak bola kehilangan salah satu talenta terbaiknya. Diogo Jota, penyerang Liverpool berusia 28 tahun, meninggal dunia dalam kecelakaan mobil tragis di Zamora, Spanyol, bersama adiknya Andre.
Sebagai fans Timnas Portugal yang menyaksikan pertandingan terakhir Jota di layar kaca hingga subuh beberapa pekan lalu, saya tidak membayangkan bahwa sosok yang baru saja menggendong piala itu kini telah tiada.
Jota pergi untuk selamanya tak lama setelah meraih hal-hal indah dalam hidupnya, dari trofi sampai istri. Namun, lebih dari itu, kabar ini juga menyisakan sedikit ruang bagi kita untuk berefleksi. Tentang hidup. Tentang waktu. Tentang bagaimana segala hal bisa hilang dalam sekejap.
Pelangi Setelah Hujan
Tahun 2025 seharusnya menjadi salah satu fase paling membahagiakan dalam hidup Jota. Setelah sempat mengalami musim yang berat, mendera dua periode cedera dengan total 71 hari absen, ia berhasil bangkit.
Jota, yang diboyong ke Liverpool oleh Jurgen Klopp dari Wolves pada 2020, akhirnya merasakan gelar juara Premier League pertamanya pada akhir musim 2024/2025.
"Ini menjadi musim yang sangat berat untuk saya, di mana saya mengalami cedera serius saat sedang dalam performa terbaik. Tapi untuk akhirnya meraih gelar yang saya kejar selama bertahun-tahun di liga terbaik dunia, itu momen yang akan saya kenang selamanya," kata Jota di Liverpoolfc.com.
Hadiah indah untuk Jota tidak berhenti di situ. Awal Juni lalu, ia membela Portugal menghadapi Spanyol di partai final UEFA Nations League. Masuk sebagai pemain pengganti di babak tambahan waktu, Jota turut mengantar negaranya juara. Sungguh cara mengakhiri musim yang diimpikan banyak pesepak bola.
Diogo Jota meraih juara bersama Timnas Portugal dan Liverpool di tahun 2025/Foto: Instagram/diogoj_18 |
Kebahagiaannya makin lengkap lantaran tak lama setelah itu, tepatnya pada 22 Juni 2025, Jota resmi meminang kekasih yang ia cintai, Rute Cardoso, di kota kelahirannya, Porto.
Rute adalah segalanya bagi Jota. Dalam postingan Instagram Rute, dua hari sebelum Jota meniggal, ia menuliskan, "My dream came true." Kemudian Jota membalas manis, "But I'm the lucky one."
Manis, sebagaimana pasangan yang sedang merasakan puncak kebahagian setelah semua yang mereka lewati sejak masa sekolah. Kebahagiaan datang bertubi-tubi bagi Jota, layaknya pelangi setelah hujan.
Unggahan Terakhir
Di Instagram, Jota mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata: "A day we will never forget," pada sebuah unggahan video yang mengabadikan pernikahannya bersama Rute.
Namun, siapa yang sangka rencana Tuhan? Ternyata postingan itu benar-benar jadi kali terakhir Jota mengutarakan cinta abadinya untuk Rute. Beberapa jam setelahnya, Jota dikabarkan meninggal dunia saat hendak kembali ke Inggris.
Berdasarkan rilis pihak berwenang, mobil yang dikemudikannya mengalami pecah ban saat berusaha menyalip kendaraan lain. Mobil keluar jalur, lalu langsung terbakar hebat. Diogo Jota dan Andre Silva, adiknya yang juga seorang pesepakbola, dikonfirmasi meninggal di tempat.
Sungguh sebuah ironi kehidupan. Jota yang tengah merasakan puncak kebahagiaan dalam karier dan kehidupan personalnya, kini juga harus menerima takdir yang tak bisa dihindari.
Hidup Tak Pernah Pasti
Hidup itu fana. Tragedi yang menimpa Diogo Jota mengingatkan kita pada satu kebenaran fundamental: hidup tidak bisa diprediksi. Jota yang baru saja menikah, meraih trofi impian, dan memiliki segalanya, harus pergi begitu saja.
Namun demikian, bisa dibilang Jota adalah manusia yang menghidupi hidupnya dengan baik. Jika kita melihat feeds Instagram Jota, semuanya mencirikan kesenangan dan berisi pesan positif. Foto-foto pernikahan, momen kebersamaan dengan orang terdekat, perayaan, semua menjadi jejak digital yang manis. Jota living his best life, sampai momen terakhirnya.
Sontak kabar mengenai Jota ini ditanggapi dengan masif. Hingga artikel ini ditulis, ucapan duka tak henti membanjiri timeline media sosial.
Eks pelatih Liverpool, Jurgen Klopp, juga sempat membagikan perasaannya yang begitu terpukul. "Diogo bukan hanya pemain yang fantastis, tetapi juga teman yang baik, suami dan ayah yang perhatian!" ucap Klopp.
Di postingan lain, rekan setim Jota di Liverpool, Mo Salah menuliskan, "Tidak pernah terpikir akan ada sesuatu yang membuat saya takut kembali ke Liverpool setelah beristirahat. Rekan setim memang datang dan pergi, tapi tidak dengan cara seperti ini."
Testimoni-testimoni ini menunjukkan betapa Jota bukan cuma mewariskan statistik di lapangan hijau, melainkan juga pesan tentang bagaimana ia mencintai hidup dan orang-orang di sekitarnya. Memang, kabar terakhir dari Jota tak akan semegah gol indah di menit penghujung pertandingan. Tetapi, pangkal kehidupan Jota setidaknya dapat dimaknai sebagai sebuah pelajaran berharga bagi kita yang masih hidup. untuk selalu menghargai setiap momen yang kita jalani.
Paul Pogba via SNTV menyampaikan belasungkawanya sekaligus memberikan sedikit petuah hidup, "Kita harus menghargai setiap detik yang kita punya karena hidup bisa berhenti kapan saja." Barangkali, seperti Jota, yang tidak berhenti menabur kebahagiaan di sekelilingnya sampai momen terakhir.
Jadi, apakah kita bisa belajar dari Jota, yang patut hidupnya patut kita rayakan dan idolakan? Seseorang mencintai orang-orang di sekitarnya dengan sungguh-sungguh, yang hadir sepenuh hati untuk keluarga dan kerabat, dan selalu penuh dengan hal-hal baik.
Mari mengingat Jota dengan sepatutnya. Mari meniru semangat hidupnya. Sebab, sebelum peluit akhir ditiupkan, kita masih bisa melakukan banyak hal yang berarti, tanpa ada kata terlambat.
Penulis: Bagas Dharma*
*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
(ktr/RIA)
Diogo Jota meraih juara bersama Timnas Portugal dan Liverpool di tahun 2025/Foto: Instagram/diogoj_18