Inspire | Human Stories

Stigma "Bad Mother" dan Standar Ganda dalam Parenting

Kamis, 21 Sep 2023 19:00 WIB
Stigma
Foto: Unsplash: Dakota Corbin
Jakarta -

Berita perceraian Joe Jonas dengan Sophie Turner—salah satu power couple Hollywood—menggegerkan banyak penggemar. Apapun penyebab perceraiannya, hal itu adalah bagian dari privasi mereka berdua. Namun, ada fenomena menarik dari peristiwa ini, yaitu banyaknya perempuan yang membela Sophie Turner tatkala muncul tuduhan "bad mother" yang disematkan kepada dirinya di media.

Tuduhan bad mother muncul setelah tabloid TMZ, yang pertama kali memberitakan perceraian Sophie dan Joe. Dalam laporannya, TMZ menyertakan keterangan seorang sumber yang mengatakan bahwa Joe menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengurus kedua anak mereka, meskipun ia sendiri sedang tur bersama Jonas Brothers. Narasi ini seakan-akan mengindikasikan bahwa Sophie tidak meluangkan waktu untuk kedua anaknya. Tapi di dalamnya tidak disebutkan bahwa Sophie Turner sedang syuting serial televisi di Inggris.

Narasi ini kemudian dilanjutkan oleh Page Six, yang memuat keterangan seorang sumber yang mengatakan bahwa Joe Jonas terpaksa mengambil keputusan untuk bercerai demi kepentingan kedua anaknya. Tak hanya itu, sumber tersebut juga mengatakan bahwa Sophie Turner gemar pergi party, sedangkan Joe lebih suka di rumah.

Baik Sophie maupun Joe sendiri tidak pernah mengeluarkan statement apapun mengenai penyebab perceraian mereka, kecuali sebuah unggahan di Instagram yang menyebutkan bahwa ini merupakan keputusan bersama. Meski demikian, unggahan ini tidak berhasil memadamkan api spekulasi yang sudah terlanjur membanjiri kanal media sosial.

Menariknya, banyak warganet yang justru membela Sophie dan enggan percaya terhadap narasi bad mother yang menyudutkannya. Akun media sosial Sophie Turner pun dibanjiri dukungan. "It takes so little to be considered a bad mom, and it takes so little to be considered a good dad," tulis seorang pengguna di kolom komentar unggahan Instagram Sophie. "You're Barbie and he's just Ken," tulis pengguna lainnya.

Standar Ganda Parenting yang Bias Gender
Banyaknya dukungan terhadap Sophie menunjukkan bahwa ada kesadaran kolektif di antara masyarakat, terutama perempuan, bahwa narasi bad mother tidak adil bagi sosok ibu yang bekerja. Meski yang dituduh bad mother adalah Sophie, tapi hal ini mendorong para ibu untuk ikut buka suara.

Salah satunya ialah Danielle Melton, working mom sekaligus founder MOTHERboard Society—sebuah platform yang memberi support untuk para ibu yang bekerja. Melansir Huffington Post, Danielle mengatakan bahwa penggambaran Sophie sebagai ibu yang buruk karena ia bekerja dan "gemar party" tidak hanya merugikan Sophie, tapi juga merugikan semua working mom. Pasalnya, perempuan menghadapi tekanan yang sangat tinggi—dan tidak realistis—untuk mendapat predikat sebagai ibu yang baik.

Sebuah survei dari Motherly tahun 2019 menemukan bahwa di Amerika Serikat, sebanyak 85% ibu dari generasi milenial merasa masyarakat tidak memahami ataupun mendukung para ibu. Artinya, masyarakat gagal paham bahwa menjadi ibu terkadang amat sulit-mereka dituntut untuk melakukan segalanya tapi tanpa diberi dukungan apapun. Unggahan dari @mamadisrupt di Instagram ini merangkum segala kemustahilan yang harus dihadapi seorang ibu:

[Gambas:Instagram]

Menurut studi yang dilakukan Shira Offer dan Barbara Schneider, setiap minggu para ibu mengalokasikan 10 jam lebih banyak dibanding para ayah untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak. Adanya gap ini juga diperparah oleh standar ganda yang bias gender. Ketika para ibu diberi standar yang amat tinggi, para ayah diberi standar yang amat rendah.

Misalnya, seorang ayah yang mengajak anaknya pergi jalan-jalan akan dengan mudah mendapat pujian sebagai ayah yang baik, meski yang dilakukannya sebenarnya adalah bare minimum. Seringkali, meski ayah juga terlibat dalam membesarkan anak, peran mereka masih sangat kecil bila dibandingkan dengan sang ibu yang harus memikirkan segalanya hingga ke detail terkecil.

Adanya standar ganda ini diakibatkan oleh norma masyarakat yang masih memandang membesarkan anak sebagai tugas utama para ibu. Padahal, membesarkan anak membutuhkan teamwork antara ayah maupun ibu. Jadi, sebelum melakukan mom-shaming, cobalah berempati dulu kepada para ibu yang setiap hari tak pernah mendapat pujian atas kerja-kerja yang telah mereka lakukan.

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS