Inspire | Human Stories

Staff Picks: Buku Karya Penulis Indonesia

Kamis, 18 May 2023 18:00 WIB
Staff Picks: Buku Karya Penulis Indonesia
Buku Indonesia Foto: CXO Media
Jakarta -

Sepanjang sejarah, ada banyak pemikir, penyair, dan novelis Indonesia yang melahirkan berbagai karya monumental. Karya-karya itu bisa sesederhana novel tentang percintaan remaja atau buku sejarah yang membahas politik negara.

Beberapa ada yang membuat pembaca terhibur, beberapa ada juga yang memantik refleksi karena berhasil merekam zaman. Terlepas dari apapun genrenya, buku-buku ini mungkin sama pentingnya dengan pusaka yang tersimpan di dalam museum.

Namun seiring dengan pesatnya digitalisasi, ketertarikan masyarakat dalam membaca semakin tergerus. Buku-buku pun kian terlupakan, dan tidak sedikit yang akhirnya berakhir di toko loak tanpa dilirik pembeli.

Dalam rangka menyambut Hari Buku Nasional yang jatuh pada 17 Mei, kami merangkum beberapa karya penulis Indonesia--baik fiksi maupun nonfiksi-yang meninggalkan kesan dan dirasa wajib untuk dibaca banyak orang. Buku-buku ini tak hanya ditulis dengan baik, tapi juga memiliki nilai yang personal bagi kami.

.Semasa/ Foto: CXO Media

Tasya, Writer
Semasa - Teddy W. Kusuma & Maesy Ang
Semasa adalah novel yang akan habis dibaca dalam 1 malam. Saya membeli novel ini ketika masih kuliah, dalam perantauan dan jauh dari rumah. Ceritanya amat sederhana, yaitu tentang keluarga yang berkumpul kembali karena rumah masa kecil mereka akan dijual. Reuni keluarga ini mempertemukan dua sepupu yaitu Coro dan Sachi yang sudah tidak bertemu selama 6 tahun.

Latar belakang yang berbeda membuat percakapan antara Coro dan Sachi begitu membekas; mulai dari pendidikan, karir, hingga perdebatan apakah rumah masa kecil mereka harus dijual atau tidak. Novel ini sedikit mengingatkan saya dengan film 3 Hari Untuk Selamanya. Namun dengan cara mereka tersendiri, Teddy Kusuma dan Maesy Ang berhasil mengemas cerita sederhana mengenai keluarga yang mengingatkan saya akan rumah.

.Harimau! Harimau!/ Foto: CXO Media

Rio, PR & Partnership
Harimau! Harimau! - Mochtar Lubis
Saya berasal dari kampung yang penuh klenik. Beberapa teman satu lingkaran saya -jika saya tidak salah ingat- kerap mengeluarkan khadamnya di malam-malam tertentu dan melakukannya bersamaan di satu lapangan bola untuk "memberi makan" khadam yang katanya dapat melindungi mereka dari berbagai macam bahaya.

Khadam mereka dapat serupa harimau, burung, maupun kera. Ketika membaca Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, saya jadi teringat teman-teman saya itu dan membayangkan latar tempat cerita tersebut di area dekat rumah saya. Visualisasinya jadi lebih terasa dekat dan nyata. Meski kisah teman-teman saya lebih mirip dengan novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan, tapi tak tahu kenapa ketika mengingat teman-teman saya itu, pikiran saya tertuju pada salah satu mahakarya Mochtar Lubis ini.

.Jakarta Undercover/ Foto: CXO Media

Timo, Editor
Jakarta Undercover - Moammar Emka
Jakarta Undercover menjadi satu novel Indonesia berbasis fakta yang menurut saya sangat unik. Secara cerita sebenarnya simple tapi beneran membawa kita ke dalam perjalanan Moammar Emka memasuki dunia prostitusi di tengah gelapnya malam ibu kota tercinta. Tentunya saya sendiri sudah banyak lupa tentang apa saja cerita yang ada di dalamnya.

Namun cerita tentang 'sushi' cukup membekas hingga sempat membawa saya flashback saat menonton sebuah film dengan adegan yang mirip seperti cerita tersebut. Oh iya, saya membaca novel Jakarta Undercover saat masuk kelas 5-6 SD secara diam-diam karena diambil dari lemari ibu saya yang memang hobi membaca novel misteri dan investigasi seperti karya Mira W.. Shoutout to my mom!

.Kambing Jantan/ Foto: CXO Media

Dian, Editor
Kambing Jantan - Raditya Dika
Masa SMP adalah masa di mana saya sedang hobi-hobinya membaca novel remaja. Di antara novel percintaan yang saat itu laris digandrungi remaja, teman saya justru merekomendasikan sebuah buku penulis baru Indonesia bergenre komedi. Adalah Kambing Jantan, buku pertama hasil dari blog Raditya Dika yang saat itu meninggalkan kesan untuk saya.

Saya pikir buku ini adalah buku tentang peternakan, tetapi Kambing Jantan merupakan sebuah buku keseharian seorang Raditya Dika di masa sekolahnya. Kata-kata yang simpel dan enak dibaca membuat saya larut dalam buku ini membayangkan kelucuan dan kekonyolan sehari-hari seorang Raditya Dika. Di tengah hembusan novel-novel cinta, Kambing Jantan seakan menjadi angin segar untuk saya yang kala itu terlalu 'bermenye-menye' dengan novel cinta. Meski sekarang Radit sedang vakum menulis, saya selalu menunggu buku barunya.

.Di Etalase/ Foto: CXO Media

Almer, Editor
Di Etalase - Ugoran Prasad
Kekaguman saya pada sosok dan karya-karya Ugoran Prasad memang sudah cukup banyak terdokumentasikan. Tidak selalu mudah menafsirkan karya-karya Ugo, dan novel ini adalah salah satu yang paling sulit dikupas lapisan demi lapisannya.

Di Etalase saya temukan pada masa di mana saya sedang gencar-gencarnya mencari berbagai bentuk karya Ugo, walaupun novelnya sendiri pertama kali terbit pada tahun 2003. Rasanya sulit juga mengkategorikan buku ini sebagai novel, karena meski ada narasi yang dibawakan, peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya hadir kadang tanpa ada kaitan jelas antara satu sama lain.

Pembaca seakan dibawa ke dalam labirin untuk kemudian mencari jalan sendiri, bermodalkan fragmen-fragmen cerita yang harus ditelusuri secara berulang. Bahkan hingga sekarang, saya tidak mampu untuk mendeskripsikan buku ini dengan baik-saya rasa saya tidak sendiri dalam hal ini.

Pengalaman membacanya seperti fever dream di mana kita terbangun dan tertidur lagi berulang kali; hanya sepotongan dari mimpi tersebut yang bisa diingat, dan memaknainya tentu bukan perkara praktis. Namun, ada daya tarik yang sulit dideskripsikan dalam pemaparan gagasan dan cara penceritaan Ugo dalam karya yang ia hasilkan pada fase kariernya ini. Meski cerpen-cerpen Ugo-atau bahkan album Majelis Lidah Berduri   memiliki narasi yang lebih runut dan matang daripada Di Etalase, eksplorasi penulisan murni pada buku ini merupakan hal yang tak sering saya temui.

.Cantik Itu Luka/ Foto: CXO Media

Riz, Writer
Cantik Itu Luka - Eka Kurniawan
Rasanya akan haram, jika kita menyebutkan sederet buku-buku karya penulis dalam negeri tanpa menyelipkan Cantik Itu Luka, yang menjadi mahakarya perdana seorang Eka Kurniawan. Terlebih sejak terbit pertama kali di tahun 2002 silam, novel fiksi-sejarah tersebut terus mendapat pengakuan di berbagai belahan dunia, dan perlahan dianggap sebagai salah satu karya sastra paling penting yang lahir dari tangan penulis lokal.

Menceritakan geliat perjalanan hidup-mati seorang PSK berdarah Indo yang dinamakan Dewi Ayu hingga anaknya, si Cantik, yang buruk rupa; Eka berhasil membalut sepotong cerita sejarah kelam sambil menamparkan gelapnya kasus objektifikasi perempuan yang terjadi di era lampau secara magis dan nyata. Bahasanya gamblang, serampangan, tapi sarat arti. Entah kapan waktunya, tapi saya yakin, Eka Kurniawan bersama Cantik Itu Luka-atau bibliografi lainnya yang monumental-akan dianggap sebagai tolok ukur terbaru di ranah kesusastraan Indonesia dan dunia.

Tentunya, deretan buku di atas tidak dapat merangkum khazanah sastra Indonesia yang kaya dan beragam. Tapi semoga saja buku-buku ini   dan pengalaman kami ketika membacanya   bisa menjadi pemantik atau pengingat bahwa ada banyak karya penulis yang bisa kita rayakan.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS