Inspire | Human Stories

Kala Generasi Muda Korea Selatan Pilih Irit Makan Demi Punya Barang Mewah

Selasa, 02 May 2023 14:35 WIB
Kala Generasi Muda Korea Selatan Pilih Irit Makan Demi Punya Barang Mewah
Ilustrasi belanja barang mewah Foto: Getty Images
Jakarta -

Dulu barang-barang bermerk dan mewah seakan sulit digapai karena harga yang relatif tidak murah. Sehingga barang tersebut tidak dirasa penting untuk dibeli. Namun pergeseran ekonomi, sosial, dan budaya, membuat sebagian besar masyarakat dunia memandang barang-barang mewah kini bagian dari kebutuhan primer.

Bukan tanpa alasan, pergeseran sosial masyarakat kini melihat bahwa memakai barang-barang mewah menunjukkan status seseorang. Kurang lebih begitulah yang sekarang diamini oleh sebagian besar anak-anak muda Korea Selatan.

Generasi milenial dan Z di Korea Selatan lebih memilih untuk mengirit kebutuhan primer mereka seperti makan sehari-hari untuk membeli barang-barang mewah. Dilansir Naver News, baru-baru ini ada sebuah video viral mengenai pembeli dosirak   nasi box murah di minimarket Korea Selatan   yang mengenakan baju dari brand mewah.

Diketahui mantel kulit dari salah satu brand mewah ternama dunia tersebut seharga puluhan juta rupiah. Data pun menunjukkan kalau konsumsi barang mewah di Korea Selatan sangat tinggi dan berbanding lurus dengan konsumsi dosirak yang juga semakin tinggi.

Pada tahun 2022 saja, penjualan barang mewah naik secara signifikan. Penjualan Hermes Korea misalnya mencapai 23 persen; Louis Vuitton Korea naik menjadi 15 persen; Christian Dior Couture Korea penjualannya naik 33 persen; dan Rolex Korea naik menjadi 22 persen.

Tidak cuma pembeli dosirak yang semakin banyak, masyarakat Korea Selatan pun memilih menurunkan kualitas nasi box yang mereka makan. Mereka lebih memilih untuk membeli dosirak tersebut dengan harga 4000 Won atau setara Rp44 ribu. Bahkan tak sedikit juga yang memilih untuk membeli dosirak yang nyaris kadaluarsa karena harganya yang lebih murah, yakni sekitar 1000 Won atau Rp11.500.

Kebiasaan baru ini muncul kemungkinan karena pemikiran mengenai barang branded yang dianggap bisa menaikkan 'strata sosial' mereka-terutama generasi muda. Mereka merasa memakai barang mewah akan membuat lebih percaya diri dan mudah untuk mendapatkan koneksi, pekerjaan, dan berbagai keuntungan lainnya secara sosial.

Peneliti dari KB Securities, Jeong So-Yeon mengatakan perspektif jangka panjang dari tren ini menjadi polarisasi. "Pada saat konsumsi barang mewah meledak, membeli makanan atau kebutuhan sehari-hari lewat online dengan harga termurah menjadi sesuatu yang biasa," ujarnya.

.Ilustrasi barang-barang mewah/ Foto: Getty Images

Korea Selatan Pembeli Barang Mewah Terbesar di Dunia

Kondisi miris ini terbukti dari fakta terbaru menurut data dari Morgan Stanley   perusahaan manajemen aset terbesar di Amerika Serikat   bahwa orang Korea Selatan adalah pembelanja barang-barang mewah terbesar di dunia.

Perusahaan tersebut memperkirakan total pengeluaran orang-orang Korea Selatan untuk barang mewah tumbuh 24 persen pada 2022 dari 16,8 miliar USD atau 325 USD per kapita. Jumlah ini jauh lebih banyak daripada warga China dan Amerika Serikat yang hanya menghabiskan 55 USD dan 280 USD per kapitanya.

Dikutip CNBC, analis Morgan Stanley menjelaskan permintaan barang mewah di kalangan pembeli Korea Selatan didorong baik oleh peningkatan daya beli maupun keinginan untuk menunjukkan status sosial secara lahiriah.

"Penampilan dan kesuksesan finansial lebih beresonansi dengan konsumen Korea Selatan daripada di kebanyakan negara lain," tulis analis dalam laporan tersebut.

Tak hanya itu, budaya flexing ternyata lebih diterima secara sosial di masyarakat Korea. Sebuah survei McKinsey menemukan bahwa hanya 22 persen responden Korea Selatan yang menganggap pamer barang mewah sebagai hal yang tidak menyenangkan, dibandingkan 45 persen orang Jepang dan 38 persen orang China.

Namun permintaan barang mewah ini juga didukung oleh peningkatan kekayaan rumah tangga. Data Bank of Korea menunjukkan kekayaan bersih rumah tangga negara tersebut naik 11 persen pada tahun 2021. Meski begitu, tidak semua orang Korea Selatan berada di dalam kondisi 'mampu' secara finansial.

"Saya akan menyarankan untuk memproratakan total pengeluaran barang mewah dengan jumlah populasi kelas menengah ke atas, yang akan menjadi ukuran yang lebih berarti untuk mencerminkan sikap dan konsumsi terhadap barang mewah. Ini untuk mempersempit kesenjangan sosial," kata mitra Bain & Co, Wei Wei Xing.

Masih banyak orang-orang Korea Selatan yang hidup kekurangan. Namun kondisi sosial yang seperti ini, pada akhirnya memaksa mereka yang hidup 'cukup' harus meningkatkan taraf hidupnya dengan membeli barang mewah untuk kepentingan kehidupan sosial.

Meskipun pada kenyataannya barang mewah mampu mengubah pandangan seseorang di lingkup sosial, namun tetap saja memaksakan untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak mampu adalah hal kurang bijak. Kalaupun ingin membeli barang-barang dengan harga yang relatif tinggi, ingat untuk memenuhi kebutuhan primer dulu sebelum memutuskan untuk memenuhi kebutuhan tersier.

[Gambas:Audio CXO]

(tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS