Inspire | Human Stories

Berkaca dari Budaya Apik Warga Jepang

Senin, 28 Nov 2022 17:00 WIB
Berkaca dari Budaya Apik Warga Jepang
Foto: Getty Images
Jakarta -

Perhelatan acara Nusantara Bersatu yang digelar Relawan Jokowi pada Sabtu (26/11) di Gelora Bung Karno (GBK) menjadi sorotan publik. Bagaimana tidak, selain menyebabkan kemacetan di titik utama jalan protokol Jakarta hingga ke jalan arteri karena deretan bus relawan yang di parkir di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, acara itupun menyisakan sampah yang berserakan di sepanjang pedestriannya.

Bahkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta harus mengerahkan 500 personel pasukan oranye untuk menyapu dan mengangkut sampah-sampah yang ditinggalkan para relawan Jokowi tersebut. Menurut DLH, dalam beberapa jam saja mereka mengumpulkan kurang lebih 31 tonĀ sampah dan sebagian besarnya merupakan sampah plastik dan botol kemasan air minum.

Meskipun DLH mengaku sudah mempersiapkan anggotanya untuk menjaga kebersihan lingkungan di kawasan tersebut, tapi tetap saja kebiasaan masyarakat kita yang tak kunjung sadar diri soal menjaga kebersihan lingkungan tanpa disuruh pun jadi titik masalahnya. Mengapa kita harus mengandalkan orang lain untuk membersihkan sampah bekas kita minum atau makan? Bukankah membuang sampah pada tempatnya adalah sebuah etiket dasar yang sudah kita pelajari sejak kecil?

.Ilustrasi budaya bersih orang Jepang/ Foto: Web Japan

Budaya Tertib dan Teratur Orang Jepang

Pemberitaan tentang betapa banyaknya sampah berserakan usai acara akbar karena kurangnya kepedulian masyarakat pada sampah yang dihasilkannya sendiri, seakan seperti langit dan bumi jika disandingkan dengan berita-berita soal suporter Jepang di Qatar. Mereka secara sukarela mengumpulkan sampah di stadion tempat menonton dan bahkan para pemain Jepang ikut merapikan semua peralatan yang mereka gunakan di ruang ganti pemain.

Kebiasaan para penonton Jepang ini pun sempatĀ ditunjukkan ketika mereka berkunjung ke Indonesia saat perhelatan Asian Games 2018 silam. Saat itu, para penonton Asian Games 2018 asal Jepang terlihat mengumpulkan puntung rokok yang dibuang sembarangan di sekitar stadion tempat berlangsungnya acara. Bahkan sampai malam pun, para warga Jepang secara sukarela mengumpulkan sampah-sampah yang tercecer usai acara berlangsung.

Kebiasaan tertib orang Jepang ini, bukan semata-mata karena mereka menyukai kebersihan saja, tetapi karena kepercayaan asli masyarakat Jepang, Shinto yang melandasinya. Menurut studi yang berjudul Fenomena Budaya Bersih pada Masyarakat Jepang yang ditulis oleh Fanni Armia dari Universitas Sumatera Utara, dalam ajaran Shinto, kebersihan adalah cara penganutnya mendekatkan diri pada Tuhan, sehingga mereka yang menganut Shinto berlomba-lomba menjaga kebersihan dan menjadikan hal tersebut sebagai budaya untuk mendekatkan diri pada Tuhan.

Selain itu, dalam ajaran Shinto, kesucian adalah hal yang sangat penting dan utama. Pengikut Shinto diharuskan untuk menjaga kesucian karena pada dasarnya, Shinto memandang bahwa hidup manusia adalah suci. Kepercayaan Shinto meyakinkan penganutnya agar selalu menjaga kebersihan dan kesucian baik itu suci secara fisik maupun batin.

.Anak SD Jepang membersihkan lingkungan/ Foto: Web Japan

Ditanamkan Sejak Sekolah Dasar

Kebiasaan baik ini telah diajarkan sejak SD, para anak diwajibkan untuk membersihkan ruang kelas dan lorong sekolah setiap hari sebelum pulang. Dalam pelajaran mereka pun terdapat kurikulum elemen kesadaan sosial yang membantu para pelajar mengembangkan kesadaran dan kebanggaan pada lingkungan mereka.

Tak hanya di hari-hari tertentu saja, dilansir BBC, orang Jepang punya jadwal untuk membersihkan lingkungan setiap hari. Pada pukul 08.00 misalnya, para karyawan kantor dan penjaga toko akan membersihkan jalanan di sekeliling tempat kerja. Anak-anak pun secara sukarela bersih-bersih sebulan sekali di lingkungan sekitar rumah, memungut sampah dari jalanan dekat sekolah mereka. Rukun warga juga masih mengadakan kerja bakti secara reguler.

Melihat bagaimana orang Jepang sangat mementingkan kebersihan untuk kenyamanan orang lain dan lingkungannya menandakan bahwa loyalitas mereka pada kepercayaannya dan apa yang diajarkan oleh guru-guru juga leluhurnya diterapkan dengan sangat baik. Mereka pun tak perlu menunggu orang lain duluan untuk membuang sampah atau bersih-bersih, sebab mereka telah memiliki kesadaran sosial yang tinggi untuk melakukannya sendiri.

Agaknya kebiasaan orang Jepang ini semestinya menjadi pembelajaran bagi kita orang Indonesia, bahkan negara-negara lain di dunia. Budaya baik seperti menjaga kebersihan yang diajarkan sejak kecil sudah semestinya benar-benar kita terapkan di kehidupan nyata. Sebab sikap kita di luar sana bisa menjadi cerminan seperti apa orang-orang di negara yang kita tinggali.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS