Inspire | Human Stories

Oniomania Disorder: Saat Kebiasaan Belanja Berubah Jadi Gangguan Mental

Jumat, 25 Nov 2022 19:00 WIB
Oniomania Disorder: Saat Kebiasaan Belanja Berubah Jadi Gangguan Mental
Foto: Freepik
Jakarta -

Setiap perempuan punya caranya sendiri untuk menghibur dirinya, salah satunya dengan berbelanja, termasuk saya. Namun sebagai seorang yang suka belanja terutama di e-commerce, saya tetap harus memahami batasannya. Misalnya, setiap bulan saya harus menghitung dengan cermat budget yang dimiliki dengan kebutuhan serta keinginan untuk belanja. Jadi, saya tidak terjebak menjadi seorang shopaholic.

Sebenarnya sah-sah saja kita ingin memanjakan diri dengan mengeluarkan uang yang cukup besar untuk berbelanja. Namun jika terlalu berlebihan hingga cenderung menjadi obsesif sampai harus berutang puluhan, bahkan ratusan juta rupiah untuk barang yang tak penting, waspada kamu mengalami gangguan mental. Gangguan mental ini dikenal sebagai oniomania disorder atau Compulsive Buying Disorder (CBD).

Kondisi ini adalah gangguan perilaku yang ditandai dengan obsesi membelanjakan uang untuk membeli barang dan biasanya mengakibatkan konsekuensi yang merugikan. American Psychiatric Association (APA) mungkin tidak mengakui CBD ini sebagai gangguan mental tersendiri, namun jika hal ini terus diabaikan, seseorang mungkin akan mengalami kekacauan finansial.

Dilansir Metro UK, seorang terapis di London, Inggris, Sally Baker, menjelaskan oniomania adalah keinginan tak terkendali untuk berbelanja dan melakukan pembelian. Gangguan ini paling sering dialami oleh perempuan dan merupakan masalah yang semakin berkembang seiring pergeseran kebiasaan berbelanja masyarakat ke online.

"Oniomania seringkali dirahasiakan dengan baik dengan strategi rumit yang digunakan untuk menyembunyikan hasil belanja yang berlebihan, dan tingkat utang yang terus meningkat tak terhindarkan. Lalu, sejauh mana masalah mental tersebut baru terungkap ketika utang mereka tak lagi bisa dikelola tapi mereka terus membeli sesuatu," paparnya.

.Shopaholic/ Foto: Pexels

Bukan Sekadar Shopaholic

Orang yang mengalami oniomania bukan sekadar shopaholic biasa. Perbedaannya terletak pada perasaan yang mereka rasakan. Jika shopaholic menikmati proses berbelanja dan ketika mereka tahu bahwa pengeluaran telah melebihi budget, mereka secara otomatis mengontrol dengan mempertimbangkan faktor lain seperti apakah adanya diskon atau memilih barang yang sama dengan harga murah.

"Bahkan jika mereka membeli sesuatu yang tidak perlu, mereka bisa berperilaku rasional dengan menganggarkan pengeluaran lain atau mengembalikan barang untuk pengembalian uang. Sementara orang yang mengalami kondisi kompulsif mengalami serangkaian emosi yang tidak nyaman, termasuk kecemasan dan depresi," ujarnya.

Baker menambahkan, berbelanja menjadi salah satu strategi mereka untuk melepaskan emosi yang tidak nyaman dalam diri. Sehingga mereka tanpa sadar tidak mengetahui akibat negatifnya. Bahkan mereka sering dianggap 'kesurupan' ketika sudah berhadapan dengan kegiatan belanja.

Mereka mungkin akan mengalami gairah yang berlebihan, peningkatan detak jantung, pupil melebar, dan napas menjadi memburu. Menghabiskan uang untuk sementara bisa meredakan gejala kecemasan, tetapi perasaan tersebut akan timbul lagi sehingga siklusnya terus berulang dan merasa bersalah setelahnya.

Banyak orang yang mengalami oniomania juga mengalami salah satu kondisi kesehatan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, gangguan makan, gangguan kontrol impulsif, gangguan mood terutama depresi mayor, dan gangguan kepribadian   obsesif-kompulsif, dan borderline personality disorder.

.Ilustrasi utang/ Foto: Pexels

Atasi Sekarang Juga

Jika saat ini kamu sedang mengalami compulsive buying disorder, kamu bisa melakukan banyak hal untuk mulai mengatasinya, setidaknya untuk mengurangi gejalanya. Berikut yang bisa kamu lakukan.

Cari Hobi Baru

Banyak orang yang mengalami oniomania pergi berbelanja ketika mereka sedang stres atau bosan. Jika kamu beralasan belanja sebagai penghilang stres atau hiburan semata, coba cari hobi yang lebih sehat sebagai penggantinya. Kamu bisa mulai untuk berolahraga seperti yoga, tidak hanya untuk menghilangkan stres tapi juga sebagai hiburan.

Buat Daftar Belanja

Ketika kamu pergi ke supermarket atau toko, buat dulu daftar apa yang harus kamu beli sebelum pergi. Coba tantang dirimu dengan menuruti semua hal yang kamu tulis di daftar belanja tanpa mengindahkan keinginanmu untuk berbelanja yang lain.

Minta Bantuan Orang Lain

Jika tetap berpegang pada daftar belanjamu masih terasa mustahil, cobalah minta bantuan orang lain seperti keluarga atau temanmu untuk menemani ke toko. Mintalah mereka untuk membantumu lebih bertanggung jawab dengan kebutuhan daripada keinginanmu.

Berhenti Berlangganan

Belanja online semakin memudahkan berbelanja dari mana saja kapan saja sepanjang hari. Untuk mengekang pengeluaran online kompulsif, berhenti berlangganan email marketing dan gunakan aplikasi serta ekstensi browser untuk memblokir atau membatasi aksesmu ke situs web tempat kamu sering berbelanja.

Berbelanja memang terasa menyenangkan, apalagi kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan selama ini dengan uangmu sendiri. Tapi, memiliki kebiasaan belanja yang tidak normal hingga kamu tidak bisa membedakan mana yang penting dan tidak, hanya untuk membuat perasaanmu lebih baik bukanlah sesuatu yang worth doing.

Jika kamu memang memiliki tekanan emosi yang tidak bisa kamu tangani sendiri, cobalah untuk mendiskusikan kekhawatiranmu dengan orang yang kamu cintai. Carilah seorang terapis yang juga bisa membantumu memahami apa yang sedang kamu rasakan agar kamu mendapatkan perspektif yang lebih baik, daripada menambah masalah dengan menimbun utang akibat berbelanja yang tak perlu.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS