Inspire | Human Stories

Mengapa Kita Terobsesi dengan Royal Family?

Jumat, 18 Nov 2022 16:00 WIB
Mengapa Kita Terobsesi dengan Royal Family?
Foto: Getty Images
Jakarta -

Setelah lama dinanti, musim kelima The Crown akhirnya sudah tayang di Netflix. Salah satu alasan yang membuat musim ini menarik banyak perhatian adalah karena plot-nya mengangkat konflik antara Prince Charles dan Princess Diana yang semakin memuncak. Tak tanggung-tanggung, musim kelima serial ini telah ditonton sebanyak 107.39 juta jam semenjak tayang perdana tanggal 9 November. Serial yang mengangkat kehidupan keluarga Kerajaan Inggris ini memang telah menjadi salah satu tontonan yang paling ditunggu-tunggu, tapi sekaligus paling kontroversial. Pasalnya, mereka dianggap tak sensitif terhadap keluarga kerajaan yang masih berduka karena kepergian Queen Elizabeth II.

Meski demikian, The Crown tetap menjadi tayangan yang populer, tak hanya di Inggris, tapi juga di seluruh dunia. Saya pun merupakan salah satu dari jutaan penonton yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton serial ini. Padahal kalau dipikir-pikir, plot serial ini hanya berkutat di drama keluarga. Konflik yang terjadi di keluarga ini juga mirip seperti keluarga-keluarga pada umumnya; seperti pertengkaran antara saudara, perselingkuhan, perceraian, dan lainnya. Hanya saja, di serial ini drama tersebut dialami oleh keluarga terkaya dan paling berkuasa di dunia.

Meski saya   dan jutaan penonton lainnya   sudah tahu apa saja yang akan terjadi di The Crown, tapi kami tetap rela menghabiskan waktu 50 jam untuk menonton seluruh season dari serial ini. Tak hanya dalam serial fiksi, kehidupan royal family juga menyita perhatian di kehidupan nyata. Contohnya, video pernikahan Prince Harry dengan Meghan Markle tahun 2018 telah ditonton sebanyak 38 juta kali di YouTube. Kehidupan anggota keluarga kerajaan memang sering menjadi sorotan media, tapi kita sebagai audiens juga memiliki obsesi yang sama terhadap mereka. Mengapa obsesi ini bisa tumbuh?

Salah satu faktor yang melatarbelakangi tumbuhnya obsesi ini adalah status selebriti yang disematkan kepada anggota keluarga kerajaan. Dilansir dari Time, psikolog Dr. Frank Farley mengatakan bahwa obsesi kita terhadap royal family termasuk dalam perilaku parasosial yang lazim terjadi antara penggemar dengan selebriti. Status sosial, popularitas, dan kekayaan yang dimiliki keluarga kerajaan membuat kita memiliki aspirasi untuk bisa hidup seperti mereka. Aspirasi ini mendorong hubungan parasosial di mana penggemar memiliki kedekatan emosional dengan sosok yang mereka idolakan.

Perilaku parasosial ini semakin kuat dengan keberadaan media yang kerap mengeksploitasi kehidupan royal family menjadi berita sensasional. Di media, kehidupan keluarga kerajaan akhirnya menjadi spectacle yang dikonsumsi oleh orang banyak. Media menyorotinya, publik mengkonsumsinya   ini adalah siklus yang menumbuhkan obsesi kita terhadap keluarga kerajaan.

Meminta orang-orang untuk berhenti terobsesi dengan royal family adalah hal yang mustahil. Selagi mereka masih sering muncul di media, ketertarikan kita terhadap mereka juga akan bertahan. Dan sebenarnya hal ini wajar belaka. Tapi, sesekali kita harus mengingat bahwa kehidupan anggota kerajaan tidak seperti dongeng yang selama ini digambarkan oleh media. Maka dari itu, kita harus memiliki kesadaran kapan harus memberi jarak dan berhenti meromantisasi royal family. Agar rasa ketertarikan ini tidak berubah menjadi obsesi yang tidak sehat.

(ANL/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS