Inspire | Human Stories

Pro Kontra Gerakan Body Positivity

Rabu, 02 Feb 2022 16:00 WIB
Pro Kontra Gerakan Body Positivity
Foto: Gemma Chuatran/Unsplash
Jakarta -

Kini, tidak jarang di antara kita yang sering melihat berbagai iklan yang dimodelkan oleh seseorang yang memiliki berbagai jenis bentuk tubuh, baik itu yang berkulit gelap maupun terang, tinggi atau pendek hingga kurus atau gemuk. Hal-hal ini tentunya mendorong kita semua untuk menjadi lebih percaya diri dan juga merasa diterima oleh masyarakat, despite our physical appearance. Gerakan yang mendorong masyarakat untuk mencintai dirinya dengan berbagai kekurangan atau kelebihan yang dimiliki adalah body positivity.

Body positivity itu sendiri bila dilansir dari verywellmind adalah deklarasi mengenai layaknya setiap orang untuk memiliki sisi positif tanpa memandang beauty standards yang dibuat oleh masyarakat, baik itu bentuk ideal, ukuran dan juga penampilan. Padahal, bila diingat-ingat kembali, masyarakat mengambil peran besar dalam pembentukan standar kecantikan itu sendiri, bukan?

Kita semua pasti bertanya-tanya mengenai asal mula dari body positivity, karena pada dasarnya kita selalu didorong oleh ekspektasi serta standar-standar kecantikan oleh iklan-iklan yang ada di internet, TV maupun papan-papan reklame yang sering kita lihat di jalanan untuk memiliki mindset bahwa kurus atau langsing = cantik. Namun, hal positif yang dapat diambil dari movement body positivity ini adalah kita semua menjadi merasa diterima dan dianggap normal oleh masyarakat, despite the universal appearance we all have. Namun, tidak jarang juga yang beranggapan bahwa gerakan body positivity ini merupakan toxic positivity. Mengapa demikian?

Meskipun body positivity selalu menggunakan embel-embel untuk love yourself for however you look like, masih banyak orang-orang yang salah mengartikan dari gerakan body positivity ini sendiri. Sebagai bentuk contohnya adalah dorongan untuk seseorang yang obesitas untuk tetap mencintai dan menerima kondisi tubuhnya. Padahal, hal ini sangatlah salah meskipun memang menurunkan berat badan untuk menjadi kurus adalah hal yang sulit untuk dilakukan, membiarkan seseorang untuk memiliki kondisi tubuh yang obesitas dan menerima hal ini apa adanya juga merupakan hal yang tidak boleh dibenarkan, karena obesitas itu sendiri dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang berbahaya.

Tidak hanya itu, body positivity juga membuat banyak orang yang menganut bahwa tubuh yang tidak kurus atau fit adalah tanda bahwa orang tersebut memiliki kehidupan yang lebih sehat, lebih bahagia dan lebih cantik, sehingga hal ini mengubah pandangan mengenai seseorang yang memiliki tubuh kurus merupakan tanda dari diet yang ekstrem, hidup yang tidak sehat, hingga olahraga yang berlebihan. Padahal, pandangan-pandangan seperti ini justru sangat berkontradiksi dengan ide body positivity itu sendiri, bukan?

Jika dilansir dari Nova.id, menurut Floranita Kustendro, C.Ht, Coach NLP yang merupakan konselor keluarga dan hipnoterapis klinis dari pendiri komunitas body positivity Indonesia, body positivity itu merupakan kampanye yang mengajak kita semua untuk tidak melihat seseorang hanya berdasarkan bentuk tubuh, gender dan warna kulit saja. Tetapi body positivity mengajak kita untuk mampu menilai seseorang dari faktor lainnya seperti cara berbicara, berpikir dan berperilaku.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa body positivity sebenarnya adalah ajakan untuk memandang positif akan berbagai bentuk fisik semua orang memang merupakan hal yang penting. Tidak hanya itu, body positivity juga berarti mencintai diri sendiri secara apa adanya tanpa menutup masukkan atau saran dari orang lain, serta tidak malas untuk merawat diri untuk menjadi lebih baik lagi tanpa memaksakan mengikuti standar kecantikan yang ada.

[Gambas:Audio CXO]

(DIP/MEL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS