Inspire | Human Stories

Person of The Month: Andakara Prastawa

Senin, 18 Jul 2022 14:21 WIB
Person of The Month: Andakara Prastawa
Foto: andakaraprastawa/Instagram
Jakarta -

Satu dekade setelah debutnya di dunia basket Tanah Air, "Si Anak Ajaib" menjawab sematan "Wonderkid" dengan sebuah pencapaian bersejarah: Membawa Basket Indonesia merajai Asia Tenggara. Lebih dari itu, aksi magisnya saat mengenakan jersey Merah-Putih turut mengedepankan sosoknya sebagai salah satu protagonis utama yang mengantarkan Basket Indonesia ke gerbang masa depan cemerlang. Bersama kerja keras, semangat pantang menyerah, dan rasa percaya diri, Andakara Prastawa mewujudkan cintanya terhadap basket lewat rentetan prestasi.

Momen Sea Games Vietnam yang berlangsung pada bulan Mei 2022 kemarin, kembali meninggikan sosok Andakara Prastawa, pebasket berbakat Indonesia yang belakangan sempat diragukan; dipandang sebelah mata; dan dijadikan "kambing hitam". Nyatanya, Point Guard nomor satu Timnas Basket Indonesia ini justru berhasil menjawab segala kritik dan cibiran lewat penampilan gemilang, serta menjadi salah satu pemain terpenting di skuat Merah Putih pada SEA Games lalu.

Sepanjang turnamen, ia bermain selama 156 menit-melebihi rekan satu timnya yang kebanyakan berusia lebih muda. Pemain asal klub Pelita Jaya Jakarta itu juga mencatatkan pencapaian impresif, dengan torehan total 73 poin (rerata 12.2 PPG); tertinggi untuk pemain berposisi Point Guard di SEA Games 2021 dan menjadi pemain dengan sumbangan assist kedua terbanyak di SEA Games; dengan koleksi 28 assist (4.7 APG). Pemain berjulukan "Si Anak Ajaib" tersebut juga beberapa kali tampil sebagai pembeda. Khususnya lewat sumbangan 2 Free Throw di akhir game melawan Malaysia, serta satu 3-point plus satu assist di akhir game ketat versus Thailand.

Peran sentralnya sebagai kapten tim sekaligus pemain "senior" di Timnas kali ini turut dibuktikan lewat catatan 100% persentase Free Throw, 48.3% persentase 3-Points, hingga mencatatkan Steal Per Game tertinggi—oleh pemain Indonesia—sejumlah 1.5 SPG. Beberapa catatan di atas hanyalah sedikit bukti dari kualitas ajaib seorang Prastawa. Untuk itu, atas segala tuah magis "Si Anak Ajaib"; khususnya sepanjang tampil bersama Timnas di SEA Games 2021 kemarin, Tim CXO Media mempersembahkan sebuah wawancara eksklusif bersama Andakara Prastawa Dhyaksa, sekaligus menobatkannya sebagai sosok 'Person of The Month' Edisi Bulan Mei 2022 pilihan CXO Media.

Sang Calon Legenda, Pembawa Emas Bersejarah

Q: Bagaimana rasanya, menjadi bagian dari timnas basket Indonesia pertama yang berhasil membawa pulang emas di SEA Games?
Rasanya apa, ya? Bangga, campur senang, ada sedihnya juga. Eh, bukan sedih sih ya, lebih ke terharu gitu. Soalnya kan itu [meraih emas SEA Games] juga jadi impian dari Bokap-Nyokap juga, impian gua juga dari pas main basket, pengen bawa Indonesia ngeraih emas di SEA Games. Dan kebetulan, di era gua gitu terjadinya dapat gold. Jadi campur aduklah. Tapi yang pasti senang dan bangga sih yang paling utama.

Q: Prastawa adalah langganan Timnas yang sempat meraih dua perak SEA Games (2015 dan 2017) lalu. Lantas, apa yang membuat tim ini lebih spesial dari yang lain sebelumnya?
Yang bikin beda pasti, ya, kita punya size sekarang. Kita punya Derrick, ada Marquis juga. Terus, chemistry di tim ini juga bagus banget. Mungkin itu sih kalo yang utama. Kesolidan tim ini. Soalnya dari yang muda sampe yang udah senior, kayak, ya udah. Kita tampil as a team aja gitu. Mau yang main, atau yang nggak, semuanya kayak ada di lapangan. Jadi bukannya yang lagi main di lapangan aja yang berjasa, enggak, karena yang di luar juga bantu ngingetin, bantu ngasih tau, ngasih masukan satu sama lain. Pokoknya benar-benar solid banget sih. Kayak, gue selama Timnas bertahun-tahun, ya, kali ini paling solid dan terbukti hasilnya juga paling bagus

Q: Selain itu, apa yang menjadi kunci keberhasilan bagi Timnas Basket Indonesia di SEA Games kali ini?
Mungkin salah satunya, karena si Marquis pada 5 game awal kan nggak main. Jadi, ada berkah sendiri di balik itu. Karena, waktu itu kita (semua pemain) jadi solid banget dan bener-bener ngasih yang terbaik lah. Terus, di lawan Philippine, Marquis bisa main dan akhirnya ngasih yang terbaik juga buat Indonesia. Ada peran Coach Milos juga yang benar-benar bikin beda, terutama soal defense kita.

Q: Banyak orang bilang, Indonesia dapat emas karena ada pemain naturalisasi. Menurut Prastawa—yang berada di dalam tim, seberapa berpengaruhnya kehadiran pemain naturalisasi bagi skuat Indonesia di SEA Games?
Kalau dibilang pengaruh, ya pasti berpengaruh. Tapi balik lagi ke semua pemain lokal yang ada di Timnas. Dari sebelum adanya Marquis, ya, semuanya juga udah ngasih yang terbaik banget.

Derrick, Brandon, Bram, Agassi, Arki, Juan, Ardhi, Yudha, ya semua-semuanya bagus banget, dan Marquis jadi tambahan sendiri buat kita. Jadi kalau mungkin orang bilang "ah [emas] karena ada naturalisasi". Ya, nggak. Soalnya kalo orang benar-benar liat ya, bukan karena pengaruh Marquis doang. Sebab kalau Marquis doang yang main bagus tapi kitanya jelek, ya kita nggak akan dapat emas gitu.

Soal Mereka yang Menginspirasi Prastawa

Q: Andakara Prastawa terlahir dari keluarga pebasket. Ibunda, mantan pebasket putri berprestasi, sedangkan Ayah adalah sosok kawakan di Basket Nasional. Lantas, apa yang pada akhirnya membuat Prastawa tertarik pada basket dan memutuskan untuk terjun ke dalamnya?
Mungkin utamanya, karena memang gue berasal keluarga yang main basket. Apalagi dulu, gue masih sering lihat Bunda tanding gitu kan, jadi ikutan suka. Makanya dari kecil tuh-seinget gue, emang gue suka dan senang sama basket. Dan kebetulan, ya, jalannya di situ. Jadi, nggak ada paksaan atau disuruh-suruh orang tua untuk main basket, nggak. Tapi kayaknya emang gue sendiri yang senang banget main basket.

Q: Apa pelajaran berharga dari Ayah dan Bunda yang paling diingat sampai sekarang?
Kalau dari Ayah, "jangan pernah puas". Sama dari dulu tuh bokap gue nggak pernah memuji gue gitu; apalagi selama dilatih sama dia. Jadi ibaratnya, kalau dia nggak marah, berarti ya gue bagus mainnya. Tapi, kalau dia ada ngasih tau sambil agak marah, berarti ada salahnya. Nah, paling baru kayak sekarang-sekarang gitu agak dipuji. Kayak, "udah bagus," atau "nah gitu mainnya..." Apalagi pas kemarin emas, baru tuh lebih diapresiasi. Tapi kalo dari kecil, nggak pernah dipuji sama sekali.

Kalo dari nyokap, gue mungkin ngeliatnya kan dulu nyokap tuh tergolong kecil gitu, ya. Tapi, bisa membawa Indonesia dapat perak pertama di SEA Games. Ya, jadi, kalo nyokap gua bisa, kenapa gua nggak? Terus mungkin juga karena sama-sama berpostur kecil, nyokap pernah bilang kalau, "nggak selamanya pemain kecil itu akan dikecilin." Ya, memang di basket postur tuh penting, tapi bukan segalanya. Dan pasti, kan, banyak yang memandang pemain kecil tuh sebelah mata. Jadi, kita (pemain kecil) harus bekerja lebih keras daripada yang dilahirkan dengan postur yang lebih besar. Jadi, jangan jadiin kekurangan kita tuh alasan untuk nggak bisa berkembang. Malah, jadikan kekurangan itu sebagai kelebihan kita gitu. Karena pasti, kan, ada juga yang nggak dimilikin sama pemain besar. Kalau kita kecil, kita pasti lebih cepat; dribble juga bisa lebih bagus, dan lain-lain. Jadi kita bisa mempergunakan itu dan bukan jadiin alasan.

Q: Kalau di luar Sosok Ayah dan Bunda, siapa sosok yang menginspirasi Prastawa dalam bermain basket?
Kalau gue bisa bilang, ada Mario Wuysang sama Mas Inal (AF Rinaldo) di Basket Indonesia sih. Mungkin ya, karena dulu gue sempat bermain sama Mario Wuysang dan sempat juga nonton dan dilatih sama Mas Inal gitu, jadi Point Guard-Point Guard terbaik itu idola gue.

Ya, mereka juga tingginya nggak beda sama gue, gitu. Tapi kayak Mario Wuysang bisa berkarir di internasional. Apalagi sama Mario Wuysang, gue sempat main berkali-kali sama dia, gitu. Dari attitude, work ethic-nya, semua-semuanya tuh ngebuktiin kalau dia emang pantes jadi pemain hebat. Jadi kurang lebih mereka berdua banyak ngasih gue contoh dan bikin gue yakin kalau emang tinggi badan tuh nggak ngaruh selama lo berusaha, gitu.

Q: Kalau pemain basket luar, kami sempat mendengar kalau Prastawa mengidolakan Kobe Bryant dan Steph Curry. Lantas, apa yang sebenarnya membuat Prastawa kagum sama mereka?

Kalau Kobe, tuh karena emang gua dulu suka Lakers. Terus gue suka cara mainnya Kobe; sama work ethic-nya dia; gimana disiplinnya dia latihan; gimana disiplinnya dia di dalam dan luar lapangan. Nah kalau Curry lebih ke gaya mainnya dia, sih. Karena dia main kayak gitu, itu lebih mungkin ditiru sama gue dibanding kalau gue ngeidolain kayak LeBron James atau Russel Westbrook yang notabene-nya gue nggak akan bisa kayak mereka; karena badan gue beda sama mereka, kan. Jadi, kalau Curry, gue kayak lebih mau tau dia latihannya gimana sih bisa sampai kayak gitu? Apa aja yang dia lakuin, dan akhirnya bisa gue terapin.

Si Kecil yang Bertekad Besar

Q: Di awal karir, banyak orang yang bilang kalau Prastawa tembus liga karena bantuan "orang dalam". Tetapi pada akhirnya, Prastawa justru tampil apik dan berprestasi, dengan memenangkan liga bersama Aspac dan meraih gelar individu 'Rookie of The Year' plus 'Sixth Man of The Year'. Apakah kritik di awal itu justru menjadi motivasi lebih bagi Prastawa untuk membuktikan betapa magisnya "Si Anak Ajaib"?
Ya, dulu kan gue dibilang gak bisa berkontribusi, atau apa karena ada bantuan bokap-yang melatih Aspac gitu kan. Dan waktu itu gue nggak bisa ngomong apa-apa, kalau nggak membuktikannya lewat prestasi. Jadi, gue cuma jadiin motivasi dan bilang dalam hati, "ya udah lihat aja nanti!" Memang tanggung jawabnya akan jadi lebih besar, tapi ada kepuasan tersendiri pas kita udah berhasil. Dengan adanya tanggung jawab itu juga, kita jadi berusaha lebih keras lagi.

Makanya kalau netizen (mencemooh) kayak gitu, nah gue sebenarnya udah mengalami itu dari lama. Jadi kayak lebih gue jadiin motivasi aja sih biar hasilnya baik. Di luar, ya, mungkin gue nggak nunjukin apa-apa, tapi pada akhirnya gue bisa bilang dalam hati, "tuh kan liat aja!"

Q: Prastawa adalah pemain yang pernah dilabeli sebagai "Wonderkid" dan berkembang sebagai "tulang punggung" bagi setiap setiap tim yang dibela. Singkatnya Prastawa berkembang menjadi "Wonderdad". Sebenarnya, mindset dan value apa yang selalu dipegang seorang Prastawa sejak awal karir hingga saat ini?
Sebenarnya, ini ya, lebih ke jangan mudah menyerah; cuek aja; jangan mikirin kata orang; tetap berusaha aja. Itu dari dulu sih gue kayak selalu ngomong, "jangan biarin tuh kata-kata orang mempengaruhi lo". Karena ya, kalau memang lo suka sesuatu dan pengen jalanin itu, ya, kenapa nggak? Lo lakuin aja, Yakin aja sama yang lo lakuin. Selama itu benar, pasti banyak ya berkahnya. Intinya sih itu. Jangan pernah menyerah sama cuek aja gitu.

Q: Sepanjang karir, adakah momen di mana Prastawa merasa sedang berada di titik terendah? Dan bagaimana cara mengatasinya?
Titik terendah dalam karir, mungkin waktu gue kalah di PON kali ya. Nah, di situ gue kayak ngerasa sedih lah gitu, ya, sedih. Tapi waktu itu, bokap kayak bilang, "ya, udah, jadiin ini pelajaran. Kamu nggak mau kan, ngerasain ini lagi? Ya, udah jangan sampai kayak gitu lagi. Jangan sampai ngerasa, kalau kamu tuh kayak belum berusaha maksimal terus jadi kalah." Nah dari situ lah gue belajar untuk jadiin kekalahan sebagai pelajaran dan berusaha jadi lebih baik lagi.

Q: Kalau barusan adalah titik terendah dalam karir, bagaimana dengan harapan atau impian paling tinggi Prastawa sebagai pebasket profesional—terlepas dari pencapaian bersejarah di SEA Games kemarin bersama Indonesia?
Mimpi paling tinggi ya? Mungkin lebih ke, ya, ini lah yang paling deket, bisa main di World Cup. Karena kan kebetulan bentar lagi kita punya kesempatan bisa main di World Cup. Dan kayaknya bisa main di World Cup kan itu salah satu mimpi yang mungkin dari kecil juga gue nggak sampe ngimpiin itu, karena masih jauh gitu kan. Tapi, sekarang kesempatan itu ada di depan mata. Nah sekarang, kenapa enggak kalau gitu? Jadi gue pengen banget Indonesia bisa main di World Cup, dan bukan cuma berpartisipasi tapi juga bisa bersaing di sana.

Q: Prastawa adalah seorang pebasket nasional yang patut menjadi teladan bagi generasi muda. Adakah pesan-pesan buat para calon pebasket muda yang sedang meniti karir?
Kalo itu, mungkin sama kayak motto gue yang dari kecil. Jangan biarin kata-kata orang mempengaruhi lu. Jadi kalau lo suka basket tapi ada orang yang bilang, ah lo nggak bakat atau nggak cocok di basket. Nah, jalanin aja dulu, bikin pede aja dulu, terus berusaha, pasti nanti pasti ada hasilnya. Jadi, pede aja sama usaha. Jangan cuma pede tapi nggak usaha, jangan cuma usaha tapi nggak pede, karena dua hal itu harus dibarengin.

Q: Terakhir, adakah pesan khusus buat para pendukung, netizen atau pengkritik?
Kalau gue sih, lebih ke, ya, kalau bisa, gitu ya. Jangan sampai ada yang dikritik kayak gue lagi. Maksudnya bukan cuma ke gue sih tapi lebih ke semua atlet di cabang olahraga apapun, karena nggak semua orang bisa menghadapi itu. Apalagi orang nggak tahu kan, kayak, lo cuma asal ketik aja bisa ngerusak apa yang mereka lakuin; apa yang mereka korbanin.

Jadi jangan sampai gara-gara ketikan asal lo itu, malah bikin drop. Padahal pemain itu harusnya bisa berprestasi, tapi karirnya malah bisa gitu-gitu aja, meredup, terus pensiun. Kan nggak ada yang tau, kan. Masa lo tega sih gitu? Maksud gue, sebagai pribadi dan atlet, gue nggak mau ada atlet lain yang ngerasain kayak gitu juga. Tapi bagi temen-temen atlet lain yang ngalamin itu, semangat aja.

[Gambas:Audio CXO]



(RIA/HAL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS