Insight | General Knowledge

Di Balik Kemenangan Zohran Mamdani: Antara Simbolisasi Kemenangan dan Kenyataan

Senin, 24 Nov 2025 15:03 WIB
Di Balik Kemenangan Zohran Mamdani: Antara Simbolisasi Kemenangan dan Kenyataan
Wali Kota New York City yang baru, Zohran Mamdani. Foto: Getty Images
Jakarta -

Selasa 4 November 2025 menjadi titik balik bagi kota yang tak pernah tidur. Zohran Mamdani di usianya ke-34 tahun, memenangkan pemilihan Wali Kota New York City dengan lebih dari 50% perolehan suara. Ini menjadikannya wali kota Muslim pertama, keturunan Asia Selatan pertama, dan generasi milenial pemimpin kota terbesar di Amerika.

Kemenangan ini bukan sekadar angka, melainkan simbol keberagaman dan harapan kuat warga kota yang selama ini terpinggirkan. Zohran muncul sebagai representasi dari perubahan. Latar belakangnya sebagai anak imigran, Muslim, dan aktivis menjadikannya lebih dari sekadar politisi, ia merupakan simbol bahwa ruang kekuasaan bisa dikudeta oleh suara yang selama ini tak terdengar.

Dalam pidato kemenangannya, Mamdani mengatakan "This city is your city and this democracy is yours too." Selain itu, Zohran dia juga menegaskan kepada seluruh warga New York "New York, tonight you have delivered a mandate for change, A mandate for a new kind of politics, a mandate for a city we can afford and a mandate for a government that delivers exactly that".

Zohran menekankan bahwa kemenangan ini bukan sekadar hasil pemilihan semata, melainkan mandat nyata dari rakyat sebuah panggilan untuk mewujudkan perubahan yang inklusif, membangun kota yang lebih terjangkau bagi semua lapisan masyarakat, serta memastikan hadirnya pemerintahan yang benar-benar bekerja, bukan untuk segelintir, tetapi untuk seluruh warga yang menitipkan harapan padanya.

Namun, secara tidak langsung simbol yang kini ini dipikul Zohran telah menjadi beban yang tak ringan. Menjadi 'voucher perubahan' berarti menanggung ekspektasi kolektif akan hasil yang nyata dan terukur. Publik tak lagi puas dengan sekadar representasi identitas atau retorika politik yang manis di atas panggung. Mereka akan segera menuntut langkah konkret, kebijakan yang terasa, dan perubahan yang benar-benar menyentuh denyut masalah kehidupan sehari-hari.

.Zohran Mamdani bertemu dengan Presiden Donald Trump di Gedung Putih pada Jumat (21/11) waktu setempat./ Foto: Wikimedia

Tantangan dari Agenda Kampanye Menjadi Kebijakan

Secara strategi pemenangan politik, kampanye Zohran sangat konkret, ia menyatakan akan membekukan sewa untuk unit yang distabilkan pemerintah kota, transportasi bus gratis, pembukaan toko kelontong oleh pemerintah kota yang juga akan dijalankan pemerintah, serta dalam mendukung pelaksanaanya ia akan menaikkan pajak tambahan bagi korporasi yang berpenghasilan tinggi sebanyak 2%.

Transformasi dari aktivis dan politisi lokal ke pemimpin kota global itu bukan tanpa risiko. Zohran Mamdani dihadapkan pada tantangan besar: mengubah janji menjadi program, idealisme menjadi kebijakan, dan dukungan massa menjadi mandat administratif. Ia memikul tanggung jawab di medan yang tak sekadar kampanye melainkan birokrasi, lobi properti, dan kenyataan ekonomi.

Tantangan tersebut tentu tidak mudah; setiap langkah kini berada di bawah sorotan publik, setiap keputusan ditimbang dengan cermat, dan setiap kompromi berpotensi menguji sejauh mana idealisme mampu bertahan di tengah kerasnya politik kota yang tidak pernah tidur itu. Sebab dalam posisi sestrategis itu, satu langkah keliru atau satu ucapan yang salah dapat mengubah citra seorang reformis menjadi tirani baru-tepatnya penguasa kota yang justru melupakan semangat perubahan yang dulu ia janjikan.

Menjadi wali kota di New York bukan sekadar simbol, ini seperti mengambil alih sebuah kapal tanker yang berlayar di arus deras. Zohran akan berhadapan dengan sistem politk-ekonomi yang menyiapkan jaring tangkap bagi perubahan progresif yang tidak dikehendaki, misalnya legislatif dengan kepentingan lama, developer besar yang mengendalikan lahan, dan warga yang menunggu hasil secepat kilat.

Kemenangan Zohran Mamdani adalah bab awal yang penuh makna. Ia membawa simbol baru dengan identitas, generasi dan suara yang lama dinantikan. Namun, kini ia berdiri di persimpangan, antara simbol dan kenyataan; antara harapan dan birokrasi; antara janji dan implementasi.

Malam kemenangan mungkin penuh sorak-sorai, tetapi perubahan nyata menuntut kerja panjang, kompromi sulit, dan kejujuran politik yang tak mudah dilakukan. Di balik kemenangan itu, warga New York bukan hanya ingin melihat pemimpin, mereka ingin melihat kota yang lebih manusiawi.

Pada akhirnya, di sanalah Mamdani diuji. Apakah simbol itu akan berubah menjadi kenyataan atau hanya menjadi cerita indah yang tertulis di malam kemenangan? Mari kita lihat bagaimana manuvernya benar-benar berhasil.


Penulis: Muhammad Fauzan Mubarak
Editor: Dian Rosalina

*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*

(ktr/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS