Insight | General Knowledge

Pikir Lagi, Benarkah Jadi 'Tone Deaf' dalam Keadaan Politik Saat ini Pilihan Tepat?

Rabu, 03 Sep 2025 17:33 WIB
Pikir Lagi, Benarkah Jadi 'Tone Deaf' dalam Keadaan Politik Saat ini Pilihan Tepat?
Foto: pexels
Jakarta -

Tak bisa dimungkiri, melihat keadaan politik seperti sekarang ini, isi kepala kita sudah mulai 'burnout'. Berita negatif terus mengalir tanpa henti. Kabar demi kabar masyarakat yang turun ke jalan di berbagai daerah, menjadi 'makanan' sehari-hari yang tak bisa dihindari.

Namun, kalau memilih diam tidak turun ke jalan atau setidaknya mengunggah fakta-fakta di media sosial, apakah itu pilihan yang tepat? Tidak sedikit yang memilih untuk menjadi 'tone deaf' dalam keadaan politik yang genting seperti sekarang ini. Beberapa alasannya mungkin merasa kalau politik yang terjadi tidak berpengaruh banyak terhadap kehidupan mereka, atau merasa tak punya kepentingan dan tidak tertarik dengan perpolitikan.

Tapi, coba pikirkan lagi, apakah menjadi 'tone deaf' seperti sekarang ini adalah pilihan yang tepat untukmu?

.Ilustrasi partisipasi politik/ Foto: pexels

Ketidakpedulian Politik Jadi Bisa Berbahaya

Sebagian dari kamu mungkin tidak sadar berpura-pura tidak tahu dengan kondisi politik negeri ini, kamu bisa hidup tenang-tenang saja. Padahal segala aspek yang terjadi, entah itu keputusan dari pemerintah, undang-undang yang disetujui, semuanya berhubungan dengan hidup kita, selama kita masih menjadi warga negara.

Dilansir dari laman University of Brigham Young, apatisme politik bukan sekadar kelalaian yang tidak disengaja, melainkan penyalahgunaan hak istimewamu secara tidak bertanggung jawab. Ya suka atau tidak, politik ada di mana-mana, bahkan dalam lingkup organisasi kampus atau di kantor.

Sebagai warga negara, setidaknya kita memiliki literasi dan kritis bagaimana keterlibatan politik memengaruhi hidup kita dan orang-orang di sekitar kita. Kalau kamu memilih tidak ingin memahami isu yang terjadi, ada konsekuensi nyata yang bisa memengaruhi kita dan orang lain.

Bagi banyak orang di seluruh dunia, keterlibatan politik bukanlah sebuah pilihan, tetapi sebuah keharusan atau impian. Di negara-negara yang menganut demokrasi seperti Indonesia dan Amerika Serikat misalnya, apatisme politik sering muncul dari asumsi kalau hidup seseorang tidak akan terpengaruh oleh siapa yang memegang kekuasaan atau kebijakan apa yang diberlakukan.

Pemikiran apatis ini lazim di kalangan anak muda. Berbagai studi dan kelompok penelitian telah mengamati bahwa dewasa muda sangat rentan terhadap kekecewaan politik dan sikap apatis. Mereka sering merasa bahwa partisipasi mereka tidak penting, bahwa sistemnya terlalu rusak untuk diperbaiki atau tidak layak dipercaya, dan bahwa biaya untuk mendapatkan informasi terlalu tinggi.

Belum lagi, alasan 'terlalu sibuk' atau berpikir politik dan peristiwa terkini terlalu chaos sehingga malas untuk mengikuti. Namun memilih untuk tidak tahu dan menyerahkan kekuasaan kepada mereka yang 'tidak kompeten', tapi dapat kekuasaan yang merasa mewakili suara kita, kita hanya akan menerima saja   suka atau tidak.

.Ilustrasi kesadaran politik/ Foto: pexels

Kesadaran Politik Itu Penting

Dikutip Daily Star, kesadaran politik itu berarti mempunyai pengetahuan dasar tentang politik, mempelajari isu-isu penting soal sejarah, dan mempunyai kemampuan untuk menganalisis peristiwa terkini melalui sudut pandang yang terinformasi. Kamu juga tidak perlu menjadi bagian dari partai politik, atau demo di jalan kalau tidak mampu, namun setidaknya kamu sadar dan ikut berpartisipasi lewat media digital yang canggih.

Jadi partisipasi langsung dalam politik dan memiliki kesadaran politik itu dua hal yang berbeda ya. Penting bagi seseorang yang berpartisipasi langsung dalam politik untuk punya kesadaran politik, tetapi seseorang yang punya kesadaran politik belum tentu mau berpartisipasi langsung dalam politik.

Seseorang yang memiliki kesadaran ini bisa membantu mengubah kualitas politik dari sudut pandangnya. Jadi penting untuk kaum muda seperti kita ini memperoleh pengetahuan politik dan tidak 'tone deaf'. Semakin banyak orang yang tidak sadar soal politik, bisa memicu semakin banyak juga pemimpin yang tidak berpendidikan dan tidak bertanggung jawab.

Para pembuat kebijakan yang tidak berkualifikasi secara alami menerapkan kebijakan yang tidak baik bagi sistem. Karena kebijakan seperti itulah personel yang berkualifikasi menjadi frustrasi, dan terpaksa meninggalkan negara. Akibatnya, masyarakat dan negara harus menghadapi konsekuensi dari brain drain.

Ingat ya, ketidaktahuan dan apatisme politik bukan sikap netral justru sebaliknya itu akan menguntungkan mereka yang sudah berkuasa. Tetap terlibat dengan politik bukan sesuatu pilihan, namun sebuah tanggung jawab dan hak kamu sebagai warga negara lho.

Berpartisipasi cukup dengan peduli tentang isu terkini, apa yang bisa kamu lakukan untuk mereka yang terdampak, tetap terinformasi dari sumber terpercaya, jangan percaya dengan hoaks, dan lindungi hak-hakmu sebagai warga negara yang punya suara dalam mengubah negeri ini menjadi lebih baik.

Jadi pikir lagi, apakah menjadi 'tone deaf' adalah pilihan yang tepat?

(DIR/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS