Insight | General Knowledge

Dorong Ekonomi Inklusif, Amartha Beri Pendanaan Bagi Perempuan di Pedesaan

Senin, 27 May 2024 18:00 WIB
Dorong Ekonomi Inklusif, Amartha Beri Pendanaan Bagi Perempuan di Pedesaan
Foto: CXO Media/Anastasya Lavenia
Jakarta -

Indonesia adalah salah satu pemimpin sektor ekonomi digital di Asia Tenggara. Data dari Ernst & Young mengungkapkan ekonomi digital Indonesia memiliki nilai hingga $77 miliar pada tahun 2022, dan diprediksi akan mencapai $130 miliar pada 2025. Perkembangan pesat di sektor ekonomi digital ini tidak terlepas dari inovasi-inovasi di sektor keuangan yang semakin modern dan cashless. Di sisi lain, Indonesia adalah destinasi populer bagi para investor.

Melihat fenomena ini, Amartha sebagai platform peer-to-peer lending menghadirkan layanan keuangan digital inklusif untuk komunitas akar rumput. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kapasitas UMKM, melalui digitalisasi dan dan perluasan akses pendanaan. Selama 14 tahun, Amartha mengembangkan layanannya untuk menjangkau UMKM lokal secara lebih luas, terutama di wilayah pedesaan.

"Selama 14 tahun terakhir, Amartha telah melayani masyarakat yang berada di posisi terbawah piramida. Kami sangat bersyukur atas semua yang telah kami capai, dan dengan bangga kami katakan bahwa pencapaian ini bukan milik kami sendiri, tapi juga hasil dari kolaborasi dengan berbagai stakeholder," ucap Andi Taufan, founder dan CEO Amartha pada acara The 2024 Asia Grassroots Forum.

Sampai saat ini, Amartha telah memiliki 2.5 juta peminjam dari berbagai provinsi di Indonesia, Upaya Amartha untuk membukakan akses pendanaan bagi pelaku UMKM di wilayah pedesaan ini mendorong para investor untuk investasi yang berdampak sehingga menciptakan sistem keuangan yang inklusif.

Michael Schlein, CEO Accion, menyampaikan bahwa visi dan misi Amartha ini sejalan dengan visi para investor yang ingin menciptakan dampak bagi masyarakat. "Dalam beberapa dekade terakhir, kita melihat ada 3 miliar orang yang tereksklusi dari sistem finansial global. Sebagian besar orang-orang ini adalah mereka yang tinggal di pedesaan yang tidak terjangkau," ucap Michael.

Dalam mendukung kesetaraan, Amartha menaruh perhatian khusus pada peminjam perempuan dari wilayah pedesaan sehingga mereka memiliki daya saing sebagai pelaku usaha. Dengan begitu, perempuan di wilayah pedesaan bisa lebih berdaya dan memiliki kesempatan yang sama. Upaya ini turut diapresiasi oleh Christina Juhasz, chief investment officer Women's World Banking.

"Sebagai investor yang berperspektif gender, kami melihat adanya kesempatan di Amartha, yang memiliki kapabilitas untuk menjangkau perempuan di area-area terpencil melalui teknologi peer-to-peer yang inovatif," ucap Christina. Ia pun juga mencontohkan, salah satu terobosan yang dilakukan Amartha dalam mendorong inklusivitas adalah menghapus persyaratan adanya anggota keluarga laki-laki yang bisa menjadi penjamin bagi perempuan. Dengan regulasi yang inklusif ini, perempuan yang belum menikah atau tidak memiliki suami pun bisa mengajukan pinjaman.

Taufan juga kembali menambahkan bahwa di luar memberikan akses teknologi, yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana Amartha bisa membantu para pemilik usaha untuk meningkatkan produktivitas. Maka dari itu, Amartha juga berkomitmen dalam memberikan edukasi keuangan serta pendampingan.

(cxo/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS