Insight | General Knowledge

Benarkah Pilihan Hanyalah Sebuah Ilusi?

Sabtu, 20 Apr 2024 17:30 WIB
Benarkah Pilihan Hanyalah Sebuah Ilusi?
Foto: Pexels: Cottonbro
Jakarta -

Pernahkah kamu merasa ketika kamu diberikan berbagai pilihan maka hidupmu akan menjadi lebih menyenangkan dibandingkan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan yang diinginkan? Hal ini merupakan ilusi dari memiliki pilihan.

Ilusi pilihan merupakan model mental psikologis yang menyatakan manusia bahagia jika yakin memiliki kendali atas tindakannya sendiri dan dapat menjalankan kehendak bebasnya. Jika kehendak bebas dirampas, atau tampaknya dirampas, dari seseorang, ia akan menjadi kesal atau memberontak, bahkan jika pilihan yang dipaksakan kepadanya sama dengan pilihan yang ia pilih atas kemauannya sendiri.

Ilusi pilihan menyebabkan seseorang merasa bahwa mereka mempunyai banyak pilihan, padahal kenyataannya pilihan mereka terbatas atau sudah ditentukan sebelumnya. Keyakinan ini dapat berkontribusi pada rasa kontrol yang salah. Hal ini dapat membantu kita merasa lebih berdaya dan mandiri, namun pilihan juga dapat disajikan dengan cara yang memandu kita pada pilihan tertentu tanpa menyadari pengaruh mendasar yang sebenarnya memandu keputusan yang kita ambil tersebut.

Sebagai salah satu contoh kecilnya, jika kamu membeli mobil baru karena ingin membeli mobil baru, maka kamu akan merasa puas dan bahagia. Namun jika kamu membeli mobil baru karena mengalami kecelakaan, kamu tentunya merasa tidak senang karena keterpaksaan. Dalam kedua kasus tersebut, kamu sebenarnya tetap mendapatkan mobil baru dan biaya finansialnya mungkin sama saja, dan yang membuatnya berbeda adalah karena adanya ilusi pilihan.

Ilusi pilihan adalah konsep yang relatif baru. Istilah ini pertama kali disinggung oleh filsuf dan psikolog Amerika William James dalam kuliahnya yang berjudul "The Will to Believe" yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1896. Dalam esainya, James berpendapat bahwa pilihan dapat dipaksa atau dihindari, dan bahwa "Setiap situasi sulit yang terjadi karena harus memilih di antara dua pilihan yang tidak bisa dihindari, sebenarnya adalah pilihan yang tidak bisa dihindari."

Ilusi pilihan juga telah disinggung dalam bidang psikologi. Dalam sebuah makalah penting yang diterbitkan pada tahun 2000, psikolog Sheena Iyengar dan Mark Lepper menemukan bahwa orang lebih cenderung membeli produk ketika mereka diberi lebih sedikit pilihan. Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa orang-orang akan lebih puas dengan pembelian mereka jika mereka diberi lebih sedikit pilihan. Temuan ini kemudian dikenal sebagai "paradoks pilihan".

Dalam dunia bisnis dan korporasi, seringkali digunakan trik ilusi pilihan untuk memanfaatkan konsumen. Dalam sistem kapitalis, motivasi utama bisnis dan korporasi adalah mencari keuntungan, sehingga mereka akan menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan profit mereka. Salah satunya adalah dengan membuat kita merasa seolah-olah kita memiliki banyak pilihan saat membeli sesuatu, padahal sebenarnya tidak begitu.

Ilusi pilihan juga berfungsi untuk mencegah orang-orang mengkritik status quo. Dengan membuat masyarakat percaya bahwa mereka memiliki opsi, kemungkinan kecil mereka akan menantang sistem yang memberikan opsi tersebut. Hal ini menciptakan gambaran palsu tentang kebebasan dan demokrasi, yang pada akhirnya menguntungkan para penguasa dan merugikan pekerja.

(DIP/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS