Insight | General Knowledge

Jangan Memandang "Sebelah Mata" Bahaya Gula

Rabu, 28 Feb 2024 19:43 WIB
Jangan Memandang
Foto: Istimewa
Jakarta -

"Awalnya manis, tapi lama-lama bisa jadi iblis". Kalimat itu menjadi penggambaran tepat bahaya gula yang sangat mudah ditemukan di sekitar kita. Mungkin saat kamu sedang membaca artikel ini sendiri, kamu sedang ngemil makanan atau minuman manis. Coba kamu lihat berapa kandungan gula yang ada di dalamnya? Apakah sudah sesuai anjuran Kementerian Kesehatan? Sebagai pengingat awal untuk generasi kita dan generasi selanjutnya, sebaiknya jangan memandang "sebelah mata" bahaya gula.

Nama "Sebelah Mata" sebenarnya diambil dari judul lagu Efek Rumah Kaca yang dirilis dalam album debut mereka, Efek Rumah Kaca. Pada tahun 2007, saya menjadi saksi bagaimana Efek Rumah Kaca menjadi salah satu album terbaik yang dirilis oleh trio Cholil Mahmud, Akbar Bagus, dan Adrian Yunan.

Setiap rangkaian lagu yang mereka rilis di album tersebut langsung menggambarkan isu-isu yang ingin mereka angkat. Dimulai dari "Jalang" yang membahas censorship pada era tersebut, "Bukan Lawan Jenis" tentang homoseksual, "Belanja Terus Sampai Mati" mengenai konsumerisme, hingga "Sebelah Mata" yang menjadi cerita kehidupan Adrian.

Lirik "Sebelah Mata" diciptakan Adrian dengan kondisi matanya yang sudah memudar. Ya, salah satu bola mata Adrian tergambar sudah hanya meninggalkan bercak tanpa ada kejelasan yang semestinya. Rekonstruksi atas kejadian nyata dalam hidupnya tidak dibalut Adrian dengan kesedihan belaka. Ada keindahan sekaligus kenyataan yang harus ia terima. Penggalan lirik "Dan diabetes adalah sebuah proses yang alami" pun menjadi hook dari awal takdir ini.

Gula Jangan Dipandang "Sebelah Mata"

Tidak pernah ada pernyataan terkait penyebab utama dari permasalahan yang dialami Adrian. Namun kata "diabetes" yang dimasukkan secara effortless ke dalam lirik "Sebelah Mata" seakan menggambarkan kondisi yang bisa saja terjadi pada tubuh kita. Bagaimana kalau sebenarnya di dalam tubuh kita sudah ada masalah kelebihan gula yang bisa berujung kepada diabetes?

Bagaikan silent killer, konsumsi gula memang terasa membuai lidah kita. Rasa manis yang bisa dinikmati tanpa mengenal waktu membuat kita tidak peduli akan persoalan ini. Tapi apa yang digambarkan dalam lagu "Sebelah Mata" bisa menjadi kenyataan untuk orang lain. Seenak-enaknya rasa gula, sudah waktunya kita tidak memandang sebelah mata atas bahayanya.

Kenapa bisa begitu? Di negara seperti Singapura saja, sudah ada larangan iklan minuman manis dalam kemasan sejak tahun 2019. Mereka juga sudah mewajibkan pencantuman Nutri-Grade dalam empat kategori untuk minuman manis sebagai petunjuk seberapa besar kandungan gula di dalamnya. Pemerintah Singapura sudah sadar secara penuh tentang bahaya gula. Dan ini harus kita lakukan juga.

Sebenarnya Pemerintah Indonesia sudah mulai melakukan langkah yang hampir sama. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus membahas perumusan untuk cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK). Apalagi mereka sudah mendapatkan dukungan juga dari Kemenkes yang pastinya sudah memiliki data bahwa Indonesia merupakan negara dengan penyandang diabetes terbanyak ke-5 di dunia. Bahkan sudah mengalami peningkatan konsisten, dari 10,7 juta (tahun 2019) menjadi 19,5 juta (2021).

Di luar itu pun, mereka ingin memberikan kesadaran penuh terhadap masyarakat bahwa minuman semacam ini menjadi salah satu faktor resiko terbesar dari penyakit tidak menular di masyarakat, seperti obesitas hingga diabetes yang asal kamu tahu, memang tidak bisa disembuhkan. Jadi, mau sampai kapan kamu memandang gula hanya sebagai bahan makanan biasa? Jangan sampai gara-gara gula, kesehatanmu menjadi terancam.

[Gambas:Audio CXO]

(tim/alm)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS