Insight | General Knowledge

Pernyataan Utrecht University dan Sisi Lain Ranking Perguruan Tinggi

Jumat, 06 Oct 2023 18:00 WIB
Pernyataan Utrecht University dan Sisi Lain Ranking Perguruan Tinggi
Foto: Wikidata
Jakarta -

Bagi banyak calon mahasiswa, memilih universitas bukanlah proses yang cepat dan mudah. Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan; mulai dari kualitas institusi, ketersediaan program studi yang diinginkan, hingga biaya. Tapi biasanya, langkah pertama yang dilakukan untuk menemukan kampus impian adalah dengan mengecek ranking universitas, seperti yang disediakan QS World Ranking atau Times Higher Education (THE).

Lebih dari sekadar referensi bagi calon mahasiswa, daftar yang dikeluarkan oleh QS atau THE telah menjadi semacam kompetisi bergengsi bagi perguruan tinggi di seluruh dunia yang mengejar status "universitas kelas dunia". Tapi, hal ini tak berlaku bagi Utrecht University yang baru-baru ini memutuskan untuk tidak ikut serta dalam penilaian Times Higher Education World University Ranking 2024. Hal ini cukup mengejutkan, mengingat Utrecht merupakan salah satu kampus tertua di Belanda yang selalu masuk ke dalam peringkat 20 teratas universitas di Eropa.

Berdasarkan laman resmi Utrecht University, keputusan ini diambil secara sadar oleh pihak universitas karena beberapa pertimbangan. Pertama, ranking terlalu menekankan kompetisi antar kampus sedangkan Utrecht ingin menumbuhkan semangat kolaborasi. Kedua, sistem ranking tidak bisa menggambarkan kualitas sebuah perguruan tinggi seutuhnya. Ketiga, ada keraguan mengenai data dan metode yang digunakan dalam membuat sistem ranking.

Metode yang Dipertanyakan
Sebagai informasi, Times Higher Education menilai perguruan tinggi berdasarkan 3 faktor utama yaitu riset, dampak, dan kegiatan pengajaran. Ada 18 indikator yang digunakan dalam mengukur faktor-faktor tersebut, beberapa di antaranya adalah reputasi akademik, rasio antara mahasiswa dan staf, jumlah pengajar yang memiliki gelar S3, jumlah dan kualitas penelitian yang diterbitkan, hingga jumlah mahasiswa internasional. Dari 18 indikator ini—yang semuanya diukur melalui angka-akhirnya diperoleh skor tunggal dengan nilai paling tinggi yaitu 100, dan terciptalah peringkat universitas.

Selain Utrecht, rupanya beberapa universitas lain juga mempertanyakan keabsahan dari world university ranking. Utrecht University merupakan salah satu dari 14 universitas yang tergabung dalam Universities of the Netherlands atau UNL—sebuah upaya kolaborasi yang bertujuan untuk meningkatkan sektor pendidikan di Belanda. Pada Juli 2023, UNL menerbitkan sebuah dokumen rekomendasi yang memaparkan mengapa sistem ranking tidak bisa merepresentasikan kualitas universitas.

"Tidak ada kriteria universal untuk mengukur kinerja universitas secara keseluruhan, dan penggunaan indikator yang umum tidak adil bagi universitas yang secara strategis memilih untuk unggul di bidang tertentu. Pencapaian dalam riset, pendidikan, dan dampaknya tidak bisa terangkum dalam skor tunggal yang tidak komprehensif," tulis UNL dalam laman mereka. Di luar itu, data yang dikumpulkan juga bersifat self-reported dan metode yang digunakan tidak transparan.

Apakah Ranking Masih Relevan?
Di Indonesia sendiri, berbagai kampus baik swasta maupun negeri berlomba-lomba untuk mendapatkan predikat "world class university". Bagi institusi yang berhasil masuk ke dalam world ranking, prestasi ini adalah sesuatu yang bisa dijual ke calon mahasiswa. Tapi, dengan kondisi di atas, apakah ranking perguruan tinggi masih relevan untuk dijadikan acuan bagi para pelajar?

Beberapa penasihat pendidikan membagikan perspektif mereka seputar sisi lain ranking perguruan tinggi dan bagaimana mencari alternatif informasi. Melansir Forbes, Amrit Ahluwalia, strategic insights director Modern Campus, ranking yang tinggi tidak menjamin kualitas pendidikan yang baik. Pasalnya, kualitas pendidikan seharusnya dinilai berdasarkan komitmen universitas terhadap para mahasiswa; seperti jadwal kelas yang fleksibel, ketersediaan bimbingan belajar, dan sebagainya. Namun, aspek-aspek seperti ini justru tidak masuk ke dalam indikator penilaian ranking yang berorientasi reputasi.

Sementara itu, founder FinaBetterU, Brady Norvall, mengatakan bahwa ranking sangat dipengaruhi oleh uang. Menurutnya, semakin banyak uang yang dihasilkan universitas maka rankingnya akan lebih tinggi dan ranking yang lebih tinggi akan menghasilkan banyak uang untuk universitas. "Sistem ranking hanyalah penilaian untuk kapasitas sebuah universitas dalam mengumpulkan dana dan menghabiskannya untuk aspek-aspek yang ditentukan oleh sistem tersebut," ucapnya dikutip dari Forbes.

Maka dari itu, para ahli merekomendasikan agar ranking perguruan tinggi tidak dijadikan acuan utama dalam memilih universitas. Sebagai alternatif, kalian bisa memilih universitas sesuai dengan bidang yang ingin ditekuni. Sebab, bisa saja sebuah universitas memiliki ranking yang tinggi, tapi kualitas program studi yang kalian cari ternyata kualitasnya biasa saja.

Selain itu, lingkungan kampus juga menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh tapi tak akan masuk ke dalam penilaian ranking. Misalnya, kampus yang berada di tengah kota besar dan kampus yang berada di pinggiran kota pasti akan memiliki suasana yang berbeda, dan akan mempengaruhi kenyamanan dalam menempuh pendidikan.

Pada akhirnya, pilihan universitas yang paling tepat adalah universitas yang bisa memenuhi kebutuhan kalian. Oleh karena kebutuhan setiap orang berbeda-beda, ranking tidak akan bisa menjadi satu-satunya acuan. Jadi, pastikan kalian sudah melakukan riset menyeluruh mengenai masing-masing universitas yang menjadi kandidat pilihan kalian.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS