Insight | General Knowledge

Matty Healy, The 1975, dan Menghormati Pepatah Usang

Senin, 24 Jul 2023 18:30 WIB
Matty Healy, The 1975, dan Menghormati Pepatah Usang
Foto: Istimewa
Jakarta -

Weekend ketiga bulan Juli 2023 seharusnya disambut dengan meriah oleh muda-mudi yang sudah memegang wristband We The Fest 2023. Mereka akan nonton berbagai international act dan local act dengan The Strokes, Daniel Caesar, dan The 1975 yang terpilih sebagai headliner pada masing-masing hari. Oke, untuk dua nama pertama memang berjalan mulus, tapi tidak dengan The 1975. Band yang rencananya tampil sebagai penutup di malam puncak We The Fest 2023 malah membawa masalah.

The 1975 memang sedang menjalani 'tur mini' di Asia Tenggara dengan tampil di Singapore, Malaysia, dan Indonesia. Untuk Singapore, semuanya aman dan berjalan dengan mulus tanpa ada hal aneh-mengingat tur 'At Their Very Best' sudah menyumbang berbagai kontroversi. Sayangnya, saat tampil di Malaysia, Matty Healy tidak butuh waktu lama untuk membawa masalah.

Ia langsung menghina pemerintah Malaysia yang melakukan opresi terhadap kaum LGBTQIA+, lalu beberapa kali meludah, dan menghancurkan drone milik Good Vibes Festival 2023 yang sebenarnya merupakan tuan rumah dari panggung The 1975 saat itu. Semuanya bereskalasi hingga mencapai puncak ketika Healy mencium sang bassist Ross MacDonald.

Saat itu semua terjadi, sorakan bernada positif masih bisa didengarkan. Namun apa yang mereka lakukan sudah tidak dianggap enteng oleh pihak Malaysia. Long story short, set The 1975 harus berakhir di tengah-tengah dengan pernyataan Healy kalau mereka telah di-banned di Negeri Jiran. Parahnya lagi, apa yang mereka lakukan juga membuat Good Vibes Festival 2023 di-cancel secara penuh.

The 1975 yang Tidak Menginjak Tanah

Sekarang di mana masalah terbesarnya? Apa yang terjadi dengan The 1975 terus bergulir bagaikan bola salju hingga mengharuskan mereka undur diri dari 'tur mini' di Asia Tenggara, yang akhirnya menutup harapan para penonton di We The Fest 2023 untuk menyaksikan penampilan Matty Healy, Adam Hann, Ross MacDonald, dan George Daniel.

Suara kekecewaan muncul di berbagai media sosial yang membawa kita ke dalam dua posisi: ada yang mengecam keputusan The 1975 karena membatalkan show mereka, dan ada yang mengecam The 1975 yang membuat masalah di Malaysia. Semuanya menjadi sangat chaos saat pagi hari di tanggal 23 Juli. Baik pihak We The Fest 2023 dan pihak penonton sama-sama merasakan kerugian apa yang dilakukan Healy dan The 1975.

Sialnya, Healy tetap ignorant tanpa mengucapkan satu pun kata maaf. Dalam Instagram-nya sendiri, Healy malah posting berbagai fotonya dengan Ross, serta tidak peduli dengan kecaman yang dilemparkan kepadanya. Layaknya menggunakan kacamata kuda, Healy hanya berjalan maju tanpa melihat kiri-kanan, apalagi belakang.

Pepatah Usang Untuk The 1975

Sikap bodo amat darinya membuat banyak orang melihat Healy tidak paham pepatah "di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung". Menurut mereka, sudah seharusnya tamu seperti Healy dan The 1975 untuk menghormati apa yang dijadikan peraturan-baik tertulis dan tidak tertulis-di negara yang mereka kunjungi. Selain memang dia bukan orang lokal sehingga tidak paham pepatah tersebut, sikap problematic Healy yang sudah muncul sejak dulu akhirnya membuka luka lama.

Perjuangan kaum LGBTQIA+ di Malaysia menjadi sorotan sejak kasus Healy dan The 1975. Di sana, kaum LGBTQIA+ masih menjadi kelompok paling minor dari minoritas itu sendiri. Perjuangan untuk hak-hak mereka masih jauh dari kata "berhasil". Banyak sekali aturan hingga norma masyarakat yang pastinya menjadi dinding penghalang bagi mereka. Kerugian atas komentar Healy kemarin pun membuat perjuangan kaum LGBTQIA+ di Malaysia akan menjadi lebih sulit lagi.

Jika melihat dari jauh, di luar lingkaran masalah Healy, The 1975, aturan Malaysia, dan perjuangan LGBTQIA+, sebenarnya apa yang diucapkan sang vokalis bisa dibilang kurang tepat. Healy memang memiliki misi khusus untuk mendukung minoritas di Malaysia. Ia ingin mereka bisa keluar dari perundungan dan berbagai tekanan norma masyarakat. Tapi apa yang ia lakukan bisa dibilang terlalu keras dan straightforward. Apalagi itu keluar dari mulut seseorang yang terkenal problematic sehingga terlihat semakin negatif. Itulah kenapa sebutan white savior banyak dilemparkan kepadanya atas kejadian di Malaysia.

Di luar itu semua, pepatah "di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung" pun juga tidak sepenuhnya layak untuk kita pakai untuk mengomentari kelakuan Healy. Pepatah itu sangat erat dengan opresi yang dilakukan oleh negara dan mayoritas terhadap kaum minoritas, apapun jenisnya. Kita tidak cuma bicara tentang LGBTQIA+ saja, tapi juga kelompok minoritas lain yang sudah makan asam garam kehidupan atas tekanan kaum mayoritas sambil dicekoki pepatah usang itu.

"Di sini memang begitu", "dari dulu memang kayak begini", dan komentar-komentar sejenis akan terus hidup jika pepatah "di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung" masih juga dijunjung. Budaya diskriminatif akan terus berjalan dibalik topeng 'kebiasaan lama' yang sebenarnya membusukkan kaum-kaum kecil lainnya. Sayang seribu sayang, memang lebih banyak orang yang akan terus menggunakan pepatah tersebut karena mereka bukan bagian dari minoritas yang tidak punya pilihan lain selain 'berjuang'.

[Gambas:Audio CXO]

(tim/DIR)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS