Insight | General Knowledge

Oppenheimer, Pencipta Bom Atom yang Mengubah Sejarah Dunia

Sabtu, 22 Jul 2023 19:00 WIB
Oppenheimer, Pencipta Bom Atom yang Mengubah Sejarah Dunia
Foto: Alamy Stock Photo
Jakarta -

Film Oppenheimer yang digarap oleh Christopher Nolan mendapatkan banyak pujian dari kritikus. Oppenheimer adalah biopik yang mengangkat perjalanan hidup J. Robert Oppenheimer, seorang ilmuwan yang dijuluki sebagai "father of the atomic bomb". Film ini dibuat berdasarkan buku biografi berjudul American Prometheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer (2005) yang ditulis oleh Kai Bird dan Martin J. Sherwin. Tentu banyak yang bertanya-tanya, siapa sebenarnya Oppenheimer dan mengapa kisahnya perlu diangkat ke layar lebar.

Ternyata, perjalanan Oppenheimer sebagai ilmuwan penuh dengan lika-liku. Apalagi, prestasinya sebagai pencipta bom atom cukup kontradiktif; di satu sisi ia berhasil menciptakan sesuatu yang berdampak besar bagi negaranya dan dunia, tapi di sisi lain bom yang diciptakannya merupakan senjata pemusnah massal yang menghilangkan banyak nyawa.

Julius Robert Oppenheimer lahir di New York pada 22 April 1904, orangtuanya merupakan imigran Jerman yang berhasil hidup sejahtera melalui perdagangan tekstil. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikan terhadap filosofi dan sains. Setelah meraih gelar dari Harvard University, ia lalu menempuh pendidikan pascasarjana di University of Cambridge, tepatnya dengan melakukan riset di Cavendish Laboratory. Cavendish Laboratory yang dipimpin oleh Lord Ernest Rutherford adalah laboratorium fisika yang dikenal sebagai perintis dalam penelitian mengenai struktur atom.

Pada 1927, di bawah bimbingan Max Born—fisikawan yang berkontribusi terhadap ilmu mekanika kuantum—Oppenheimer meraih gelar PhD dari University of Goettingen. Kecerdasan Oppenheimer membuatnya dikenal sebagai sosok yang menonjol di kalangan ilmuwan, khususnya di bidang teori fisika. Di samping sains ia juga menaruh perhatian pada perkembangan politik saat itu, terutama terhadap Nazi yang mulai memperluas kekuasaannya.

The Manhattan Project
Setelah Nazi mengokupasi Polandia pada 1939, beberapa fisikawan termasuk Albert Einstein memperingatkan pemerintah Amerika Serikat mengenai bencana kemanusiaan yang bisa terjadi apabila Nazi menjadi pihak pertama yang berhasil membuat bom atom. Pada 1942, militer AS diberi mandat untuk merekrut para fisikawan demi sebuah proyek bernama The Manhattan Project yaitu usaha untuk menciptakan senjata nuklir. Oppenheimer yang ditunjuk sebagai ketua dari proyek ini akhirnya mendirikan laboratorium di Los Alamos, New Mexico.

Usaha Oppenheimer dan kawan-kawan akhirnya membuahkan hasil, ketika uji ledakan bom atom pertama di dunia berhasil dilaksanakan pada 16 Juli 1945 di gurun Jornada del Muerto. Ledakan bom itu setara dengan 21 kiloton TNT dan getarannya terasa hingga sejauh 160 kilometer. Melansir BBC, ketika diwawancara pada 1960, Oppenheimer mengaku bahwa di momen kritis itu ia teringat dengan sebuah kalimat dari naskah Hindu kuno: "Now I am become Death, the destroyer of worlds". Kalimat ini menunjukkan bahwa Oppenheimer sadar bahwa hasil ciptaannya akan mengubah dunia—dan bukan dalam cara yang positif.

Pasca Perang
Selepas The Manhattan Project, Oppenheimer menjabat sebagai ketua Dewan Penasihat dari Komisi Energi Atom. Ketika menjabat di komite ini, Oppenheimer yang dihantui rasa bersalah atas dampak bom atom menjadi salah satu orang yang mendorong pemerintah untuk menghentikan pengembangan senjata, termasuk pembuatan bom hidrogen.

Namun pada 1954, ketertarikan Oppenheimer terhadap paham sosialisme membuatnya dituduh memiliki afiliasi dengan komunis. Komisi Energi Atom akhirnya melakukan investigasi terhadap dirinya, yang akhirnya membuat Oppenheimer kehilangan seluruh security clearance yang dimilikinya. Dengan demikian, peran Oppenheimer di proyek-proyek energi pemerintah akhirnya selesai. Meski pada akhirnya Oppenheimer terbukti tidak mengkhianati negara, izinnya tetap dicabut dan ia diberhentikan dari segala kerja sama dengan pemerintah.

Pada 1963, Komisi Energi Atom menyadari bahwa tindakan mereka terhadap Oppenheimer tidak adil. Mereka kemudian memberi rekomendasi agar pemerintah memberikan Enrico Fermi Award kepada Oppenheimer, sebuah penghargaan yang ditujukan kepada ilmuwan di bidang energi. Oppenheimer meninggal di usia 62 tahun pada 1967 akibat menderita kanker tenggorokan. Bertahun-tahun setelah kematiannya, warisan Oppenheimer masih meninggalkan dampak yang besar. Selain bom atom, warisan terbesar Oppenheimer adalah sikapnya mengenai penggunaan energi nuklir, yang menurutnya harus digunakan untuk kesejahteraan masyarakat, dan bukan sebagai senjata pembunuh.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS