Insight | General Knowledge

They Don't Talk About: Sepak Bola dan Politik

Rabu, 29 Mar 2023 15:46 WIB
They Don't Talk About: Sepak Bola dan Politik
Foto: Istimewa
Jakarta -

"Sepak bola adalah olahraga rakyat", sebuah jargon yang sudah sering saya dengar ketika melihat olahraga ini disambungkan dengan politik. Keseksian sepak bola di mata masyarakat juga direspon dengan cara yang sama oleh para politikus. Mereka sudah terbukti sering menunggangi euforia para pendukung klub hingga tim nasional hanya untuk urusan karier politik mereka sendiri. Dengan fakta pahit yang ada di luar dan di dalam lapangan, sebenarnya apakah sepak bola dan politik itu memang tidak bisa dilepaskan satu dengan yang lainnya?

Polemik Politik Kemanusiaan di Sepak Bola

Baru-baru ini Indonesia sedang dihebohkan dengan penolakan berbagai kalangan masyarakat-dari ormas hingga partai dengan politikus di dalamnya-untuk menolak keikutsertaan Israel di dalam Piala Dunia U-20 yang akan dilaksanakan di Indonesia. Alasan utama mengapa mereka menolak sudah pasti karena sejak awal, sikap Indonesia sudah jelas: menentang penjajahan Israel terhadap Palestina. Bahkan kita sendiri juga tahu bahwa Indonesia memang tidak ada hubungan diplomatik dengan negara tersebut.

Penolakan Israel untuk bermain di Indonesia sebenarnya hanya menjadi sejarah yang terulang. Pada tahun 1958 saat kualifikasi Piala Dunia di Swedia, Presiden Soekarno memberikan pesan khusus untuk tim nasional Indonesia pada saat itu untuk menolak bertanding melawan Israel. Penolakan yang sama juga dilakukan oleh Mesir dan Sudan.

Kondisi ini akhirnya membuat FIFA pun langsung turun tangan. Drawing yang awalnya akan dilakukan di Bali langsung dibatalkan dengan berbagai tambahan isu simpang siur yang sudah menyatakan betapa berbahayanya masalah ini bagi masa depan sepak bola Indonesia. Muncul kabar bahwa Indonesia terkena sanksi hingga pembatalan Piala Dunia U-20 yang senyatanya sudah sangat ditunggu-tunggu oleh publik sepak bola Indonesia.

Polemik yang terus bergulir ini sudah jelas membuka mata kita bahwa memang pada dasarnya, sepak bola sudah menjadi senjata politik yang ampuh. Ampuh dari sisi mana? Ampuh dari sisi ambisi pribadi politikus-seperti yang terjadi di tanah air-sekaligus ampuh dari sisi politik kemanusiaan yang saat ini sedang muncul di Indonesia.

Ironinya, banyak orang yang selalu berbicara "kick politics out of football". Bahkan, jargon ini juga terus didengungkan oleh fans dari berbagai belahan dunia. Menurut mereka, politik dan sepak bola tidak bisa beririsan karena hanya menjadi tunggangan para pejabat saja. Padahal kalau melihat dari semangat yang ditunjukkan oleh para penolak Israel untuk tampil di Indonesia dalam Piala Dunia U-20, sudah terlihat jelas bahwa politik bisa juga ditunggangi oleh sepak bola untuk membawa pesan kemanusiaan.

Sepak Bola dan Politik, Malu Tapi Butuh

Politik sudah sering menjadi "benalu" dalam sepak bola seperti yang dilakukan oleh para pejabat yang terang-terangan ingin mendapatkan dukungan dari fans saat mereka sudah selesai mengurus sepak bola lalu berpindah fokus ke salah satu pemilihan umum di sebuah daerah. Tren yang terus terjaga dari tahun ke tahun ini telah menjadi fakta yang tidak bisa lagi dibantahkan bahwa politik kerap menggunakan sepak bola sebagai senjata mereka.

Namun bagaimana dengan sepak bola yang menunggangi politik? Seperti yang terjadi dalam polemik Israel dan Piala Dunia U-20, banyak pihak yang berusaha menolak Israel atas nama kemanusiaan. Tentu saja apa yang mereka lakukan bisa kita lihat memiliki sisi positif; bagaimana semangat mereka untuk menghapuskan penindasan dari dunia dengan menolak Israel yang memang sudah terbukti melakukan tindakan semena-mena selama bertahun-tahun kepada rakyat Palestina.

Namun sayangnya, orang-orang yang menolak Israel bukanlah tokoh sepak bola atau pihak yang memang sering menikmati olahraga ini. Ujung-ujungnya yang menentang malah pihak di luar industri sepak bola, alias para politikus dan orang-orang yang memang tidak beririsan langsung dengan dunia sepak bola.

Kecaman mereka terhadap Israel pun berbalik menjadi bumerang. Mereka malah dikecam fans Indonesia yang malu atas respon atas keikutsertaan Israel yang sudah seharusnya memang bertanding di sini karena secara aturan, Israel lolos ke Piala Dunia U-20. Apapun yang sudah mereka lakukan di luar sepak bola, FIFA telah mengizinkan Israel untuk bermain di Indonesia.

Setidaknya, polemik ini menjadi bentuk kesadaran kita bahwa pada akhirnya sepak bola tetap menjadi alat tunggang politik yang terus menerus dihajar hingga titik darah penghabisan. Hingga kasus-kasus yang belum terkuak dari segi keadilan-termasuk tragedi Kanjuruhan-juga menjadi bukti bahwa sepak bola dan politik tidak bisa dipisahkan, atas apapun kondisi dan kasus yang bergulir karena pada kenyataannya, induk sepak bola dunia pun juga sarat politik kepentingan yang sangat kuat.

[Gambas:Audio CXO]

(tim/alm)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS