Insight | General Knowledge

Dokumenter "Money Shot" dan Kontroversi di Balik Pornhub

Senin, 27 Mar 2023 16:30 WIB
Dokumenter
Foto: Unsplash: Franco Alva, IMDb
Jakarta -

Pada Desember 2020, New York Times menerbitkan artikel berjudul "The Children of Pornhub". Artikel tersebut membahas dugaan bahwa Pornhub memonetisasi konten yang melibatkan pemerkosaan dan pelecehan terhadap anak. Pasalnya, ada banyak sekali konten yang direkam serta diunggah tanpa consent, dan Pornhub mendapat keuntungan dari situ. Kontroversi ini membuat Visa dan Mastercard menarik layanan mereka dari platform tersebut. Selain itu, MindGeek, perusahaan induk yang menaungi Pornhub, digugat oleh puluhan perempuan yang menjadi korban dalam konten tersebut. Isu inilah yang diangkat ke dalam dokumenter Money Shot: The Pornhub Story yang baru saja dirilis di Netflix.

Salah satu korban yang menggugat Mindgeek adalah Serena Fleites. Serena berumur 13 tahun ketika ia menemukan video intimnya tersebar di Pornhub. Serena mengaku membuat video eksplisit karena dipaksa oleh pacarnya, namun ia tak tahu kalau pacarnya secara diam-diam mengunggah video tersebut ke platform pornografi terpopuler di internet. Ketika Serena menemukannya, video tersebut sudah mendapat 400 ribu views. Sayangnya, butuh berminggu-minggu sampai akhirnya Pornhub meladeni laporan Serena dan menghapus video tersebut. Lebih parah lagi, fitur download memungkinkan siapapun untuk memiliki video tersebut dan mengunggahnya kembali ke platform meski konten orisinalnya telah dihapus.

Setiap waktu yang dihabiskan oleh Pornhub untuk tidak segera menghapus video tersebut adalah neraka bagi Serena, karena video yang seharusnya bersifat privat berakhir menjadi konsumsi publik. Dampaknya pun tidak main-main, Serena beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri hingga terjerumus ke dalam jerat obat-obatan. Serena adalah satu dari sekian korban yang dirugikan akibat minimnya kebijakan anti-kekerasan seksual dari platform semacam Pornhub.

Sinopsis Money Shot: The Pornhub Story
Dokumenter Money Shot: The Pornhub Story yang disutradarai oleh Suzanne Hillinger mengangkat kontroversi di balik Pornhub dari berbagai sisi. Mulai dari perspektif korban yang videonya tersebar, kreator konten pornografi atau performer, pekerja MindGeek, jurnalis, pengacara, hingga organisasi non profit yang memprotes Pornhub. Keterangan dari berbagai narasumber ini dirangkai hingga menciptakan sebuah benang merah: Pornhub jelas bermasalah, tapi ketika operasional Pornhub dihentikan, yang paling terkena dampaknya adalah para kreator konten independen yang selama ini mencari nafkah melalui platform tersebut.

Terkait konten ilegal yang ada di Pornhub, MindGeek mengatakan bahwa perusahaan mereka memiliki kebijakan yang tegas terhadap konten yang melanggar terms of service dan akan melakukan review terhadap konten yang dilaporkan oleh pengguna. Sebagai informasi, semua pengguna yang ingin mengunggah video ke platform tersebut harus mengisi data diri yang kemudian akan diverifikasi oleh situs. Kenyataannya, meski Pornhub mengaku berkomitmen untuk mengawasi konten yang diunggah, perusahaan tersebut tetap gagal dalam mencegah pengguna untuk mengunggah konten revenge porn, pornografi anak, dan kekerasan seksual lainnya.

Dalam dokumenter ini, mantan karyawan MindGeek yang dulunya bertugas sebagai moderator konten membeberkan kondisi sebenarnya. Narasumber yang identitasnya dirahasiakan ini mengatakan bahwa tingginya jumlah video yang harus mereka review secara tidak langsung membuat konten ilegal susah untuk terdeteksi dan pada akhirnya mudah lolos. Ketika ia bekerja di sana, hanya ada sekitar 30 moderator yang masing-masing dari mereka harus me-review 700 video per hari. Tuntutan ini membuat mereka melakukan skimming secara cepat untuk setiap video, hingga akhirnya ada ribuan laporan dari pengguna yang tidak sempat ditindaklanjuti tepat waktu. "I think the company could have done more to prevent certain things, and chose not to," katanya.

Permasalahan ini mendorong berbagai organisasi sipil untuk menggencarkan kampanye anti-trafficking yang menargetkan Pornhub. Salah satunya, yaitu Exodus Cry—organisasi keagamaan beraliran konservatif—yang menuntut agar situs Pornhub ditutup. Sementara itu, para kreator konten atau performer memiliki pendapat yang berbeda. Salah satunya yaitu Gwen Adora, yang mengatakan bahwa Exodus Cry bukan sedang membela kepentingan korban, melainkan membela kepentingan agenda kelompok konservatif yaitu menghapus pornografi sepenuhnya. Dan hal ini akan merugikan para pekerja seks atau performer yang selama ini mendapat penghasilan dari membuat konten.

Consent Sebagai Syarat Mutlak
Berdasarkan laporan Year in Review, Pornhub memiliki lebih dari 150 juta pengguna aktif yang mengunjungi situs tersebut. Tak ayal, situs nomor satu untuk konten dewasa ini meraup keuntungan tahunan hingga $460 juta. Bersamaan dengan tingginya keuntungan ekonomi, Pornhub melakukan berbagai strategi branding untuk memoles citra mereka; mulai dari membuat kampanye lingkungan hingga menggratiskan konten premium mereka selama pandemi. Tapi, semua strategi ini sia-sia tatkala Pornhub tak bisa menunjukkan komitmen mereka untuk melindungi korban pelecehan, terutama anak di bawah umur.

Di satu sisi, para korban berhak untuk mendapat keadilan dan petinggi Pornhub harus bertanggung jawab. Namun di sisi lain, perspektif dari para kreator konten menunjukkan bahwa kontroversi Pornhub tidak bisa disederhanakan menjadi membela pornografi atau anti pornografi. Seperti yang dikatakan oleh salah satu pekerja di industri pornografi, Noelle Purdue, "In order for it to be pornography, it has to be consensual. Otherwise it is documentation of sexual abuse."

Pada kenyataannya, apa yang terjadi di Pornhub terjadi juga di seluruh jagat maya. Internet telah mengubah bagaimana masyarakat mengkonsumsi konten dewasa. Salah satu konsekuensi dari fenomena ini ialah bagaimana akhirnya kejahatan seksual juga dengan mudah terjadi di ruang maya. Satu hal yang harus diingat, bahwa ketika foto atau video sudah beredar di internet, jejak digitalnya akan selalu ada di sana. Dokumenter Money Shot: The Pornhub Story tak hanya berhasil mengupas kontroversi Pornhub, tapi juga mengingatkan bahwa consent adalah syarat mutlak yang tak bisa diganggu gugat.

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS