Insight | General Knowledge

Inikah Saatnya Ucapkan Selamat Tinggal pada Twitter?

Senin, 21 Nov 2022 16:03 WIB
Inikah Saatnya Ucapkan Selamat Tinggal pada Twitter?
Foto: Pexels
Jakarta -

Usai Twitter diambil alih Elon Musk, tiada hari tanpa skandal dibuat olehnya. Bahkan berita terakhir mengenai Twitter adalah para karyawan berniat mengundurkan diri massal setelah ultimatum yang dikeluarkan oleh Elon Musk. Ultimatum tersebut berisi dua opsi yakni bekerja berjam-jam dengan intensitas tinggi atau pergi, dan nampaknya banyak staf yang memilih untuk pergi.

Tak ayal informasi ini pun membuat jagat media sosial Twitter dipenuhi tagar #RIPTwitter yang mengartikan bahwa Twitter sebentar lagi akan menemui akhir hayatnya. Namun seakan tidak peduli dengan kondisi perusahaan barunya tersebut, Elon Musk bahkan ikut memberikan kontribusinya dengan mengunggah meme Twitter yang dikuburkan.

Selain itu, Twitter juga mengumumkan melalui email akan menutup gedung kantornya dan menonaktifkan akses karyawan hingga Senin waktu setempat. Lantas, inikah saatnya kita ucapkan selamat tinggal pada Twitter dan beralih ke media sosial lainnya?

Dari meme yang diunggah Musk ini kurang dari beberapa menit saja mendapat beragam reaksi dari followers-nya. Banyak yang membujuk bos Tesla itu agar tidak mematikan Twitter. Tapi sepertinya Musk tidak khawatir jika Twitter nantinya akan mati walau sudah banyak ditinggal oleh banyak karyawannya.

Dilansir CNBC Indonesia, meskipun kebijakannya menuai kritik tajam dari berbagai pihak, namun Musk menilai langkahnya membabat habis sebagian besar karyawannya untuk mengubah Twitter menjadi Twitter 2.0 ala Elon Musk. Mulai dari kebijakan bekerja remote, sebenarnya Musk mengizinkan karyawan tetap bekerja dari jarak jauh, dengan sejumlah ketentuan yang memang cukup ketat. Seperti harus mendapat pengakuan dari manajer mereka terkait performa, tapi ia mengingatkan bahwa manajer tidak boleh memalsukan pernyataan menyoal performa tersebut.

"Musk mengatakan, setiap manajer yang secara salah mengklaim bahwa seseorang melakukan pekerjaan dengan sangat baik atau peran yang diberikan sangat penting, baik jarak jauh atau tidak, akan dikeluarkan dari perusahaan," ujar Zoe Schiffer, managing editor Platformer.

Selain itu, karyawan yang masih tertinggal diharapkan untuk terus mengikuti aturan perusahaan terkait informasi sensitif. Mereka tidak diperkenankan untuk memberikan informasi rahasia kepada awak media atau pihak manapun.

Bisakah Berharap pada Twitter 2.0 ala Elon Musk?

Sebenarnya sangat wajar jika Musk sangat keras kepada para karyawannya, sebab ia benar-benar berniat untuk merombak seluruh Twitter. Bukan hanya soal platformnya saja, tapi orang-orang di baliknya pun ingin dia rombak agar satu visi misi dengannya. Dalam cuitannya pada 19 November 2022, Elon menuliskan tentang kebijakan Twitter terbaru.

"Kebijakan Twitter yang baru adalah kebebasan berbicara, tetapi bukan kebebasan untuk menjangkau. Tweet negatif/kebencian akan di-deboost dan didemonetisasi secara maksimal, jadi tidak akan ada iklan atau pemasukan pihak ketiga lainnya ke Twitter. Ini hanya berlaku untuk tweet individu, bukan semua akun," tulisnya.

Meskipun sikap Elon Musk terhadap kritikan yang menghujani dirinya terkesan cuek, tapi sepertinya ia cukup memperhatikan apa yang terjadi dalam platform perusahaan barunya tersebut. Ia pun memastikan lewat Twitter-nya bahwa para pengguna tidak perlu khawatir sebab Twitter masih 'hidup'. Apapun keputusan Musk, mari kita tunggu perbaruan yang dijanjikan olehnya dan apa saja yang berbeda dari Twitter 2.0 besutannya tersebut.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS