Insight | General Knowledge

Melihat Sisi Positif Cukai Tembakau Naik 10%

Senin, 07 Nov 2022 18:32 WIB
Melihat Sisi Positif Cukai Tembakau Naik 10%
Foto: Pxhere
Jakarta -

Pemerintah secara resmi telah memutuskan untuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk produk sebesar 10% pada tahun 2023 dan 2024. Kabar ini sendiri langsung dikonfirmasi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 3 November kemarin. Ada tiga golongan rokok yang akan merasakan kenaikan tarif cukai, yaitu sigaret kretek mesin (SKM), sigaret putih mesin (SPM), dan sigaret kretek pangan (SKP) dengan perbedaan sesuai golongannya.

Kabar ini tentu saja langsung mendapatkan berbagai macam respon, ada yang menyambut dengan baik, tapi banyak juga yang merasa keputusan ini merupakan langkah buruk. Menurut mereka, kenaikan cukai rokok menjadi pukulan telak bagi para petani tembakau. Pemerintah dinilai tidak lagi peduli dengan nasib petani tembakau. Bahkan, 'suara' yang menyatakan pemerintah sudah tidak peduli dengan petani tembakau juga sangat banyak di media sosial, khususnya Twitter, melalui akun-akun yang memang fokus kepada kesejahteraan industri tembakau di Indonesia.

Untuk Menekan Angka Perokok

Kenaikan cukai tembakau memang selalu menjadi pembicaraan pelik setiap waktunya. Banyak yang melihat keputusan ini menjadi langkah terakhir pemerintah dalam menekan angka perokok di Indonesia. Data terakhir yang dilansir dari Kementerian Kesehatan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah terjadi peningkatan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021.

Tantangan besar memang sedang dihadapi pemerintah. Mereka harus mencari cara terbaik agar jumlah perokok aktif di Indonesia bisa menurun. Apalagi jika kita melihat bagaimana makin banyak anak di bawah umur yang mulai aktif merokok. Sudah seharusnya mereka tidak menjadi perokok di usia belia, namun harga rokok yang cenderung terjangkau dan produknya yang bisa ditemukan di berbagai tempat membuat akses untuk rokok perlu dipersempit. Tentunya, salah satunya adalah dengan menaikkan cukai tembakau hingga 10%.

Perlu digarisbawahi bahwa tidak semua kategori rokok mendapatkan kenaikan cukai 10%. Dikutip dari CNBC Indonesia, kenaikan tarif 10% merupakan kenaikan rata-rata, sedangkan rokok jenis sigaret kretek tangan (SKT) yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan petani tembakau hanya naik sebesar 5% saja.

Pemerintah pun tidak tinggal diam dengan dampak negatif yang dapat dirasakan para petani dan buruh tembakau. Mereka sudah menyiapkan Dana Bagi Hasil CHT yang nanti akan disalurkan oleh pemerintah daerah dalam bentuk benih unggul, pupuk, dan pestisida. Selain itu juga ada bantuan modal dan pembinaan SDM agar dapat membuat petani serta buruh tembakau lebih sejahtera, sekaligus mendapatkan solusi atas keputusan ini.

Dua Sisi Mata Koin

Pada akhirnya, apa yang dilakukan pemerintah untuk menaikkan cukai tembakau selalu menghasilkan dua sisi mata koin: ada yang menyambut secara positif, tapi juga disambut dengan kritikan. Kritik yang diberikan berfokus kepada kesejahteraan petani dan buruh tembakau yang semakin terancam. Terbukti dari bagaimana pergolakan topik ini di media sosial dari beberapa akun yang mengatasnamakan movement untuk mendukung tembakau Indonesia lebih berkembang lagi. Mereka merasa keputusan pemerintah dan Sri Mulyani malah membunuh petani dan buruh tembakau.

Namun jika dilihat dari point of view yang lebih luas, keputusan ini bisa disambut secara positif juga. Kita semua tahu bahwa rokok dapat membawa banyak masalah kesehatan. Bahkan tidak hanya bagi perokok aktif, tetapi juga untuk perokok pasif yang berada di sekitarnya. Keputusan yang diambil pemerintah diharapkan dapat menyortir masyarakat yang selama ini malah lebih fokus untuk membeli rokok, dibandingkan menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan lebih penting.

Keputusan kenaikan cukai tembakau hingga 10% sudah diambil. Kita sebagai masyarakat mau tidak mau harus menerima kenyataan ini. Apapun yang nantinya terjadi, cobalah berpikir bahwa keputusan ini memang untuk kebaikan lebih banyak rakyat Indonesia dalam menanggapi masalah rokok.

[Gambas:Audio CXO]

(tim/alm)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS