Insight | General Knowledge

Fearmongering Resesi: Ada Apa di Baliknya?

Selasa, 18 Oct 2022 18:30 WIB
Fearmongering Resesi: Ada Apa di Baliknya?
Foto: Shutterstock: Melimey
Jakarta -

"Tahun depan ekonomi gelap, Jokowi berpesan semua bersiap," ujar seorang influencer di TikTok dengan nama akun @aabelkarimi. Dalam video yang diberi tajuk "Gelap" itu, ia memaparkan fakta-fakta mengenai Inggris dan Tiongkok yang sedang dilanda krisis ekonomi kemudian menjelaskan mengapa resesi bisa terjadi. Video tersebut diakhiri dengan tawaran untuk mendaftar kelas eksekutif. "Kenapa gue tahu? Karena gue belajar sama pakar ekonomi Islam yang insyaallah besok bakal ngisi di kelas eksekutif bareng gue," ucapnya.

Video yang telah ditonton sebanyak 2,5 juta kali ini membuat banyak warganet merasa takut terhadap resesi 2023. "Baru mau mulai untuk di tahun depan malah nge-down sumpah ya Allah aku pasrahkan semua ini," tulis salah satu pengguna TikTok. Tak hanya di TikTok, konten serupa juga membanjiri YouTube. Salah satu contohnya adalah video berjudul "2023: Menuju Kehancuran Dunia" yang dibuat oleh CEO Ternak Uang, Raymond Chin.

"Gue bakal jelasin kenapa 2023 akan jadi tahun paling menyeramkan. Kalau kalian nonton video ini sekarang kalian bakal jadi salah satu minoritas yang bakal punya waktu buat persiapan biar kalian nggak jatuh miskin di tahun depan," ucap Raymond di awal videonya. Meski ia mengaku tidak bermaksud menakut-nakuti, tapi diksi yang dipilih seperti "menyeramkan" dan "jatuh miskin" nyatanya berhasil membuat banyak warganet benar-benar merasa takut terhadap ancaman resesi.

[Gambas:Youtube]

Aab Elkarimi dan Raymond Chin adalah dua dari sekian banyak influencer yang membuat konten mengenai resesi. Mereka semua menyampaikan pesan yang sama: kalian semua harus takut dan waspada, tapi ikuti saran dari kami maka kalian akan baik-baik saja. Meski banyak yang merasa teredukasi oleh konten-konten semacam ini, ternyata tidak sedikit juga yang skeptis dan berpendapat bahwa ini hanyalah strategi untuk menjual jasa yang mereka tawarkan.

Fearmongering dan Manipulasi Ketakutan
Apa yang dilakukan oleh para influencer ini disebut sebagai fearmongering, yaitu secara sengaja menyebar ketakutan yang irasional atau tidak perlu. Fearmongering adalah bentuk manipulasi yang memanfaatkan kerentanan orang lain terhadap risiko atau ancaman. Rasa takut yang dimanipulasi tersebut digunakan oleh berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga brand, untuk menggiring opini publik.

Dalam konteks marketing, penggunaan strategi fearmongering disebut sebagai fear appeals. Fear appeals merupakan pesan yang didesain untuk menakut-nakuti audiens sehingga mereka terbujuk untuk melakukan langkah-langkah yang dianjurkan-dalam hal ini membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Manipulasi ketakutan ini marak ditemui dalam iklan-iklan jasa keuangan, dan terbukti lebih banyak merugikan masyarakat.

Salah satu contoh fearmongering yang terbukti merugikan dilakukan oleh Jouska, perusahaan penasihat investasi yang CEO-nya tersandung kasus penipuan. Jouska kerap membuat audiens merasa khawatir dengan kondisi keuangan yang tidak menentu. Misalnya, di Instagram mereka pernah mengunggah konten mengenai biaya persalinan dan perawatan anak yang mencapai Rp166 juta. Unggahan ini pun banyak diprotes—termasuk oleh dokter—karena dianggap menyebarkan ketakutan dan memuat informasi yang tak jelas sumbernya.

Para pembuat konten yang menggunakan taktik fearmongering seringkali berdalih bahwa mereka tidak bermaksud membuat orang panik dan hanya ingin membuat konten yang edukatif. Tapi kalau tujuannya adalah untuk mengedukasi, mengapa mereka harus menggunakan diksi seperti "gelap", "menyeramkan", dan "bencana"?

Meski resesi di depan mata, tapi bukan berarti dunia lantas akan menjadi kiamat atau tahun 2023 akan menjadi bencana. Indonesia sendiri pernah melalui resesi sebelumnya, yaitu pada tahun 1998 dan 2020. Kita memang harus waspada, tapi rasa takut dan kepanikan hanya akan membuat penanganan krisisnya semakin parah.

Kita harus berhati-hati dengan beredarnya konten-konten yang memanfaatkan fearmongering. Cermati siapa pembuatnya dan apa inti pesannya. Kalau di akhir video mereka malah menawarkan produk dan jasa, sudah pasti mereka sedang memanipulasi ketakutanmu.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS