Insight | General Knowledge

Circularity: Kunci Hidup Berkelanjutan

Sabtu, 13 Aug 2022 20:00 WIB
Circularity: Kunci Hidup Berkelanjutan
Foto: Josh Power/Unsplash
Jakarta -

Selama beberapa tahun terakhir, "sustainability" telah menjadi kata kunci yang digaungkan oleh banyak pihak; mulai dari pemerintah, brands, hingga aktivis lingkungan. Sebab, sustainability atau keberlanjutan merupakan umbrella term untuk berbagai agenda menyelamatkan bumi. Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan sustainability? Berdasarkan Oxford Dictionary, definisi sustainability adalah menghindari berkurangnya sumber daya alam demi mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Meski kita sama-sama bersepakat bahwa keberlanjutan itu penting, tapi definisi dari sustainability itu sendiri masih terlalu luas untuk diturunkan ke dalam konsep tunggal yang mudah dipraktikkan oleh banyak orang. Sebagian orang menerjemahkan sustainability ke dalam gaya hidup yang ramah lingkungan; ada yang mengurangi penggunaan plastik, ada juga yang membeli mobil dan motor listrik untuk menurunkan polusi udara di jalanan. Tapi di balik slogan "go green" dan "ramah lingkungan", ada satu konsep penting yang menjadi kunci dari hidup berkelanjutan, yaitu circularity.

Circularity hadir sebagai jawaban atas kebutuhan tersebut. Circularity adalah sebuah konsep sederhana yang bertujuan untuk meminimalisir sampah dan memaksimalkan penggunaan sumber daya. Konsep ini berkaitan erat dengan sistem ekonomi karena melibatkan bagaimana sebuah produk diproduksi dan dikonsumsi. Circularity mengadopsi closed-loop system seperti yang ada di alam. Alam memiliki caranya sendiri untuk mengembalikan keseimbangan. Misalnya, air yang naik ke atmosfer akan turun kembali ke daratan melalui siklus hujan. Sehingga, tak ada sumber daya yang terbuang. Dalam ekonomi sirkuler, semua produk yang dikonsumsi manusia dimasukkan kembali ke supply chain agar tidak berakhir di tempat pembuangan.

Contoh paling mudah untuk melihat pentingnya circularity adalah bagaimana selama ini kita menggunakan kantong plastik. Sejak kampanye lingkungan membesar, kantong plastik telah menjadi musuh bersama yang harus diberantas karena sampah plastik telah mencemari lingkungan. Padahal, yang menyebabkan pencemaran tersebut sebenarnya bukan plastiknya, melainkan gaya hidup manusia yang menggunakan plastik sekali pakai. Bahkan, anak dari pencipta kantong plastik Sten Gustaf Thulin mengatakan bahwa ayahnya menciptakan kantong plastik justru untuk menyelamatkan bumi dan bukan untuk sekali pakai.

Lalu, bagaimana caranya mempraktikkan gaya hidup sirkuler? Cara terpopuler yang sudah diketahui banyak orang adalah 3R atau Reduce, Reuse, Recycle. Tapi selain 3 cara ini, ada berbagai cara lainnya yang bisa dipraktekkan demi mencapai circularity. Dalam ekonomi sirkuler, ada prinsip yang disebut dengan 10R. Apa saja caranya?

1. Reduce
Ide besar dari circularity adalah "doing more with less". Produk-produk yang menggunakan sumber daya alam harus diproduksi seefisien mungkin agar tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan. Selain itu, kita sebagai konsumen juga harus meminimalisir gaya hidup yang konsumtif. Cukup beli barang-barang yang kita butuhkan saja.

2. Reuse
Untuk mencapai zero waste, cara termudah sebenarnya adalah dengan menggunakan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai. Salah satunya, dengan membeli barang-barang bekas. Dengan menggunakan barang bekas, kita bisa memperpanjang usia produk agar tidak langsung menjadi sampah.

3. Recycle
Recycle adalah proses mendaur ulang material agar bisa digunakan kembali seperti bentuk awalnya namun dengan kualitas yang lebih rendah. Contoh paling mudahnya adalah mendaur ulang botol plastik, yaitu dengan menghancurkannya menjadi serpihan kecil yang kemudian diproses menjadi pellets. Pellets kemudian akan menjadi bahan dasar untuk membuat plastik.

4. Refuse
Selama ini, kita kerap mengkonsumsi melebihi jumlah yang kita butuhkan. Untuk mengubahnya, kita harus menolak menggunakan produk secara berlebihan. Berhenti gunakan mindset "sesuatu yang berlebih selalu lebih baik", dan mulai kembangkan mindset "lebih baik kurang di awal daripada berlebihan di akhir".

5. Rethink
Setiap kamu mengkonsumsi sesuatu, coba pikirkan kembali bagaimana tindakanmu akan mempengaruhi lingkungan. Sebab pencemaran lingkungan dimulai dari ketidakpedulian akan dampak dari perbuatan kita.

6. Repair
Salah satu kebiasaan buruk dari masyarakat modern adalah membuang barang yang sudah rusak. Padahal, barang tersebut masih bisa diperbaiki agar bisa berfungsi seperti sediakala. Selama biaya untuk memperbaiki barang tersebut masih terjangkau, urungkan niat untuk membeli produk baru.

7. Refurbish
Refurbishing adalah proses merenovasi atau memodifikasi produk lama agar lebih up-to-date seperti model terbaru. Misalnya, celana jeans model lama bisa kamu modifikasi secara D.I.Y. untuk menjadi short jeans.

8. Remanufacture
Remanufacture atau reconditioning adalah ketika bagian-bagian dari produk lama diambil dan ditambal ke produk-produk baru. Misalnya, spare part dari mobil tua yang masih berfungsi dengan baik diambil untuk melengkapi mobil dengan model yang lebih baru.

9. Repurpose
Repurpose mirip seperti upcycling, yaitu menyulap sebuah barang lama menjadi barang baru dengan fungsi yang berbeda. Misalnya, menyulap bahan-bahan dari pakaian bekas menjadi tote bag atau menyulap tangga kayu yang tidak terpakai menjadi rak buku. Dengan melakukan repurpose, barang-barang lama akan memiliki fungsi dan tujuan yang baru.

10. Recover
Semua barang atau senyawa organik yang kita anggap sampah mungkin sebenarnya bukan sampah dan masih memiliki kegunaan. Pada dasarnya, recover adalah kegiatan memproses material agar bisa menghasilkan energi. Misalnya, dengan mengolah limbah rumah tangga menjadi kompos.

Itu dia cara-cara dalam 10R yang bisa kita lakukan agar bisa mempraktikkan circularity. Melalui 10 cara di atas, kita bisa mengurangi jumlah sampah serta memanfaatkan sumber daya seefisien dan seefektif mungkin. Pada akhirnya, satu hal yang harus diingat dari circularity adalah keberlanjutan hanya bisa dicapai apabila kita sadar bahwa sumber daya ada dalam jumlah yang terbatas. Dengan memiliki kesadaran tersebut, kita akan terdorong untuk menggunakan sumber daya dengan lebih ethical.

[Gambas:Audio CXO]



(ANL/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS