Insight | General Knowledge

Sisi Gelap Budaya Kerja Marvel

Minggu, 07 Aug 2022 18:00 WIB
Sisi Gelap Budaya Kerja Marvel
Foto: Disney+
Jakarta -

Selama lebih dari satu dekade terakhir, Marvel Cinematic Universe telah menjadi petarung unggul dalam industri film dan berhasil mendominasi bioskop di seluruh dunia dengan film-film superhero-nya. Mungkin ketika mendengar nama Marvel, bayangan kita langsung tertuju pada Stan Lee atau The Russo Brothers sebagai sosok yang paling berjasa di balik kejayaan MCU. Padahal, kesuksesan ini tidak lepas dari kerja keras ratusan hingga ribuan pekerja kreatif yang terlibat dalam proses produksi.

Sayangnya, muncul kabar tidak sedap bahwa kesejahteraan para pekerja kreatif yang bekerja untuk MCU tidak segemilang kesuksesan box office film-filmnya. Beberapa visual effects (VFX) artists yang pernah mengerjakan film-film MCU membeberkan bahwa kondisi kerja mereka selama ini overworked and underpaid. Padahal, semua film MCU sangat bergantung pada penggunaan efek visual.

Menurut para pekerjanya, Marvel memiliki salah satu manajemen VFX terburuk. Salah satu penyebabnya, para sutradara sendiri kurang familiar dengan cara kerja efek visual. "A lot of them have done little indies at the Sundance Film Festival and have never worked with VFX. They don't know how to visualize something that's not there yet," ucap salah satu pekerjanya dikutip dari Vulture. Marvel sendiri terkenal sebagai klien yang banyak mau, mereka kerap meminta banyak perubahan efek bahkan ketika proses pengerjaannya sudah mencapai tahap akhir.

Sementara di sisi lain, pengerjaan efek visual sering kali understaffed karena Marvel kerap memilih menggunakan jasa VFX houses dengan penawaran yang paling ekonomis. Sehingga para pekerja VFX pun rentan mengalami overworked ketika mengerjakan projek dari Marvel. VFX houses pun kesusahan untuk menegosiasikan kondisi kerja ini, sebab siapa yang berani melawan studio sebesar Marvel?

Kondisi yang tidak menguntungkan juga dialami oleh para penulis komik Marvel, salah satunya yaitu Ed Brubaker dan Steve Epting yang menciptakan karakter The Winter Soldier. Marvel meraup keuntungan hingga ratusan miliar dolar dari semua film dan serial yang mereka garap, termasuk serial Falcon and the Winter Soldier. Namun nyatanya, keuntungan tersebut tidak mengalir ke rekening Ed Brubaker maupun Steve Epting selaku penulis komik The Winter Soldier.

"For the most part, all Steve and I have got for creating the Winter Soldier and his storyline is a 'thanks' here or there, and over the years that's become harder and harder to live with," ungkap Brubaker dikutip dari The Guardian. Selain ucapan terima kasih, para ilustrator dan penulis juga mendapat cek sebesar US$5000 dan undangan ke acara premier apabila karakter yang mereka ciptakan diangkat ke layar lebar. Namun, apalah arti ucapan terima kasih dan US$5000 apabila dibandingkan dengan keuntungan ratusan miliar dolar.

Realita yang dihadapi oleh pekerja kreatif di atas rasanya berbanding terbalik dengan kondisi Marvel yang sedang berada di puncak kejayaan. Dengan semua kesuksesan itu, sudah saatnya Marvel memperhatikan kondisi kerja dan memberikan apresiasi yang layak kepada pekerja kreatif yang berjasa dalam membesarkan namanya.

[Gambas:Audio CXO]



(ANL/HAL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS