Insight | General Knowledge

Budaya Ngaret: Kenapa Tepat Waktu Kalau yang Lain Telat?

Senin, 04 Apr 2022 14:00 WIB
Budaya Ngaret: Kenapa Tepat Waktu Kalau yang Lain Telat?
Foto: Jéshoots/Pexels
Jakarta -

A: "Lo dateng jam berapa?"
B: "Dateng jam 7 nih, kan acaranya ditulis jam 6 di undangan."
A: "Yah, gue udah mau sampe di tempat acaranya nih."

Beberapa percakapan yang serupa pasti sudah sering kita dengar di keseharian. Sebagai orang Indonesia, hal-hal berbau datang ngaret sudah menjadi kebiasaan yang tidak asing lagi. Pola pikir ngaret ini sudah mengakar. Bayangkan betapa semakin banyak orang yang sebenarnya tepat waktu, jadi ikut-ikutan ngaret juga karena sering dikecewakan sama orang-orang yang suka telat. "Ngapain gue dateng tepat waktu? Yang lain juga dateng telat, nanti yang ada gue nunggu sendirian di sana," imbuh orang tepat waktu yang sering dikecewakan orang ngaret.

Budaya ngaret menjadi sebuah bentuk dari kemalasan karena dilihat sebagai hal yang dilakukan dengan sengaja, kecuali memang ada satu dan lain kondisi di luar dugaan yang menyebabkan kita terpaksa harus terlambat. Sebenarnya, budaya ngaret seperti ini banyak menimbulkan dampak negatif yang sering tidak kita sadari. Makanya, tepat waktu itu sangat penting, dan beberapa alasannya bisa kalian temukan di bawah ini.

Tepat waktu menunjukkan integritas kita. Ketika kita memberi tahu seseorang bahwa kita akan bertemu pada waktu tertentu, kita telah membuat janji kepada mereka. Menjadi tepat waktu menunjukkan bahwa kita adalah orang yang menepati janji.

Tepat waktu menunjukkan bahwa kita dapat diandalkan. Tepat waktu menjadi refleksi dari tanggung jawab dan kedisiplinan seseorang. Orang lain tahu bahwa kita dapat diandalkan dan dapat dipercaya; jika kita mengatakan kita akan berada di sana dalam waktu tertentu, kita akan hadir. Orang lain cenderung tidak dapat mengandalkan mereka yang sering ngaret karena tidak tahu di mana mereka akan berada ketika dibutuhkan.

Tepat waktu memastikan kita dalam kondisi terbaik. Setelah terburu-buru mengejar waktu, sulit untuk kemudian mengalihkan fokus kita dengan instan untuk misalnya melakukan presentasi di sebuah meeting. Kita akan kehabisan energi dan lebih stres. Tetapi, ketika kita berusaha hadir tepat waktu ke sebuah kegiatan, bahkan datang lebih awal beberapa menit, kita mempunyai beberapa waktu tambahan untuk berkonsentrasi dan melakukan persiapan yang dibutuhkan.

Ngaret adalah salah satu bentuk mencuri dan tidak menghargai waktu. Menjadi tepat waktu menunjukkan kita menghargai waktu itu sendiri-waktu kita dan waktu yang dimiliki orang lain. Ketika kita membuat orang lain menunggu, kita sebenarnya merampas menit dari mereka yang tidak akan pernah didapatkan kembali. Hal ini memakan waktu kita dan orang lain untuk melakukan hal produktif lainnya yang bisa kita lakukan jika kita tidak terlambat. Bahkan waktu mereka bisa saja berubah menjadi uang. Mungkin mereka telah berkorban banyak hal-bangun pagi-pagi atau mempersingkat jam olahraga mereka-saat membuat janji untuk menemui kita. Keterlambatan kita membuat kita tidak menghargai usaha dan pengorbanan itu. Hal ini juga berdampak pada menurunnya produktivitas. Ngaret akan merusak jadwal kegiatan yang telah ditetapkan; berdampak pada habisnya waktu orang-orang lain yang diakibatkan dari keterlambatan kita.

Lalu, kita bisa apa supaya tidak ngaret lagi?
Manajemen waktu menjadi keahlian yang perlu kita kuasai untuk menghindari ngaret. Macet bukan sebuah alasan yang terus-menerus bisa kita gunakan ketika kita ngaret apalagi di Jakarta. Memang kadang kemacetan tidak bisa diprediksi berapa lama, tapi bukan berarti datang telat tidak bisa dihindari apalagi dengan banyaknya fitur teknologi yang bisa digunakan. Kita dapat mengantisipasinya dengan cek Google Maps dulu untuk memperkirakan waktu, dan berangkat lebih awal. Kita bisa juga memasang reminder dalam kalender atau alarm untuk jadwal kegiatan kita. Misalnya, atur pengingat setidaknya satu jam dan 15 menit sebelumnya.

Penting untuk melihat tepat waktu sebagai bagian dari keseluruhan sikap dan kebiasaan kita terhadap waktu. Kita akan terus ngaret jika kita belum mempraktikkan manajemen waktu yang baik dan mulai melatih hal ini menjadi kebiasaan. Perlahan tapi pasti kita bisa mulai keluar dari budaya ngaret.

[Gambas:Audio CXO]



(SAS/HAL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS