Insight | General Knowledge

Sampah Pandemi: Ke mana Perginya?

Rabu, 02 Mar 2022 16:00 WIB
Sampah Pandemi: Ke mana Perginya?
Ilustrasi limbah pandemi Foto: Pam Penegakis/Unsplash
Jakarta -

Kehadiran COVID-19 memunculkan keresahan bagi masyarakat dunia. Kemanapun kita hendak bepergian diwajibkan untuk mengenakan masker agar terhindar dari kontaminasi wabah virus COVID-19. Hal ini membuat keseharian seseorang yang memang memiliki kepentingan untuk keluar rumah seperti pekerja kantoran, penjual di pasar, dan lain sebagainya kerap mengenakan masker.

Beberapa saran medis tentang penggunaan masker juga menganjurkan masyarakat untuk mengganti masker dalam beberapa jam pemakaian. Berangkat dari fenomena ini, bisa dipastikan bahwa sampah pandemi menyumbang jumlah yang besar dalam pembuangan sampah, mengingat masker merupakan hal yang esensial dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, berakhir di manakah sampah masker kita? Bagaimana pengelolaan sampah pandemi yang seiring hari terus menumpuk?

Sampah pandemi masuk dalam kategori sampah medis dan sampah berbahaya, karena sampah masker tidak bisa diidentifikasikan mana yang digunakan oleh orang sehat dan mana yang digunakan oleh penyintas virus. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terdapat kenaikan sampah medis saat pandemi sebesar 30 persen hingga 50 persen.

Hal ini dikarenakan bertambahnya volume masyarakat Indonesia dalam penggunaan masker sekali pakai, tisu, hand sanitizer, dan disinfektan. Total sampah pandemi hingga Oktober 2020 lalu mencapai 1.662,75 ton. Mengutip data dari Badan Pusat Statistik tahun 2020, sektor pengelolaan sampah dan limbah nyatanya melesat hingga 6,04 persen selama pandemi. Tentunya, hal ini menuai keprihatinan yang cukup tinggi.

Maka dari itu, World Health Organization (WHO) sudah menetapkan guideline untuk manajemen pembuangan sampah medis guna mengelola sampah berbahaya yang berasal dari pandemi. Adanya sistem pembuangan sampah pandemi yang tepat dapat mengurangi risiko penyebaran virus, dan meningkatkan peluang sampah tersebut untuk dapat didaur ulang.

Menteri KLHK, Siti Nurbaya, mengatakan bahwa sampah medis yang tergolong limbah B3 infeksius yang muncul akibat penggunaan alat pelindung diri (APD) yang masif, menjadi tantangan tersendiri. Saat ini telah dibangun beberapa fasilitas pengelolaan limbah B3 di Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Barito Kuala (Kalimantan Selatan).

Targetnya, di tahun 2024 lokasi pengelolaan limbah B3 akan bertambah sebesar 27 lokasi yang tidak memberi hambatan pada masyarakat dari aspek jarak maupun biaya pengolahannya. Diharapkan, prinsip pengelolaan sampah berkelanjutan ini dapat mendorong ekonomi sirkular dengan mengubah sampah menjadi sumber energi.

Selain upaya pemerintah, sekarang juga terdapat beberapa pihak yang menyediakan layanan jasa untuk pengelolaan sampah pandemi yang dapat didaur ulang, salah satunya adalah Rekosistem. Start-up Rekosistem menawarkan pengelolaan limbah end-to-end, dan telah bekerja sama dengan Lion Parcel, MRT Jakarta, dan lainnya dalam mendorong pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Fasilitas yang ditawarkan Rekosistem dapat ditujukan untuk pribadi atau perusahaan besar, diantaranya meliputi 'setor sampah' dan 'jemput sampah.' Nantinya, sampah yang telah dikumpulkan akan di daur ulang menjadi pulp kertas atau plastik daur ulang.

Recycle dan upcycle merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk menanggulangi sampah pandemi, terutama masker. Nyatanya, salah satu perusahaan eco-friendly di Taiwan telah mengumpulkan 43.000 sampah masker, dan diubah menjadi wireless phone chargers. Selain itu, Parongpong Recycle and Waste Management Lab bersama dengan Evo&Co, membuat program bernama 'Kesan' yang mengajak masyarakat untuk mengumpulkan masker sekali pakai agar dapat diubah menjadi material yang lebih ekonomis, yaitu bahan bangunan seperti ubin lantai.

Jumlah sampah pandemi yang terus menumpuk tiap harinya merupakan isu yang perlu dihadapi secara kolektif. For starter, kamu dapat mempelajari bagaimana mengelola sampah medis yang tepat, yaitu dimulai dengan memisahkan sampah medis dengan sampah rumah tangga. Kemudian, semprotkan masker dengan disinfektan, lalu gunting masker agar menjadi bagian-bagian kecil, dan bungkus rapat dengan kantong sampah.

[Gambas:Audio CXO]

(HAI/DIR)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS