Insight | General Knowledge

Konflik Rusia-Ukraina dan Dampaknya Bagi Dunia

Jumat, 25 Feb 2022 15:19 WIB
Konflik Rusia-Ukraina dan Dampaknya Bagi Dunia
Foto: European External Action Service/Flickr
Jakarta -

Berbagai negara di seluruh belahan dunia terdampak dari agresi militer Rusia kepada Ukraina. Bahkan nilai cryptocurrency bitcoin mengalami penurunan sebesar 8 persen. Pasar saham Eropa juga turut anjlok. Per Kamis (24/02/22), indeks FTSE (Financial Times Stock Exchange) 100 tercatat turun sebesar 2,5 persen, indeks CAC 40 Prancis dan DAX Jerman turun sebesar 4 persen. Selain itu, situasi ini juga mengakibatkan nilai mata uang Rusia, Rubel turun 1 persen dari Dolar Amerika sebab banyaknya investor yang menarik kembali investasinya pada aset yang ada di Rusia. Mata uang Ukraina, Hryvnia juga mengalami penurunan sebesar 30 persen dari Dolar Amerika sebagai akibat dari konflik ini tepatnya semua ini terjadi di tanggal 24 Februari 2022.

Meski agresi militer tersebut terjadi di Eropa, ternyata Asia Tenggara yang secara letak geografis terbilang jauh dari titik konflik pun diperkirakan akan merasakan dampaknya, termasuk Indonesia. Meletusnya situasi antara Rusia dan Ukraina menyebabkan rantai pasokan pangan seperti gandum, jagung, barley, dan lainnya dari kedua negara tersebut jadi terhambat.

Ilustrasi Pasar SahamIlustrasi Pasar Saham/ Foto: PIXABAY/PEXELS

Perlu diingat bahwa Rusia dan Ukraina merupakan pengekspor gandum utama dunia. Sebagai gambaran, 29 persen dari pasar ekspor gandum dunia didominasi oleh Rusia dan Ukraina. Menurut Natalia Sutanto, analis BRI Danareksa Sekuritas, fluktuasi harga komoditas ini berpotensi menimbulkan risiko pemulihan kinerja ekonomi. Ditambah lagi, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam Pertemuan G20 menyatakan bahwa adanya konflik ini dapat mengganggu pemulihan ekonomi yang sudah ditekan habis-habisan oleh pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

Tanggapan Berbagai Negara Terkait Perang Rusia-Ukraina

Menanggapi situasi ini, China yang memiliki hubungan erat dengan Rusia pun menganggap situasi ini cukup pelik. Di satu sisi, China dan Rusia merupakan aliansi komunis. Namun, di sisi lain, ada juga warga China di Ukraina yang nyawanya di ambang bahaya akibat agresi militer ini. Kedutaan Besar China untuk Ukraina menekankan kepada penduduk China yang berada di Ukraina untuk menunjukkan bendera kebangsaan China di kendaraan maupun tempat tinggalnya mereka masing-masing agar tetap aman.

Sementara itu, perwakilan China di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Zhang Jun, meminta agar seluruh pihak untuk tetap tenang dan yakin bahwa masih ada kemungkinan untuk mencapai solusi damai. Namun pernyataan tersebut ternyata dibantah oleh perwakilan Ukraina yang mengatakan bahwa sudah terlambat untuk mundur dari perang ini.

NATO Deputy Secretary General, Mircea Geoană and Oleksii Reznikov, Deputy Prime Minister of Ukraine and Minister for Reintegration of the Temporarily Occupied Territories of UkraineUkraina dan NATO/ Foto: NATO/Flickr

Sementara itu, Inggris dan beberapa negara di Eropa pun menunjukkan dukungannya kepada Ukraina. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan Blok Barat tidak akan berdiam diri dalam menanggapi hal ini, lalu Presiden Prancis, Emmanuel Macron juga mengatakan Prancis bersama dengan negara-negara aliansinya akan terus memberikan dukungan dan solidaritas kepada Ukraina untuk mengakhiri peperangan. Sementara, Perdana Menteri Lituania, Ingrida Šimonytė menyatakan keberpihakan Lituania, Latvia, dan Estonia pada Ukraina untuk mengakhiri agresi militer Rusia, dan masih banyak lagi dukungan dari negara-negara lain.

[Gambas:Audio CXO]



(HAL/DIR)

Author

Handoko Lun

NEW RELEASE
CXO SPECIALS