Insight | General Knowledge

#Bookstagram: Pengaruh Instagram dan Minat Baca

Rabu, 22 Dec 2021 13:20 WIB
#Bookstagram: Pengaruh Instagram dan Minat Baca
Foto: Pexel Martha
Kuala Lumpur -

Tingginya penggunaan media sosial dan akses internet kini memberikan banyak pilihan bagi pengguna untuk membaca buku, baik buku secara fisik maupun digital. Di Indonesia sendiri, saat ini penggunaan media sosial terutama pada platform Instagram sudah mencapai 69,2 juta pengguna per Mei 2020. Maraknya instagram influencer yang bermunculan memengaruhi budaya membaca terutama generasi millenials, sehingga melahirkan komunitas membaca yang dinamakan bookstagram.

Bookstagram atau perkumpulan orang-orang yang suka menyunting buku-buku favorit mereka di aplikasi Instagram adalah sisi lain dari influencer yang banyak tidak orang ketahui. Konsep dari bookstagram sendiri tidak melulu soal estetika fotografi, tetapi juga tulisan dengan ulasan yang menarik. Dalam bookstagram sendiri ada market yang lebih spesifik sesuai dengan minat masing-masing, seperti kontemporer, klasik, filosofi dan berbagai macam lainnya. Hal ini meningkatkan minat baca dan diskusi antar pengguna untuk membahas lebih jauh perihal topik yang bersangkutan. Komunitas ini pun secara virtual sering melakukan diskusi untuk buku yang akan atau sudah diunggah, bahkan ada beberapa yang mengundang penulis buku itu sendiri untuk memberikan perspektif dari sisinya.

Beberapa pengguna memulai bookstagram dikarenakan ingin juga berbagi ulasan dan perspektif mereka sendiri perihal buku yang sudah dibaca atau yang akan dibaca. Di beberapa negara seperti Amerika, Inggris, dan Australia sudah banyak penerbit yang mengirimkan ARC (Advanced Reading Copy) sebelum tanggal terbit buku tersebut yang nantinya akan diunggah oleh bookfluencer berdekatan dengan hari terbitnya buku tersebut. Di Indonesia sendiri, tagar #bookstagramindonesia memiliki 263,000 postingan yang membuktikan bahwa minat baca di rakyat Indonesia masih ada, walau negara kita masih dikategori dengan tingkat minat baca yang cenderung rendah. Tetapi dengan kekuatan media sosial, apalagi dengan pengaruh dari selebriti dunia seperti seperti Reese Witherspoon dengan "Reese Book Club", Emma Watson dengan tagar #oursharedshelf via Instagram pribadinya, dan Emma Roberts dengan "belletrist", diharapkan minat baca kepada masyarakat pun tumbuh.

Apalagi budaya di Indonesia, dimana di sekolah kita biasanya dipaksa untuk menghafal dibanding diajarkan untuk berfikir kritis membuat kebanyakan masyarakat tidak tertarik untuk membaca dan tidak adanya dorongan untuk memiliki rasa penasaran akan pengetahuan. Kurangnya dukungan dari sekitar, terutama pemerintah yang tidak secara merata menyerukan minat baca kepada masyarakat Indonesia menjadi salah satu faktor sarat literasi di masyarakat. Beberapa tahun terakhir, pemerintah mulai menyediakan sarana untuk kemudahan akses dalam membaca. Perpusnas memiliki perpustakaan digital gratis yang memiliki fitur untuk pinjam dan mengembalikan buku yang bisa dibaca secara virtual. Hal ini semakin mendorong masyarakat untuk menambah minat baca yang secara tidak langsung terpengaruh oleh trend di sosial media yang masih tersegmentasi. Dorongan trend inilah yang membuat banyaknya bookfluencer baru di Indonesia bermunculan. Seiring dengan semakin banyaknya komunitas bookstagram ini, diharapkan pula dapat meningkatkan koneksi antar pembaca buku baik di Indonesia maupun secara global.

[Gambas:Audio CXO]



(DIG/iyas)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS