Momen peralihan dari perkuliahan ke dunia kerja sangat krusial. Banyak orang berpetuah: "Cari niche-mu!" Seolah-olah kalimat tersebut adalah pedoman utama bagi para bakal calon penggiat profesional, yang dituntut untuk menguasai suatu bidang secara spesifik semenjak masa pendidikan.
Menguasai niche atau profesionalisme di bidang tertentu bahkan cenderung dipandang sebagai cikal-bakal sukses di masa datang. Seakan lupa bahwa fokus yang dibidangi oleh seorang profesional hanyalah salah satu faktor menuju kesuksesan—yang mengandung kadar relatif. Kalau paham ini benar adanya, lalu bagaimana dengan nasib orang-orang yang belum memiliki fokus dan bingung dengan jalan yang akan ditempuh?
Pada dasarnya, kebingungan dalam menapaki karier bagi fresh graduate merupakan hal yang lumayan lumrah. Sehingga, merasa bingung terhadap apa yang akan dihadapi; ke mana ingin melabuhkan karier; dan probabilitas kesuksesan seperti apa yang menanti di depan akan selalu menjadi pertanyaan dalam diri. Oleh sebab itu, tuntutan dari berbagai sisi yang terus membebani, seakan fokus yang dituju harus diketahui dalam satu malam sebenarnya bisa dipikirkan ulang.
Menyikapi hal ini, ada baiknya pula jika kita berpikir lebih jernih. Bahwa, perjalanan ini baru dimulai, dan hal terbaik yang dapat kita lakukan mungkin adalah dengan terus mencoba dan belajar. Bukan memaksa diri untuk menguasai suatu keahlian dengan sistem kebut satu malam. Sebaliknya, mengetahui banyak hal secara umum bukanlah sesuatu yang buruk. Hal tersebut malah bisa jadi modal yang cukup untuk mendukung perjalanan kedepan.
Menjadi Seorang Generalis
Dalam wawanca yang dimuat Business Leader, founder Generalis World, Milly Tamati, menjelaskan bahwa seorang generalis adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang luas di berbagai bidang.
"Seorang generalis bukan hanya menguasai banyak bidang dan keterampilan, tetapi juga cakap dalam beradaptasi dan mampu bertindak sebagai problem-solver yang baik," tambahnya.
Tamati yang mengobservasi para generalis juga mendapati: para pekerja dengan tipe ini dapat menemukan titik terang di tengah perjalanan kariernya, karena berpotensi untuk menguasai satu atau beberapa bidang secara spesifik berkat fokus dan visinya terhadap masa depan yang lebih baik. Mereka juga penuh dengan empati, dan pandai menemukan sebuah pola kerja yang efektif.
Di dunia yang terus berubah dengan cepat ini, kemampuan untuk beradaptasi memang sangat dibutuhkan. Terlebih dengan adanya Artificial Intelligence (AI). Banyak perusahaan yang semakin terpacu mengurus ranah profesional secara lebih efisien. Sehingga para pekerja saat ini harus mengikuti industri yang semakin gencar berlari, dengan timeline yang padat dan budget minim, selagi mengerahkan sumber daya yang ada secara optimal.
Di sinilah orang-orang generalis yang punya banyak kemampuan menjadi kian dibutuhkan. Mereka bisa menjadi kunci keberhasilan di industri seperti sekarang. Bukan karena mereka serba bisa sehingga dapat diperas habis, melainkan kemampuannya dalam bersikap secara lebih adaptif, pada tren kinerja era kiwari.
Kelebihan generalis ini diperkuat dengan hasil survey yang dirilis McKinsey (2024). Di mana, sekitar 26% karyawan yang mengutamakan investasi pada skill adaptasi dan pembelajaran berkelanjutan mampu meningkatkan keterlibatan para karyawan hingga 2,9 kali dan inovasi hingga 3,3 kali lebih besar. Hal ini membuat peran para generalis bertambah vital, terutama dalam upaya menunjang pertumbuhan perusahaan.
Hal ini agaknya membuktikan, bahwa menjadi generalis yang adaptif dan berorientasi pada masa depan adalah suatu keuntungan. Atau bahkan, bisa jadi kesempatan yang baik untuk memijak loncatan karier.
Generalis di Hari Ini
Generalis di hari ini bukanlah orang yang mengetahui banyak hal secara dangkal. Mereka adalah orang-orang yang dapat menyesuaikan diri, menyelami proses dari awal hingga akhir, dan menjadi seorang pemersatu karena kompeten dalam menguraikan tantangan.
Seorang generalis yang mampu menjadi pemersatu, tentu, bukanlah klaim yang aneh. Jika kita melihat sekitar, kebanyakan orang yang memiliki bisnis secara mandiri biasanya datang dari kalangan generalis. Sebab, selain menjalankan bisnis itu sendiri memang memerlukan banyak keahlian, para generalis juga merupakan problem solver ulung; lengkap dengan kemampuan menguasai berbagai bidang pekerjaan beserta wawasan yang lebih meluas.
Pada sudut pandang yang lebih melebar, sebenarnya seorang spesialis pun dapat pula memimpin dengan baik. Namun, dengan catatan, ia harus mampu mendelegasikan pekerjaan lain pada para ahli-ahli lainnya di masing-masing bidang— dan langkah tersebut merupakan upaya yang cerdas.
Hanya saja, pada sejumlah kasus, orang-orang generalislah yang lebih banyak berada di belakang kemudi. Mereka terhitung lebih mumpuni dalam membagi tanggung jawab secara proporsional, lantaran para generalis mengetahui persis seluk beluk yang diperlukan untuk sutau pekerjaan sebelum mendelegasikannya kepada tiap-tiap sang spesialis.
Menjadi seorang generalis, apalagi menduduki posisi pemimpin, berpotensi menguatkan perannya sebagai sang pemersatu tim. Dengan ini, menjadi generalis, yang mendalami banyak keahlian akan jadi lebih bermanfaat dan bagi lebih banyak orang-tanpa harus merepotkan dirinya sendiri, yang memang serba bisa.
Pokok penting di situasi ini adalah menjadi generalis yang memiliki jangkauan luas dan dalam. Mengetahui proses pekerjaan dari hulu ke hilir; paham landasan, sadar tujuan, juga makna pada segala tindak-tanduk yang dilakukan bersama. Apabila hal ini tercapai, maka segala potensi dan kemampuan terbaik dapat terus berkembang. Baik untuk diri sendiri, merambah hubungan horizontal, maupun hierarki profesional yang berwujud vertikal.
Lalu, bagaimana dengan nasib para spesialis?
Menjadi generalis maupun spesialis sejatinya merupakan pilihan-pilihan konstruktif—yang tidak hitam atau putih semata. Namun, jika saat ini kalian telah merasa yakin untuk mengidentifikasi diri sebagai seorang spesialis, maka rasanya kalian perlu merasa waspada. Bukan karena spesialisasi kalian akan tergantikan secara instan dengan multi keahlian para generalis, melainkan harus awas dengan pace dan kebutuhan di dunia kerja saat ini yang bergerak kian cepat dan terus meminta para profesional untuk lebih adaptif dalam menguasai bidang bidang-bidang pekerjaan.
Lagipula, apabila dipandang hingga ke dasar, sebenarnya generalis maupun spesialis merupakan dua unsur yang saling berkaitan. Menjadi generalis umumnya adalah langkah awal sebelum seorang professional mencapai tahap spesials. Dan, sebaliknya, ketika telah memiliki spesialisasi pada satu bidang tertentu, ada kalanya kemampuan apik sebagai generalis—yang memiliki pengetahuan lebih luas—bisa jadi jalan yang dapat menolong.
Maka pada era seperti sekarang, untuk bisa bertahan dan beradaptasi dengan perkembangan industri kerja, pengidentifikasian diri sebagai spesialis ataupun generalis bukanlah hal yang penting untuk terlalu dipikirkan. Terutama bagi kalian, yang belum menguasai luar-dalam pada satu fokus pekerjaan, tetapi memiliki minat dan wawasan yang cukup dalam banyak hal selaiknya seorang generalis, segeralah persiapkan diri. Jika terus tekun dan mau belajar banyak, percayalah, hal yang terus kalian asah akan menjadi senjata paling efektif untuk bertahan hidup di masa depan.
Penulis: Anastasia Nadila*
*Isi tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan dari redaksi CXO Media.
(ktr/RIA)