Insight | Business & Career

Perlukah Kembali WFH Menuju Puncak Curah Hujan Ibukota?

Senin, 10 Oct 2022 18:58 WIB
Perlukah Kembali WFH Menuju Puncak Curah Hujan Ibukota?
Foto: Detik.com
Jakarta -

Work From Home (WFH) menjadi salah satu keyword yang merajai kehidupan masyarakat luas di tengah masa pandemi sejak dimulai pada tahun 2020 silam. Para pekerja kantoran yang sudah identik dengan jam kerja 9-to-5 di kantor langsung bertransformasi menjadi anak rumahan yang tidak perlu lagi menempuh perjalanan menuju kantor, begitu juga sebaliknya. Mobilitas masyarakat yang semakin minim dinilai mampu menekan penyebaran virus COVID-19, walaupun khusus untuk beberapa sektor industri tetap menjalankan Work From Office (WFO).

Namun pada tahun 2022, budaya WFH mulai dikurangi melalui kebijakan masing-masing perusahaan. Pandemi yang mulai tidak terasa lagi-walaupun sebenarnya masih ada-dengan tingginya mobilitas masyarakat di luar rumah membuat perusahaan merasa sudah sebaiknya seluruh karyawan 100 persen kembali ke kantor dan kembali menjadi gaya hidup 9-to-5.

Masalah Curah Hujan Menuju Akhir Tahun

Sayangnya ada satu masalah di luar pembicaraan pandemi yang dapat membuat masyarakat merasa sudah waktunya kembali WFH. Masalah tersebut adalah curah hujan yang tinggi sehingga menimbulkan titik banjir di beberapa lokasi, sehingga membuat perjalanan menjadi terhambat akibat kemacetan yang parah. Bahkan bisa memakan waktu minimal 2 jam untuk mencapai lokasi tujuan, padahal jaraknya tidak sampai 5 km.

Dalam awal Oktober ini, sudah terasa curah hujan Jakarta sedang tinggi. Dilansir dari Detikcom, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta memberitahukan bahwa warga ibukota harus mewaspadai cuaca ekstrem dalam bentuk hujan intensitas hidrometeorologi, seperti banjir, genangan, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, dan lainnya.

Kabar mengenai curah hujan yang tinggi langsung didengar oleh masyarakat dengan berbagai respon. Salah satunya keinginan untuk kembali WFH dalam kondisi seperti ini. Alasannya demi mempermudah aktivitas karyawan yang bisa terancam terjebak banjir saat perjalanan pulang. Ditambah lagi dengan tingginya kemacetan yang semakin lama saat hujan tiba. Tentu saja kondisi ini membuat waktu tempuh menjadi lebih lama sehingga memberikan efek buruk bagi kesehatan fisik serta mental para karyawan.

Bisakah WFH Menjadi Solusi Terbaik?

Kita semua tahu bahwa masalah banjir dan kemacetan di ibukota tidak hanya menjadi tanggung jawab satu pihak saja. Seluruh pihak, yang dimulai dari pengguna jalan, operator transportasi umum, dan pemerintah daerah sebagai regulator harus saling bersinergi demi mewujudkan kelancaran lalu lintas dan keselamatan para pengguna jalan.

Sayangnya, perbaikan masalah banjir dan kemacetan tidak bisa diubah hanya dalam satu jentikan jari saja. Perlu waktu yang jauh lebih lama, bahkan berbulan-bulan, demi memecahkan kedua masalah pelik itu. Melihat kondisi yang ada, maka pihak perusahaan seharusnya dapat menjadi pengambil keputusan yang paling tepat dalam kondisi seperti ini.

Keputusan untuk WFH akan membuat masyarakat tidak harus menempuh waktu perjalanan berjam-jam di tengah kondisi hujan. Selain itu, mereka juga dapat merasa less stress sehingga suasana hati dan pikiran jauh lebih baik untuk bekerja. Kondisi fisik pun tetap baik karena semuanya dilakukan di rumah.

Berkaca dari masa pandemi yang ternyata tetap bisa bekerja dari rumah dengan hasil yang terhitung optimal, mengapa sektor industri yang bisa menjalankan WFH tidak melakukan kebijakan itu lagi? Kehidupan masyarakat yang semakin fleksibel karena sudah terbiasa dengan WFH juga seharusnya membuat operasional perusahaan juga semakin fleksibel dalam mengambil keputusan bekerja dari rumah. Bukankah lebih mudah untuk menyesuaikan aturan kantor sendiri, daripada meminta hujan tidak datang?

[Gambas:Audio CXO]

(tim/DIR)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS