Insight | Business & Career

Workcation, Tren Bekerja Sambil Berlibur yang Kekinian

Minggu, 20 Mar 2022 16:00 WIB
Workcation, Tren Bekerja Sambil Berlibur yang Kekinian
Foto: RODNAE PRODUCTION PEXELS
Jakarta -

Bagi saya kegiatan bekerja dan berlibur itu adalah dua hal yang berbeda. Sebab ketika memiliki jadwal bekerja, saya malah asyik-asyikan menikmati deburan ombak. Begitu pula sebaliknya, ketika berlibur, saya merupakan orang yang anti memegang handphone hanya sekadar mengecek chat grup kantor. Hal itu sudah sangat menyalahi aturan.

Sejak pandemi COVID-19, batasan ini sepertinya tidak diidahkan oleh beberapa perusahaan. Hanya karena kita bekerja di rumah, artinya punya banyak waktu untuk berlibur. Entah dari mana pemikiran seperti ini dimulai, dan hal itu sudah berlangsung selama pandemi ini.

Namun kini sepertinya orang-orang sudah semakin sadar atas kenyamanan Work from Home (WFH), sebab WFH tak hanya terbatas di rumah, tapi juga tempat-tempat yang menurut kita menyenangkan dan membuat ide-ide kreatif kita timbul. Mulai dari coffee shop yang hanya berjarak 200 meter dari rumah, atau pergi ke Bali untuk mencari ketenangan dan kenyamanan saat bekerja.

Penyebutannya kini semakin beragam. Seperti Work from Bali (WFB), Work from Cafe (WFC), dan yang paling baru adalah Work and Vacation (Workcation). Konsep WFB atau WFC sudah kita pahami sejak tahun lalu, namun tren Workcation kini sepertinya baru naik daun beberapa waktu belakangan di kalangan pekerja kita. Lantas, apa yang perlu kita tahu tentang tren para pekerja dunia ini?

.Ilustrasi workcation/ Foto: Perfecto Capucine - Pexels

Workcation atau Workation merupakan konsep baru dalam bekerja yang menggabungkan unsur liburan ke destinasi wisata. Kamu bisa mengirim email sambil berjemur di pantai atau melakukan pekerjaanmu jauh dari hectic-nya ibukota. Dalam konsep workcation, kerja adalah liburan yang memungkinkan kamu bekerja dari jarak jauh sambil mengintegrasikan elemen waktu luang yang membuat kamu bersantai, rileks, dan menjadi lebih produktif.

Sebenarnya bagi para pekerja lepas atau freelance, tren ini sudah lama diamini oleh mereka. Istilah lain yang mungkin kamu lebih tahu adalah digital nomaden. Tidak perlu ke kantor, yang penting pekerjaan kamu selesai tepat waktu. Yang kamu butuhkan hanyalah teknologi seperti laptop, dan koneksi internet yang lancar. Selain itu, banyaknya pekerja Amerika dan Eropa yang menerapkan konsep bekerja ini sebab menurut sebuah penelitian, 47 persen orang yang diizinkan bekerja dari jarak jauh dari kantor ternyata lebih produktif, lebih bahagia, loyal, dan lebih puas atas kerja keras mereka.

Perbedaan Workcation dengan Remote

.Ilustrasi Workcation/ Foto: Vlada Kaprovic  - Pexels

Kamu mungkin merasa workcation dan bekerja secara remote tak ada bedanya. Arti praktis mungkin tidak banyak berbeda, tetapi remote cenderung memiliki peraturan permanen dan sebagian besar pekerja remote bekerja dari rumah. Jadi secara teori, workcation lebih sedikit menerapkan komitmen yang tak terlalu kaku seperti bekerja remote.

Percaya atau tidak, konsep ini sebenarnya menawarkan win-win solution untuk semua orang. Jika kamu meminta waktu lebih panjang untuk berada di tempat wisata yang kamu kunjungi, agar perusahaan tidak merugi, kamu bisa menawarkan workcation dengan kesepakatan kamu bekerja sesuai dengan jam kerja di dalam kontrak kerja.

Selain itu, workcation juga memberikan kamu lebih banyak waktu untuk bepergian daripada liburan biasanya. Sebab ketika liburan, kamu diburu waktu karena harus cepat-cepat kembali bekerja di kantor, sehingga kenyamanan berlibur pun harus terbagi. Sementara workcation, memberikanmu waktu lebih untuk bersantai menikmati waktu liburan dan bekerja.

Meskipun sepertinya tren ini terlihat menyenangkan, namun pada praktiknya, kamu tetap harus menyiapkan semuanya layaknya kamu akan pergi berlibur. Seperti mulai menyiapkan tempat tinggal, biaya perjalanan, biaya makan, biaya internet, atau biaya berwisata. Sehingga workcation layaknya pedang bermata dua, di satu sisi bisa membahagiakan pikiran dan jiwamu, namun di sisi lainnya bisa menguras kantongmu.

.Ilustrasi workcation/ Foto: Trang Doan - Pexels

Selain itu, bagi kamu yang sulit untuk membagi waktu, workcation bisa jadi tidak menyenangkan sama sekali. Sebab kamu hanya terlalu fokus bekerja, atau hanya fokus bersenang-senang saja. Nah agar tidak terjebak dalam kondisi yang membuatmu harus memilih, sebaiknya kamu benar-benar mempertimbangkan memilih workcation, atau WFH saja lalu mengambil cuti untuk berlibur tanpa diganggu pekerjaan.

Bila ingin mencoba workcation, pertama yang harus kamu pastikan adalah pilih tempat yang cocok dan sesuai dengan pace-mu saat bekerja, misalnya ke pantai atau ke gunung. Bisa juga kota-kota kecil yang tak terlalu banyak orang agar kamu lebih fokus dan produktif. Kedua, tentukan rencanamu, seperti akan tinggal di mana, berapa biaya akomodasinya, lalu apa saja yang kamu akan lakukan selain bekerja.

Ketiga, meski workcation, rencanakan juga waktu luang untuk bersenang-senang saja tanpa bekerja. Keempat, lacak waktu dan produktivitasmu. Penting juga untuk memiliki data objektif yang menunjukkan kinerja kamu pada hari-hari sibuk dan santai. Dan kelima, tentukan waktu berapa lama kamu akan melakukan workcation ini, jangan sampai kamu terlena dan justru malah berefek buruk bagi keuanganmu.

Nah, apapun pilihanmu dalam menentukan kenyamanmu dalam bekerja, kamu yang bisa merasakannya. Jangan hanya karena mengikuti tren yang sudah diamini oleh orang lain, kamu pun hanya ikut-ikutan dan justru merugikanmu.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/MEL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS