Interest | Art & Culture

Membongkar Stereotip Anak Durhaka di Film 'Legenda Kelam Malin Kundang'

Selasa, 18 Nov 2025 15:30 WIB
Membongkar Stereotip Anak Durhaka di Film 'Legenda Kelam Malin Kundang'
Film Legenda Kelam Malin Kundang ungkap sisi berbeda tentang anak durhaka. Foto: Imdb
Jakarta -

Ada satu pesan moral yang selalu diingatkan dan ditekankan kepada kita sejak kecil yakni hormatilah orang tuamu terutama ibu, jangan sampai seperti Malin Kundang. Seorang tokoh legenda dari Sumatera Barat yang dikisahkan secara turun-temurun sebagai gambaran 'anak durhaka' kepada ibunya, lalu dikutuk Tuhan menjadi sebongkah batu di pinggir pantai.

Hingga hari ini, cerita itu pun masih terngiang oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia sampai membuat stereotip tersendiri soal 'anak durhaka'. Selama ini, kita hanya melihat dari sisi sang ibu, lantas apa jadinya jika kita mulai melihat dari sisi Malin sendiri?

Inilah yang ingin diangkat film Legenda Kelam Malin Kundang persembahan Joko Anwar. Film ini mencoba membuka ruang untuk membongkar stereotip label itu dengan lebih manusiawi dan pemahaman baru. Berbeda dari kisah legenda aslinya, film Legenda Kelam Malin Kundang mencoba reinterpretasi konflik ibu dan anak tersebut dengan realistis, sesuai dengan kondisi yang terjadi di masyarakat saat ini.

.Press Conference Film Legenda Kelam Malin Kundang/ Foto: Dian Rosalina - CXO Media

Hadirkan Konflik Trauma Antar Generasi

Film garapan dua sutradara muda Rafki Hidayat dan Kevin Rahardjo ini hadir memberikan sebuah kondisi sosial yang sesungguhnya hubungan antar keluarga dan generasi. Joko Anwar mengatakan ketika menjalani kehidupan, setiap individu berasal dari anak kemudian menjadi orang tua. Masing-masing dari mereka membawa bebannya masing-masing.

Apalagi dalam keluarga, selalu ada dinamika antar-generasi: dari yang lebih tua ke yang muda, masing-masing membawa ekspektasi yang berbeda. Jika tidak ada keinginan untuk saling memahami kelebihan dan kekurangan tiap generasi-misalnya ekspektasi anak terhadap orang tua dan sebaliknya-maka yang muncul adalah jarak. Ada keterbatasan yang perlu diakui, baik dari orang tua ke anak maupun dari anak ke orang tua.

"Kita mungkin melihat orang tua sebagai sosok yang tidak sempurna, padahal mereka juga membawa luka dan tekanan dari generasi sebelumnya. Karena itulah, film ini ingin diceritakan dari sudut pandang yang fresh. Ketika berbicara soal generasi, langkah terbaik adalah menyerahkan film ini pada pencerita muda dengan perspektif baru, yaitu Kevin Rahardjo dan Rafki Hidayat," kata Joko Anwar dalam press conference film Legenda Kelam Malin Kundang di XXI Epicentrum, Senin (17/11).

Sutradara dari film Pengabdi Setan dan Pengepungan di Bukit Duri ini menambahkan tujuan tama film ini adalah membongkar pemahaman lama yang telah lama mengakar. Selama ini, ketika seorang anak tidak memenuhi ekspektasi orang tua atau masyarakat, dengan mudah menyalahkan anak tersebut. Padahal setiap orang punya tugas penting dalam kehidupan ini.

"Film ini mengajak kita memikirkan ulang kebiasaan memberi label: anak durhaka, perempuan nakal, dan berbagai stereotip lain. Dalam Legenda Kelam Malin Kundang, tidak ada satu pun karakter yang sepenuhnya baik atau jahat. Semua orang punya alasan, luka, dan kompleksitas masing-masing-termasuk Amak, Alif, Nadine, dan lainnya," ujarnya.

.Kompleksitas karakter jadi kelebihan utama film ini./ Foto: IMDb

Kompleksitas Karakter Dibuat Senyata Mungkin

Bicara soal karakter, film Legenda Kelam Malin Kundang sendiri memiliki beberapa tokoh utama di dalamnya. Namun yang menjadi fokus cerita adalah perjalanan Alif (Rio Dewanto) yang ingin mendapatkan kembali ingatannya setelah mengalami kecelakaan besar. Sayangnya, kecelakaan itu terjadi beberapa hari sebelum ia bertemu sang Amak (Vonny Anggraini) yang akan berkunjung setelah tak bertemu selama belasan tahun.

Dalam perjalanannya, Alif ditemani oleh sang istri, Nadine (Faradina Mufti) untuk mengingat kembali hal-hal yang telah ia lupakan, termasuk masa kecilnya dan ibunya. Tapi siapa sangka hal ini justru mengungkap sebuah trauma Alif yang selama ini tak pernah diketahui. Dari sinilah konflik antar generasi itu muncul.

"Sebenarnya, dalam penulisan, semua karakter memang kami pikirkan backstory-nya. Seperti yang abang (Joko Anwar) bilang, ketika membahas hubungan ibu dan anak, kami melihatnya dari berbagai sisi," papar penulis skenario film Legenda Kelam Malin Kundang, Aline Djayasukmana.

"Selama ini, dalam legenda Malin Kundang yang kita kenal, fokusnya adalah pada anak yang durhaka. Tapi anak bisa durhaka itu kenapa? Itu yang ingin kami eksplor lebih dalam, bukan hanya pada karakter Alif, tetapi juga pada karakter ibunya, dan istrinya. Kami mencoba membentuk mereka sebagai manusia yang terasa nyata, seperti orang-orang yang kita temui sehari-hari."

Selain itu, tak hanya menggarap penyutradaraan bersama Kevin Rahardjo, Rafki Hidayat juga turut serta dalam kepenulisan skenario bersama Aline dan Joko Anwar. Rafki mengatakan dalam penciptaan karakter yang kompleks, mereka memberikan secara visual dan sosok karakter itu sendiri.

"Apa yang dirasakan para karakter tidak dua dimensi. Tidak hanya soal baik dan buruk. Setiap karakter membawa rahasia masing-masing yang perlahan terkuak. Kompleksitas inilah yang ingin kami jaga. Selain itu, kami mengambil inti ceritanya: soal durhaka. Dan core itulah yang kami eksplor lebih jauh-untuk membuatnya lebih kaya, lebih manusiawi, dan lebih relevan dengan zaman sekarang," ungkap Rafki.

Joko Anwar pun berharap, lewat cerita dan karakter-karakter di film Legenda Film Malin Kundang penonton bisa menyadari bahwa memberi judgement kepada seseorang tidak sesederhana itu. Setiap orang membawa cerita dan perjuangan yang tidak selalu terlihat dari luar.

Sementara itu, Legenda Kelam Malin Kundang Bercerita tentang seorang pelukis yang dikenal lewat karya-karya micro painting yang mendunia, Alif (Rio Dewanto) baru saja pulih dari kecelakaan. Ketika ia berusaha kembali menjalani hidupnya, seorang perempuan tua tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ibunya (Vonny Anggraini).

Tapi dia tidak ingat wajah ibu yang dia tinggalkan 18 tahun yang lalu. Alif terseret masuk ke dalam sebuah rahasia kelam. Terinspirasi dari folklore paling ikonik di Indonesia, Malin Kundang, film ini menafsirkan kembali cerita rakyat dalam balutan drama misteri yang mencekam. Saksikan film ini di bioskop-bioskop Indonesia, 27 November 2025.

[Gambas:Youtube]

(DIR/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS