Interest | Art & Culture

Review Agak Laen: Mulut Lebar Tertawa, Mata Basah Berkaca-kaca

Kamis, 25 Jan 2024 19:30 WIB
Review Agak Laen: Mulut Lebar Tertawa, Mata Basah Berkaca-kaca
Foto: Imajinari Pictures
Jakarta -

Pergerakan film-film yang dirilis pada awal tahun sudah pasti tidak semeriah saat memasuki pertengahan tahun. Ada alasan khusus yang pastinya berhubungan dengan strategi marketing dan lainnya. Tapi, kebiasaan ini sama sekali tidak dipedulikan oleh kuartet podcast Agak Laen. Oki Rengga, Bene Dion, Indra Jegel, dan Boris Bokir memutuskan untuk merilis film mereka, Agak Laen, pada 1 Februari 2024 nanti.

Judul film yang diambil dari nama podcast yang sangat melambungkan nama mereka di industri showbiz Indonesia ini memang sudah menunjukkan betapa agak laen-nya mereka. Tidak cuma perihal perilisan yang sudah jelas bukan makanan empuk industri perfilman, tetapi juga bagaimana premis yang mereka bawa di film ini. Genre horor komedi menjadi pilihan mereka yang langsung menunjukkan keunikan dari Agak Laen.

Bayangkan saja, kapan sih kita bisa mendapatkan film genre horor komedi di Indonesia? Pada dasarnya, horor masih menjadi tuan rumah di hati para mayoritas penonton kita. Namun saat dikombinasikan dengan komedi ala Sumatera Utara, serta celetuk-celetuk khas Agak Laen, semuanya menjadi satu paket lengkap yang membuat kita kenyang dengan tawa, sambil disisipi rasa iba yang tidak pernah disangka bisa muncul dari film ini.

Review Agak Laen

Premis Agak Laen sudah sangat menarik dengan menceritakan empat kawan yang sedang berjuang dalam membangun usaha rumah hantu di sebuah pasar malam. Struggle mereka dalam persoalan ekonomi langsung menimbulkan berbagai ide buruk nan cemerlang. Bagaimana caranya membuat rumah hantu ini ramai? Oki Rengga pun hadir layaknya savior bagi ketiga kawannya.

Agak Laen sudah jelas menjadikan Oki, Boris, Bene, dan Jegel sebagai empat pemeran utama. Namun seiring berjalannya film ini, harus diakui kalau peran Oki seperti di-highlight oleh Muhadkly Acho yang menjadi sutradara sekaligus scriptwriter. Jika sering mendengar podcast mereka, hanya Oki yang paling jarang bermain film. Apakah alasan itu membuat Oki yang terpilih untuk mendapatkan spotlight? Jawabannya memang belum dan tidak akan pernah ditemukan, namun keputusan ini sama sekali tidak salah.

Oki yang selama ini cuma menjadi pemeran kecil dalam beberapa film sebelumnya, benar-benar tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Bagaikan supersub, Oki masuk ke dalam cerita dengan cara sebaik yang ia bisa. Konfliknya sebagai mantan napi, hingga kondisinya keluarganya yang miskin yang menimbulkan seribu macam cara untuk bisa memberikan support kepada ibunya malah membawa berkah bagi kawan-kawannya yang lain.

Petualangan mereka berempat pun membuat waktu seakan tidak lagi penonton pedulikan. Satu jam pertama langsung ditandai oleh betapa banyaknya titik tawa. Setiap lima menit, sepertinya ada saja momen yang membuat penonton tertawa. Ya wajar saja, ini merupakan film buatan komika yang sudah ahli dalam urusan komedi. Agak Laen membawa kita naik level dengan jokes yang straightforward, logat Sumatera Utara yang tidak maksud melucu tapi tetap membuat penonton tertawa, bahkan membawa real life experience dari masing-masing pemerannya.

Oki yang sering dibilang punya kelakuan layaknya seorang kriminal, Jegel yang hobi judi sepak bola, Bene dengan masalahnya bersama calon mertua, sampai Boris yang sering diejek sebagai tentara. Tanpa ragu, Acho memasukkan itu semua sebagai background dari mereka masing-masing. Hal ini membuat penonton yang sudah sering mendengarkan podcast Agak Laen menjadi lebih akrab dan tidak harus kenalan satu-satu dengan mereka berempat. Namun tenang saja, bagi yang tidak pernah mendengarkan podcast mereka pun, akan langsung bisa tenggelam ke dalam cerita ini karena premisnya sederhana tapi ngena.

Ada Tawa, Ada Tangisan

Genre horor komedi dalam Agak Laen memang tidak main-main. Rumah hantu yang mereka buat bisa menjadi gudang punchline dalam urusan horor. Beberapa kali jumpscare yang diolah secara tepat guna, scoring yang menyayat kuping, tapi ada momen komedi yang terselip di dalamnya membuat horor komedi yang dibawakan Agak Laen sungguh berbeda.

Jarangnya film horor komedi di Indonesia sudah membuat ini membawa angin segar. Apalagi kalau didukung dengan jokes yang tepat dan tidak cringe. Puji syukur kepada Tuhan, Agak Laen jauh dari kata "cringe" atau "norak". Mereka sepertinya paham untuk membuat film horor komedi yang tidak berlebihan, atau terlalu mundur ke belakang—shoutout untuk Imajinari Pictures yang sedang naik daun atas produksi film-film mereka.

Film dengan genre seperti ini sudah jelas harus menghadirkan tawa, dengan beberapa kali rasa kaget karena jumpscare. Namun, kenapa tiba-tiba ada momen penuh haru? Lagi-lagi Oki membuat kita tenggelam dalam rasa iba yang seharusnya tidak ada di film dengan genre komedi. Mereka berhasil membuat mata penonton berkaca-kaca dalam sebuah konflik yang sebenarnya tidak asing, tapi tetap menghasilkan keheningan di antara penonton.

Durasi dua jam dari Agak Laen sempat menimbulkan beberapa momen yang agak membosankan di tengah-tengah film. Terkadang hal ini bisa timbul dari film berdurasi lebih dari 1,5 jam, yang untungnya tidak terasa dragging terlalu jauh dari cerita ini. Seiring scene per scene diputar, Agak Laen kembali membawa kita ke main point dalam cerita mereka.

Pada akhirnya, Agak Laen menjadi film yang wajib ditonton oleh kalian yang membutuhkan asupan gudang tawa dengan rasa hangat. Apalagi bagi kelen yang mengaku sebagai pasukan bermarga ataupun pasukan non bermarga, maka segera penuhi bioskop mulai 1 Februari 2024 untuk membuat tiga ketua dan satu komandan mendapatkan jutaan penonton. Mauliate godang, Agak Laen!

(tim/alm)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS