Interest | Art & Culture

Review Album Sukses Lancar Rejeki "Bisa Meledak": Lirik Nyeleneh dan Nostalgia Remaja

Rabu, 15 Oct 2025 17:21 WIB
Review Album Sukses Lancar Rejeki
Cover Album 'Bisa Meledak' dari Sukses Lancar Rejeki. Foto: Apple Music
Jakarta -

Sebuah band remaja sedang tengah jadi perbincangan di kalangan skena musik akhir-akhir ini. Bahkan di perhelatan Synchronize 2025 kemarin, mereka sukses menyelesaikan panggung pertamanya di festival musik dengan penonton yang cukup banyak. Mereka adalah tiga remaja bernama Mahes (vokal dan gitar), Jalil (bass dan vokal) dan Bumbum (drum) yang tergabung dalam band Sukses Lancar Rejeki (SLR) yang baru saja merilis album perdana berjudul Bisa Meledak.

Album yang dirilis pada 29 Agustus 2025 oleh perusahaan rekaman Demajors menghadirkan 13 lagu dengan genre punk. Tapi uniknya, meskipun terdiri dari belasan lagu, total durasi di album ini bahkan kurang dari 20 menit yakni 18 menit saja. Ini mencirikan mereka sebagai band yang memadukan unsur punk, hardcore, dan grindcore dengan menampilkan lirik yang lugas, musik yang kencang dan keras dengan durasi menit yang minimalis.

.Personel band SLR/ Foto: Dokumentasi Sukses Lancar Rejeki

Review "Bisa Meledak"

Lagu pertama dibuka dengan tembang berjudul Kebelet. Berdurasi 28 detik, saya pikir lagu ini memang sengaja ditaruh di urutan pertama; masuk sebagai intro untuk lagu-lagu berikutnya. Dipacu dengan beat yang kencang dan lirik yang sederhana, lagu ini cukup pintar untuk ditaruh sebagai intro; untuk sekedar mengenalkan siapa itu Sukses Lancar Rejeki kepada pendengar sebelum menuju ke lagu-lagu berikutnya.

Beralih ke lagu Gak Nyaman, lagu yang menceritakan bagaimana buang air besar ketika di rumah teman itu selalu tidak mengenakkan. Ini yang cukup merepresentasikan wajah kebanyakan orang di Indonesia. Lagu ini sangat erat dan memiliki relevan untuk semua kalangan, baik tua dan muda.

Penggalan lirik tersebut berbunyi "Aku nggak nyaman, aku nggak enak, bila berak di rumah temanku". Sementara itu, intro yang dibuat cukup sederhana, menandakan dan menjadi ciri khas dari lagu tersebut.

Selanjutnya lagu berjudul Mual. Berdurasi hampir dua menit, lagu ini menampilkan lirik yang out of the box. Bagaimana tidak, suara mual yang dibilang sulit untuk ditranskrip atau ditemukan padanannya diucap secara natural dan apa adanya, alias dengan kata "Huek!". Hal serupa juga terjadi pada lagu Gosok Gigi.

Adegan seseorang menggosok gigi dalam lagu tersebut dinyanyikan dan ditranskrip secara natural. Jika boleh saya transkrip, mungkin penggalan liriknya akan seperti ini "#$#Azd#*#)". Fun fact-nya, Mahes, selaku vokalis dan gitaris, Dalam podcastnya bersama Synchronize Radio, ia mengaku benar-benar menggosok gigi ketika lagu tersebut direkam. Out of the box, kan?

Beralih ke lagu Maling, inilah lagu yang mengharumkan nama SLR. Saya akui, dalam lagu ini mereka tidak hanya bermain musik, tapi juga menjiwai. Hal itu bisa dibuktikan dengan intro yang mereka buat di lagu ini. Atmosfer dan suasana mengendap-endap ciri khas maling ditampilkan dengan seksama pada intro, sebelum pada akhirnya dihentak dengan teriakan "Maling!". Sesuatu yang unik, tapi nyata.

Dalam lagu Toilet Sekolah, kita pun diajak untuk mengenang masa-masa sekolah dulu. Bagaimana toilet sekolah menjadi 'neraka' bagi murid, terutama murid laki-laki   termasuk saya. Lirik yang digubah SLR sangat nyeleneh dan relevan.

Gambaran baunya yang busuk, dinding penuh coretan, serangga-serangga nggak mengenakkan kerap menjadi identitas toilet sekolah, baik itu sekolah negeri atau pun swasta. Hal yang menjadikan para siswa berdoa agar tidak mulas ketika di sekolah.

Sebagian penggalan lirik tersebut berbunyi "Noda-noda di tembok, banyak sekali", "Bau pesing di lantai, itu sudah pasti", dan "Toilet sekolahku kotor, genangan kencing ada di lantai".

Kemudian sebagai remaja SLR pun tak ingin melewatkan kisah 'naksir-naksiran' ala remaj lewat lagu Cantik tapi Bau. Lagu nyeleneh ini berbicara tentang perempuan cantik dengan bau ketek yang tidak sedap. Lagu berdurasi hampir dua menit ini dibuka dengan intro yang catchy dengan sedikit alunan melodi yang menyayat telinga.

Penggalan lirik itu berbunyi "Aku pergi sekolah, lalu melihat ada satu cewek dari jauh tampak sangat menawan, tapi oh ternyata dia keteknya bau, keteknya bau, bau ketek, bau ketek". Lirik ini menyentil para perempuan menawan yang tanpa mereka sadari bau ketiaknya tidak sedap.

Meskipun bagi sebagian perempuan mungkin terdengar menyindir, namun lirik-lirik dalam lagu ini hanya ungkapan anak laki-laki polos yang baru merasakan naksir dengan perempuan cantik yang kurang merawat tubuhnya dengan baik.

Begitu ulasan saya mengenai album tersebut; yang mana hanya setengah dari lagu mereka yang saya bahas. Bagi saya album perdana SLR ini cukup menyita perhatian. Bagaimana tidak, di platform streaming musik digital Spotify saja pendengarnya mencapai 400 ribuan per bulan.

Mereka pun sudah diundang di podcast musik ternama dan manggung di acara festival musik besar. Album ini cukup untuk mengenalkan ke publik siapa itu SLR dan apa yang ingin disampaikan. Dengan distorsi yang tajam dan alunan chord gantung yang sederhana, lirik yang nyeleneh, background lagu yang relevan, album ini cocok didengarkan untuk penikmat musik yang ingin mengenal musik yang mengundang tawa.

Sebab tiga personil tersebut masih berada di bangku SMA, lagu-lagu di album ini cocok dibawakan untuk anak-anak tongkrongan seusia mereka. Entah ketika pulang sekolah atau ketika kerja kelompok, hanya untuk bersenang-senang dan bersenda gurau.

Adapun untuk penikmat musik di atas usia mereka, lagu ini cocok didengarkan sebagai medium untuk bernostalgia dan bersenang-senang. Dengarkan cuplikan lagu mereka di bawah ini:


Penulis: Fauzi Ibrahim
Editor: Dian Rosalina

*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*

(ktr/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS